3. Na(se)than

215 24 6
                                    

Bisakah Prarabdha menjatuhkan pariṇāma bagi para apakārī yang merusak jiwa yang praśānta.
-Pena Sansekerta-
✧-✧-✧-✧-✧-✧-✧

-Prarabdha: takdir (nasib karena tindakan)
-Pariaman: hukuman (konsekuensi)
-Apakārī: bajingan (orang jahat lebih tepatnya)
-Praśānta: damai

SMA Galaksi Nusantara. Sekolah yang cukup populer karena punya banyak prestasi dalam berbagai bidang. Bisa dibilang tempat bagi para anak elit tentunya.

Tapi ada juga beberapa siswa yang masuk karena prestasi mereka dan juga keberuntungan.

4 Wiradja bersaudara bisa masuk karena keberuntungan. Terkecuali bagi Satya yang memang punya otak jenius diantara mereka.

Hanya karena ini sekolah besar, bukan berarti tak ada kekurangan di dalamnya. Perbedaan kasta salah satunya merupakan kasus yang terjadi di sana. Termasuk pembullyan.

Kasus itu sudah ada sejak lama namun entah bagaimana bisa tertutupi dari para guru juga para atasan. Bahkan sedikit siswa ada yang tak menyadarinya.

"Satya kerjanya belajar mulu deh."

"Iya nj*r. Gue yang malah capek liat dia belajar."

"Biasalah, anak ambisi. Wajarin aja. Ada untungnya juga kan dia di kelas kita."

Yang dibicarakan tetap memilih diam di tempatnya. Jam istirahat memang biasanya siswa akan ke kantin.

Tapi berbeda dengan Satya yang membawa bekal dari rumah. Dia bisa tetap berada di kelas sambil membaca buku.

Sebenarnya dia punya uang jajan, tapi semua uang itu dia tahan dan ditabung untuk keperluan mendatang. Lagi pula masakan kakaknya lebih enak dan lebih mengenyangkan.

"Satyaaa!"

Seruan riang itu berhasil mengalihkan perhatian Satya dari bukunya. Darren berlari kecil menuju meja sang kembaran tanpa mengkhawatirkan beberapa pasang mata yang menatapnya.

"Sa, lagi sibuk ya?"

"Mm, nggak juga sih. Kenapa?"

Darren membuka lebar buku yang ia bawa dari perpustakaan, memperlihatkan selembar informasi tentang tanaman karnivora. Itu yang menarik perhatiannya, salah satu tanaman karnivora, dionaea muscipula.

Dari tatapan binar kembarannya, Satya bisa menebak alasan utama Darren menemuinya. Satya memijit kening lalu menghela napas.

"Ren, Lo serius mau tanaman kayak gini di rumah?" Tanya Satya yang dibalas anggukan semangat dari Darren. "Nggak bisa."

"Kenapa...?"

"Duh, tanaman kayak gini tumbuhnya di rawa-rawa atau tanah lembab. Tanahnya juga harus kaya nitrogen. Lagian ngapain mau pelihara tanaman karnivora gini?"

"Yah, siapa tahu bisa nangkap lalat di rumah. Aku ingat kak Gem pernah keganggu pas masak gara-gara lalat."

Satya menepuk jidat. Teman sekelasnya yang mendengar hal itu ikut terkekeh, namun tak dipedulikan oleh Darren.

Lagi-lagi Satya menghela napas sebelum membalas.

"Nggak usah mikir yang aneh-aneh deh, Ren. Mending Lo lanjut membaca aja atau urus taman sekolah."

"Ah, o-oke?" Gumam Darren tersenyum tipis. "Kalo gitu aku pergi dulu ya, Sa. Semangat belajarnya!"

Satya mengangguk singkat sebelum Darren pergi dari kelasnya, entah menuju kemana.

Elpízo [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang