9. Vraṇa

163 22 7
                                    

Ada banyak auṣadha untuk vraṇa yang dṛśya. Namun sedikit untuk vraṇa dalam ātman.
-Pena Sansekerta-

✧-✧-✧-✧-✧-✧-✧

auṣadha: obat.
Vraṇa: luka.
Dṛśya: nampak.
Atman: jiwa.

"Se-Than sialan, besok beneran bakal gue pukul sampai mampus!"

Aze dan Ashe kini sedang menunggu jemputan dari Abang mereka, duduk di pinggir taman kecil dekat gerbang sekolah.

Di tengah kegiatan menunggu jemputan, Aze tak henti-hentinya bergumam geram dengan wajah masam. Siswa-siswa yang melewati dirinya jadi ikut tak nyaman dengan melihat ekspresi dan aura buruk dari lelaki itu.

Kembarannya, Ashe hanya bisa menghela napas. Sungguh telinganya panas mendengar semua ocehan Aze saat ini. Ingin rasanya menyumpal mulutnya.

Tapi mengingat bagaimana Aze begitu marah saat dirinya di dorong oleh Nathan hingga kepalanya membentur dinding tadi, Ashe tak jadi melakukannya.

Jadi biarlah dia mendengarkan semua ocehan tak jelas dari Aze sekarang. Senang juga rasanya dibela.

"Ayam-ayam gue tadi pagi udah gue kasih makan nggak ya? Oh ya, kepala Lo nggak sakit kan, Ce? Abis nabrak dinding tadi."

"Agak sih, mungkin benjol," jawab Ashe memegang kepalanya. "Benjol dikit nggak ngaruh."

"Hati-hati lho jangan sampai geger otak." Ceplos Aze yang langsung mendapat lirikan tajam dari Ashe di sampingnya.

"Heh mulut Lo!"

"Ya kan gue cuman nyuruh hati-hati."

Ashe memutar bola mata malas lalu menyilangkan tangan. Akhir-akhir ini dia merasa bosan karena tak lagi punya jadwal aktivitas sore. Padahal orang sepertinya harusnya senang karena mendapat jam istirahat tambahan tiap hari.

Justru sebaliknya, dia malah bosan. Bahkan anehnya kadang dia tak bisa tidur siang dan berakhir mencari aktivitas apapun agar tidak tidur. Semoga saja toko bisa segera mendapat dana agar diperbaiki kembali. Dia rindu dengan pekerjaan di toko. Meski itu melelahkan.

"Polisi belum dapat info siapa yang hancurin toko ya?"

Aze terdiam sesaat. "Belum, katanya mereka kehilangan jejak. Yah... kayaknya orang yang curi uang di toko bukan orang biasa."

"Bukan... orang biasa." Gumam Ashe sejenak.

Ah, sudahlah. Dia tak ahli dalam berpikir rumit seperti ini. Serahkan saja pada pihak berwajib.

"Eh, Zeora!" Sahut Aze membuat gadis yang dia panggil berhenti di hadapannya.

Satu gadis lainnya yang berjalan berdampingan dengan Zeora ikut berhenti. Aqela hanya mengikuti Zeora setelah pulang sekolah ini karena tugas dari sang ayah sudah selesai.

"Pipi Lo masih sakit nggak? Sorry, yang tadi nggak sengaja."

"Udah nggak kok, kak. Untungnya nggak memar."

"Memangnya kenapa kalian bisa berantem gitu? Bahkan nggak cuman sekali aja." Aqela ikut nimbrung dalam percakapan.

Pasalnya sebelumnya dia sudah pernah melihat Aze dan Nathan bertengkar. Bukan hanya sekali dua kali, bahkan dirinya ikut turun tangan sebelumnya tanpa diketahui Aze dan Nathan.

Kenapa dua lelaki itu suka sekali membuat masalah?

"Masalah internal keluarga." Ashe yang menjawab langsung mendapat tatapan penasaran dari dua adik kelasnya ini.

Elpízo [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang