4. Surya

196 22 7
                                    


Chandra membutuhkan surya untuk bersinar. Namun tanpa chandra pun, kehadiran surya saja akan terasa tak bermakna.
-Pena Sansekerta-

✧-✧-✧-✧-✧-✧-✧

Chandra: bulan.
Surya: matahari.

"Haah..."

Alin menghela napas berat sebelum mengemasi barang-barangnya.

Ternyata bekerja sebagai kepala departemen sementara juga tidak mudah. Dia harus membuat, menjelaskan dan mengawasi yang di bawahnya.

Dia kembali kepikiran bagaimana bisa dirinya diterima dalam pekerjaan ini. Apalagi pada posisi kepala departemen?!

Ini posisi yang tak main-main.

Tapi untunglah, dengan pekerjaan ini gajinya bisa melebihi dari cukup untuk keperluan keluarganya. Meski hanya 3 bulan. Dan ini sudah memasuki bulan kedua masuk minggu ketiga.

Tersisa seminggu lebih lagi.

Meski melelahkan, Alin cukup menikmati pekerjaan ini. Mungkin karena darah pekerja keras ayahnya juga sifat tekun dari bunda yang menurun padanya.

Jika bisa, dia ingin bekerja tetap dalam pekerjaan ini.

Jam kantor sudah menunjukkan pukul 4 sore lewat. Dia ingat adiknya sedang mengikuti ekskul, jadi sekalian saja dia jemput.

Setelah selesai mengemasi barang, dia bergegas menuju lift untuk ke lantai paling bawah.

Dari lantai ketiga gedung, dua orang perempuan menatap Alin yang baru keluar dari gedung dan masuk ke dalam mobil silver.

"Ayo makan sore, seperti biasa," ajak Aqela keluar dari ruangannya diikuti Anara.

Mobil silver Alin bergerak menuju SMA Galaksi Nusantara. Di depan gerbang sudah ada Darren yang duduk di atas meja pos satpam sekolah sambil menunduk.

Tersisa dirinya seorang. Alin segera keluar dari mobil saat adiknya itu tak kunjung bergerak dari tempat.

Sepertinya Darren tak menyadari bahwa jemputannya sudah datang. Matanya menyipit begitu melihat pakaian putihnya yang kotor.

"Ren!"

Saat itulah Alin baru menyadari ada warna biru keunguan di dagu dan lengan Darren. Dengan cepat dia meraih adiknya dengan hati-hati, melihat lebih jelas luka lebam itu.

"Lo kenapa bisa gini?" Alin mode protektif, on.

"Eh, bang Alin kapan sampainya?"

Dahi Alin sedikit mengerut. "Baru semenit lalu. Kenapa Lo bisa luka gini?"

Darren sedikit tersentak, melirik lebam di lengan dan menyentuh pelan dagunya yang nyeri.

"Ehehe... tadi nggak sengaja kepeleset pas lagi ekskul. Tanahnya becek, jadi jatuh dan nabrak batu deh. Hehe."

"Lain kali hati-hati." Alin menggeleng pelan dan mengusap wajah. "Hah... yaudah, sampai rumah langsung mandi baru minta diobatin sama Gemma. Ga usah bantu kerja di toko dulu."

Darren mengangguk cepat lalu mengikuti langkah Alin menuju mobil mereka. Langkahnya sedikit aneh karena rasa sakit setelah jatuh masih terasa.

Untung saja tanah becek yang mengenai seragamnya kini sudah mengering. Jadi tak akan terlalu mengotori mobil Alin.

Duh, dia merasa jadi kayak gembel dengan penampilannya yang kotor begini.

_ _ _ _ _ _ _ _ _ _

Mobil hitam yang dikendarai Anara berhenti di depan toko Wira. Aqela turun dari mobil dengan tas ransel kecil yang selalu dia bawa.

Elpízo [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang