5--An Old Tale 上

561 69 4
                                    

Cahaya matahari pagi menembus masuk ke dalam kamar melalui jendela yang tak lagi bertirai.

Sacha yang masih asyik berkelana di Dunia Mimpi terpaksa harus menyudahi petualangannya karena cahaya terik terus mengganggu bagai menusuk-nusuk matanya yang terpejam rapat. Pelan-pelan, dia buka kedua mata dan dia ulurkan tangan kiri ke arah meja nakas yang terletak di sebelah tempat tidur. Tangannya meraba-raba nakas tersebut, mencari sesuatu.

Tak lama kemudian, benda yang dicarinya pun tertangkap oleh telapak tangannya yang besar. Sacha meraih ponselnya dan membawa benda itu ke depan wajahnya.

Pukul 09.25 waktu setempat.

Sacha kembali meletakkan ponselnya di tempat semula lalu bergerak meregangkan tubuhnya. Kemudian, dia bangkit dan mendudukkan dirinya. Dilihatnya sisi kanan kasur yang nampak kosong sejak awal dengan sprei yang masih tersusun rapi. Sacha menghela napas lega begitu ingatan tentang percakapannya dengan Diego tadi pagi melintas di kepalanya.

Hati-hati... bisa aja nanti siang tiba-tiba lo bangun di pelukan gue.

Sacha bergidik ngeri. Bocah gila, umpatnya dalam hati.

Dia beralih menolehkan kepalanya kesana kemari dan tidak mendapati kehadiran orang lain selain dirinya sendiri. Baguslah, Sacha menganggukkan kepalanya. Dengan hilangnya orang itu dari penglihatan Sacha setidaknya akan memberinya sedikit waktu untuk berpikir dengan tenang tanpa ada yang mengganggunya. Entah kemana dia pergi, Sacha tidak peduli.

Sejak kedatangan mereka ke pulau ini, Sacha merasa bahwa Diego sebagai bodyguard pribadinya dengan Diego yang menjadi rekan perjalanannya saat ini merupakan dua orang yang berbeda. Baru lewat satu hari mereka berkelana bersama, Sacha sudah dapat melihat dengan jelas bahwa dalam diri Diego, sebenarnya hanya terdapat dua watak alamiah yang baru-baru ini ditemukannya, yaitu:

1. Gemar menggoda

2. Gemar mengambil keputusan sepihak

Untuk alasan nomor 1 itu, Sacha sebenarnya sudah cukup menyadarinya dari awal ketika Diego secara sporadis mengusilinya ketika mereka sedang bekerja berdua-dan frekuensinya menjadi semakin sering belakangan ini karena mereka lebih sering bersama.

Tetapi, untuk alasan yang kedua, Sacha baru merasakan hal tersebut ketika Diego langsung memilih Bali sebagai titik pelarian pertama mereka tanpa menjelaskan apapun padanya.

Jika saja Bali masih dikuasai oleh sang Ayah dan anak buahnya, sudah pasti mereka akan tertangkap dengan instan. Bahkan sebelum kapal mereka bahkan berlabuh di Gilimanuk dini hari tadi.

Sacha akui dia sudah terlalu terbiasa dengan Diego yang sehari-hari hanya mengikutnya ke mana-mana dan selalu menuruti setiap perkataannya. Namun kini, dunia seperti berbalik 180 derajat di mana Diego menjadi orang yang mendominasi situasi di antara mereka berdua dan Sacha yang harus mengikuti ke manapun Diego pergi. Tapi Sacha tau dia harus menerima itu demi keselamatannya. Karena bagaimanapun juga, rencana pelarian ini tetaplah milik Diego maka, meskipun terdengar naif, Sacha mencoba untuk percaya padanya.

Mempercayai keamanannya pada orang yang baru dikenalnya selama satu bulan tentu merupakan hal yang naif untuk dilakukan oleh putra seorang bos mafia yang sepantasnya penuh perhitungan. Namun, masalahnya begini.

Sejak dulu, Sacha selalu menyangkal guratan takdir yang menggariskan hidupnya untuk lahir dan tinggal di dalam keluarga yang jauh dari kata baik.

Saat dirinya masih kecil, Ayahnya memang selalu merahasiakan pekerjaan aslinya. Di mata Sacha, Ayahnya merupakan seorang pekerja keras yang selalu memberikan yang terbaik untuknya. Sacha yang saat itu masih berjalan dengan kaki-kaki kecilnya hidup dengan nyaman dalam buaian harta yang bergelimang tanpa mengetahui bahwa limpahan kekayaan itu adalah hasil dari usaha-usaha licik sang Ayah demi keuntungannya sendiri.

The Nightingale's Operation [Doshin] || CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang