Sacha terbangun tepat pukul 6 pagi waktu setempat karena satu hal: Suara Mama yang menggelegar membahana ke seluruh penjuru rumah.
Awalnya, suara yang terdengar hanya samar-samar, dan dia berusaha mengabaikan hal tersebut untuk kembali melanjutkan tidurnya. Namun, bukannya mereda suara Mama malah terdengar makin keras hingga Sacha menjadi tersadar sepenuhnya.
Dapat Sacha tangkap dengan jelas suara Mama yang sedang berbicara dengan temannya di telepon, meskipun dia tidak dapat memahami seutuhnya apa yang dibicarakan oleh Mama. Tempo bicaranya yang terlalu cepat ini sudah melewati batas kemampun pemahaman Sacha.
"Me diera cómo estás chicas! Voy a hacer una falta, dios mío! Yo sí que me alegro cuando veo que tú me llamas porque yo sé que hay buena noticia por ahí-" adalah dialog Mama yang bisa Sacha tangkap sebelum tempo bicaranya meningkat dan dia tidak lagi dapat menangkap kosakata yang dikeluarkannya..
"I guess old habit dies hard," celetuk Diego yang terbaring terlentang di sebelahnya masih dengan mata tertutup rapat. Sepertinya dia juga sedikit terganggu oleh kebisingan ini.
"You mean she's normally being like this every morning?" tanya Sacha yang kini kembali meletakkan kepalanya ke atas bantal setelah sempat terangkat sebentar.
"She's always been like this since ever. Nggak setiap hari sih, tapi Mama kalo udah telponan sama temennya pasti langsung lupa dunia," jawab Diego. Dia membawa telapak tangannya ke arah wajah Sacha untuk menutupi kedua matanya, "mending lo tidur lagi aja, ini masih kepagian," ujarnya masih dengan mata yang tertutup.
"Gue nggak yakin bisa balik tidur lagi kalo suara Mama lo masih sekenceng ini...," keluh Sacha sembari menghela napas pelan. Dia menutup kelopak matanya yang berada di balik tangkupan telapak tangan Diego yang terasa hangat.
"Just try to ignore her. Or should I help you cover both of your ears right now?" tawar Diego sambil mengulurkan kedua tangannya menutupi kedua telinga Sacha dan memutar kepala pria itu agar menghadap ke arahnya.
Tidak ada respon apapun dari Sacha setelahnya. Tidak ada anggukan mengiyakan, tidak pula gelengan penolakan. Sacha tidak menjawab apapun, tetapi dapat Diego rasakan otot-otot Sacha yang melemas dan kini menyandarkan kepalanya pada telapak tangan yang menempel di kedua telinga.
Entahlah, mungkin semua ini karena telapak tangan Diego terasa hangat di pagi hari yang begitu dingin sehingga membuat Sacha mendapatkan kenyamanan instan dan memutuskan untuk bergelung di dalamnya. Rasa kantuk yang memang masih menggantung kini kembali menenggelamkannya dalam-dalam bersama kehangatan yang membumbung.
-•-Tiga jam setelahnya, Sacha kembali terbangun. Seisi ruangan terlihat lebih terang karena cahaya matahari telah menerbos masuk melalui jendela-jendela kamar. Sacha bangun dari tidurnya dan menoleh ke sebelah. Diego sudah tidak ada di sana.
Berkat sinar mentari yang menerangi sekitar, pagi ini Sacha baru mendapat kesempatan untuk mengamati detail-detail kamar Diego dengan lebih jelas.
Kamar berbentuk persegi ini besarnya kira-kira 3x5 meter. Meskipun jelas lebih kecil dibandingkan dengan kamar pribadinya di Surabaya, tetapi entah bagaimana caranya Diego dapat membuat kamar ini terasa lebih lega. Mungkin berkat desain minimalis dan sedikitnya perabot-perabot yang diletakkan di dalam sini merupakan alasannya.
Atau, sesederhana karena dia tidak terikat dengan tanggung jawab apapun di sini sehingga beban mental yang kerap membuatnya merasa tercekik hampir-hampir tidak ada. Membuat sepetak ruangan bernuansa kayu ini terasa lebih luas dibanding kamar pribadinya yang luas dan berlantai marmer.
Hampir tidak ada barang-barang apapun lagi di sini. Hanya sebuah lemari pakaian besar yang pintunya dilapisi cermin, sebuah meja tulis dan kursi berwarna putih, sebuah rak kayu yang sudah kosong, dan sebuah tempat tidur yang didudukinya saat ini. Sepertinya, keputusan yang dibuat Diego lima tahun lalu telah dia pikirkan matang-matang hingga tak ada satupun jejak yang ditinggalkannya di sini selain pakaian-pakaian lama yang sudah tidak cukup di badan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Nightingale's Operation [Doshin] || Completed
FanfictionBagai seberkas cahaya yang menembus gua gelap gulita, Diego datang bak juru selamat bagi Sacha yang terperangkap dalam bayang-bayang dunia ayahnya yang menakutkan. Menjadi putra dari seorang mafia berdarah dingin membuat Sacha harus menyaksikan keke...