28

128 9 4
                                    

Lyra turun dari motor Jeno lalu berhadapan dengannya, namun Jeno sama sekali tidak mau membuka kaca helm dan mengobrol sebentar, biasanya Jeno akan membuka kaca helm hanya untuk mengatakan 'gue duluan' sebelum pulang tapi Jeno hanya diam dan tidak berkata apa-apa

Lyra mendekatkan tubuhnya dengan Jeno lalu berbisik di bawah helmnya

"kalo hati lo udah siap, kita coba lagi ya"

Sontak Jeno membuka helmnya dan membuat Lyra tertawa, Jeno menahan lengan Lyra namun tidak ada yang ia katakan, sementara Lyra masih terus menunggu di tempat sampai Jeno mau melepas genggaman tangannya yang terbilang cukup erat

"apa?" tanya Lyra

"jangan sebut nama lengkap gua lagi, gue gak suka dipanggil Ercole" ucapnya

Lyra tersenyum, "laporan diterima, Jeno Giordan"

Jeno menganggukkan kepalanya dan mulai melajukan motornya dengan kencang, suara motornya cukup membuat tetangganya naik darah

"hahh, apa besok gue marahin dia ya? Suara motornya ganggu banget"

Lyra mengeluarkan ponsel dan berjalan masuk ke dalam rumahnya. "Jungwoo belum dateng, syukur deh tuh anak sibuk kuliah lagi dari pada aneh-aneh sama anak motor" gumamnya setelah mendapat notif pesan dari Wendy yang membicarakan Jungwoo, ibu jarinya berhenti pada nama kontak Jaemin yang jarang sekali ia hubungi, lebih sering dengan Jeno dibandingkan dengannya

Ternyata memang terlihat jelas perhatiannya lebih berat pada Jeno dibandingkan dengan Jaemin, bisa-bisanya ia lebih dulu menyimpan nomor Jeno, lebih dekat dengan Jeno, itu juga dikarenakan Jeno lebih terbuka dibandingkan Jaemin yang suka berbicara lewat pikirannya, sampai air laut mengering juga Lyra tidak akan tau isi pikirannya

Lagipula,

Jaemin berbohong sejak awal

Lyra juga sudah melepasnya, sengaja membuatnya marah dengan mencampuri urusannya agar Jaemin muak dan pergi dengan sendirinya

Lyra juga keheranan, anehnya Jaemin masih bertahan, seharusnya Jaemin marah dan pergi, apa campur tangannya kurang heboh? Sepertinya Lyra harus membuat Jaemin kecewa atau paling tidak mengkhianatinya agar bisa pergi

Lyra kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku, "gausah ah, nanti juga pergi sendiri"

Lyra masuk ke dalam rumahnya dan mengambil air dingin di kulkas untuk dibawanya ke kamar, saat Lyra membuka pintu kamarnya ia terhenti karena seseorang duduk di ujung ranjang dan melakukan kontak mata dengan sepasang mata elang yang siap menerkamnya kapan saja

"nunggu lama?"

Lyra menutup pintunya, meletakkan tas punggungnya di meja belajar dan berlagak biasa saja seperti tidak terjadi apa-apa. "bukannya sekarang mainnya ke rumah Jeno, bukan rumah gua? Janjiannya kan gitu"

Lyra menyeringai tipis karena Jaemin tidak menjawab basa-basinya

"lo masih marah?"

"siapa?" sela Jaemin tidak suka

Lyra membalikkan badannya dan duduk di ujung meja, "lo ngerasa, lo gak lebih berguna dari Jeno atau perhatian gue berat sebelah cuma ke Jeno?" ia melipat tangannya dan tinggal menunggu jawaban Jaemin

Jaemin terlihat diam saja namun matanya semakin tajam menatap Lyra, "iya kan, lo cuma fokus ke Jeno. Gue gak lebih dari sekadar friend of benefit buat lo"

"emang siapa di antara kita yang minta lebih?" tanya Lyra

"lo ceritain semua masalah lo ke Jeno, sementara lo sama sekali gak percaya sama gue, bahkan lo gak ngeluarin sepatah kata buat cerita ke gue, lo pikir gue apa?" ujar Jaemin

The Curse of Losing YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang