7. Khanda

174 29 3
                                    

Ashmashila pun bisa hancur hanya karena tetesan jala yang mengenainya terus menerus. Apa akasha pun bisa khanda jika sudah kehilangan prakasha-nya?
-Pena Sansekerta-

✧-✧-✧-✧-✧-✧-✧

Ashmashila: batu keras.
Jala: air.
Akasha: langit.
Khanda: runtuh.
Prakasha: cahaya.

Masih ingat dengan Nathan? Yang suka Aze sebut sebagai Se-Than, keluarga jauh mereka yang entah punya dendam kesumat apa pada Wiradja hingga membenci mereka.

Lagi-lagi remaja seumuran Aze dan Ashe itu berulah. Setelah mengejek orang tua mereka kini dia mengejek soal masalah toko Wira yang hancur.

Entah dari mana dia bisa mendapat informasi itu, padahal kejadiannya baru kemarin.

"Wah, ada calon orang miskin nih."

Nathan yang mulai pertengkaran ya, bukan Aze. Memang Aze sering mengikuti beberapa perkelahian bahkan tawuran, tapi itu bukan tanpa alasan.

Seperti halnya kali ini.

Kesabaran yang hanya bagai tisu dibagi dua, ah tidak, mungkin dibagi sepuluh, telinga Aze yang mendengar itu langsung membuat emosinya memuncak. Apalagi yang berucap adalah si Se-Than.

Tangan Aze terkepal gemas ingin meninju wajah remaja di sampingnya ini hingga mimisan dan hidungnya patah. Ingin sekali. Padahal sejak tadi keadaan sedang baik-baik saja.

Guru yang mengajar tak sempat masuk, keadaan kelas riuh dengan tawa, Ashe yang duduk di sampingnya sedang tidur dengan tenang, sedangkan dirinya sedang asik memperagakan profesi tentara di tempatnya.

Hingga datang makhluk bernama Na(se)than mendekat dan berucap hal yang membuatnya marah.

Wah, ada calon orang miskin nih.

Brak!

Ah, Aze mendengar gonggongan anjing gila lagi di sampingnya.

Suara meja yang dipukul Aze berhasil membuat suasana kelas hening seketika. Ashe bahkan terbangun dari tidurnya.

"Lo nggak puas kena tonjok ya?"

"Heh, ternyata Lo masih punya keberanian buat tetap sekolah di sini. Padahal udah tau bakalan jatuh miskin."

"Mental Lo yang miskin, dipukul sekali aja langsung ngadu. Dih, anak mami papi."

Nathan menggeram marah, dia berusaha untuk tak memukul lebih dulu. Begitulah taktiknya selama ini, membiarkan targetnya melawan lebih dulu, meninggalkan bekas bukti yang malah membuat dirinya seakan menjadi korban.

Dia tak akan habis akal untuk menyulut amarah targetnya.

"Heh, anak dari keluarga sial nggak cocok ada di sini. Lo nggak diajarin sopan santun? Oh iya, ortu Lo kan udah mati, nggak sempat ajarin anaknya buat bercermin."

Rahang Aze mengeras, tangannya menarik kerah baju Nathan yang kini menyeringai senang karena berhasil memancing emosi targetnya.

"LO! DASAR SE-"

"Aze, tahan."

Terdengar lembut namun dingin dan tegas.

Ashe menahan lengan kembarannya sebelum bogem mentah mengenai Nathan lebih dulu. Matanya yang nampak sayu kini menjadi tatapan tajam, menatap Nathan sengit.

Aze mendengus, menurunkan kembali kepalan tangannya namun tetap memberi tatapan membunuh.

"Kenapa, Ashe Eirwen Wiradja? Lo takut saudara Lo buat masalah lagi dan ngerusak nama keluarga?"

Elpízo [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang