Masih sempat publish satu chapter sebelum bener-bener Hiatus. Penamatannya minggu depan. Jadi satu atau dua Minggu lagi baru bisa up. Moga aja nggak gitu ya.
Ok, selamat membaca!
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _
Marah. Ya, aku marah. Dia bilang kami tak bisa memahaminya. Bagaimana kami bisa tahu tentangnya kalau dia selalu menutupi dirinya? Jadi siapa yang salah?
-UDW-✧-✧-✧-✧-✧-✧-✧
Sambandha: ikatan
"Dari mana aja Lo!" Bentak Aze saat Alindra baru menginjakkan kaki ke ruang tengah.
Saat Wiradja bersaudara, kecuali Ashe, berkumpul di ruang tengah. Alindra yang baru datang saat malam hampir tiba malah mendapat sambutan tak baik dari adiknya. Dia sempat terdiam mencerna situasi.
Melihat keadaan Aze yang terluka, menatap tiap saudaranya yang berekspresi berbeda-beda. Namun jelas mereka semua nampak khawatir. Alindra tertegun saat baru menyadari satu Wiradja tak hadir dalam ruangan itu.
"Cece mana?"
Bukannya menjawab, Aze malah berdecak dan melesat menghampiri Alindra. Dia menarik kerah baju saudaranya dengan amarah tertahan.
"Dari mana aja Lo hah! Kenapa Lo nggak ngabarin? Lo lupa sama saudara sendiri cuman gara-gara masalah pekerjaan?!"
"Aze," panggil Gemma pelan ingin menghentikan aksi adik pertamanya itu.
Dahi Alindra terlipat, dia masih tak mengerti apa yang terjadi. Kembali menatap Aze yang marah dengan beberapa luka, tatapan khawatir dari saudaranya, lalu atmosfer tak nyaman ini... Alindra mungkin bisa menyimpulkan sendiri. Tapi dia tetap harus bertanya langsung.
"Jelasin apa yang terjadi."
"Aze, Lo tenang dulu." Urfansa memanggil, menarik pelan dua bahu Barazel untuk kembali duduk di sofa depan TV.
"Tadi Aze sama Cece pulang sendiri jalan kaki karna nggak ada yang bisa jemput mereka. Tapi pas di tengah jalan ada yang nyerang. 5 orang, mereka bahkan bawa senjata dan culik Cece." Gemma menjelaskan dengan singkat, menunjukkan raut khawatirnya.
Aze mengepalkan tangannya begitu mengingat kembali bagaimana kembarannya dibawa paksa. Jika saja dirinya lebih kuat, ah- mana mungkin juga seseorang bisa melawan 5 pria besar sekaligus.
"Sh*t."
"Alin, Lo dari mana aja? Kenapa ditelpon nggak angkat?" Urfansa bertanya serius.
Keadaan sungguh tak baik-baik saja. Dimulai dari toko mereka yang dirusak, uang yang dicuri, dan sekarang Ashe yang diculik. Pasti ada seseorang yang berusaha menghancurkan Wiradja bersaudara. Tapi siapa? Dan... untuk apa?
Selama ini mereka tak pernah mencari masalah pada orang lain. Justru malah orang lain yang mencari masalah dengan mereka. Keadaan Alindra pun saat ini sedikit berantakan. Dari mana saja dia sebenarnya? Sampai-sampai tak menjawab puluhan panggilan telpon dari saudaranya.
Alindra memijit pelipisnya. "Pertama-tama kita tenang dulu."
"Gimana bisa tenang kalo Cece diculik?! Lo pikir keadaan Cece sekarang baik-baik aja, hah! Dia juga dipukul, bahkan mungkin keadaannya lebih buruk sekarang." Aze membentak.
"Makanya Lo tenang dulu biar kita lapor ke polisi, serahkan aja sama mereka. Jadi tenang-"
"Serahin ke polisi? Kasus toko aja mereka nggak bisa selesai-in. Sekarang mereka mau nanganin Cece yang hilang juga. Sampai kapan gue bisa menunggu?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Elpízo [On Going]
Teen FictionAlindra, Urfansa, Gemma, Barazel, Ashe, Darren, dan Satya. Ketujuh bersaudara ini harus menghadapi masalah mereka masing-masing hingga mereka lupa bahwa mereka masih saling memiliki satu sama lain. Melupakan fakta bahwa mereka bisa berbagi luka dan...