1.7--A Situation

412 56 2
                                    

"Apa nggak bisa kalian tinggal di sini dulu sampai natal?" tanya Mama dengan suara memelas.

Sacha dan Diego kini tengah bersiap-siap untuk meninggalkan apartemen Mama dan kembali melanjutkan perjalanan. Sacha yang telah siap sejak awal kini sedang menunggu Diego di ruang tamu bersama Mama dan Maria. 

Mama memegang tangan Sacha sambil terus membujuknya untuk tinggal lebih lama lagi bersamanya. Kembalinya Diego ke rumah ini setelah sekian lama sekaligus kehadiran Sacha mungkin merupakan sesuatu yang begitu berarti baginya hingga hatinya begitu berat ketika harus kembali melepas anak laki-laki yang sudah seperti putra kandungnya sendiri itu.

"Maaf ya Ma, ada sesuatu yang harus Sacha sama Diego kerjain dan kita bener-bener harus lanjutin perjalanan hari ini supaya kita nggak kehabisan waktu," balas Sacha lembut sambil menepuk-nepuk tangan hangat Mama yang meliputi miliknya. "Makasih banyak udah izinin Sacha buat ikut singgah sebentar di sini Ma, nanti kalau ada kesempatan Sacha pasti bakal datang lagi ke sini," tambahnya sambil tersenyum hangat.

"Yah... kalau begitu Mama bisa apa...," ujar Mama dengan suara bergetar dan air mata yang mengumpul di pelupuknya, siap untuk jatuh kapan saja. "Semoga apapun yang sedang kalian kejar sekarang berjalan lancar ya, Mama cuma bisa bantu doa dari sini."

"Itupun udah lebih dari cukup kok Ma..., makasih ya," Sacha menyahut masih dengan tangan yang saling bertaut. 

Mama yang sudah mulai menitikkan air mata seketika menarik badan Sacha untuk mendekat kemudian memeluknya erat. Sacha membalas pelukan tersebut sambil memejamkan matanya. Menikmati afeksi yang telah lama tidak dia dapatkan sejak kepergian sang Ibu belasan tahun lalu.

Meskipun baru tiga hari dia singgah di sini, berkat sambutan hangat dari Mama dan Maria, Sacha merasa seperti sudah bertahun-tahun mengenal mereka. Perpisahan yang penuh haru ini membuat dia ikut terbawa perasaan dan hampir-hampir ikut menangis jika saja Diego tidak datang dan menginterupsi momen haru ini.

"Vamos—ayo," ajak Diego sambil memikul sebuah ransel yang lebih besar daripada ransel yang dia gunakan saat mereka datang. Semua berkat baju-baju tebal musim dingin yang memakan banyak tempat, Sacha dan Diego mau tidak mau harus meng-upgrade ransel mereka.

"Diego mi hijo lindo! Mama nggak nyangka harus pisah sama kamu lagi secepat ini... sini sayang," ujar Mama sambil mengulurkan kedua tangannya ke depan, meminta Diego untuk segera memeluknya.

"Mama... makasih karna Mama masih mau terima Diego di sini. Diego pamit dulu ya, " ucap Diego sambil membungkukkan badannya sedikit untuk memudahkan Mama yang tingginya terpaut cukup jauh itu meraih lehernya.

"Sudah pasti rumah ini selalu terbuka buat kamu Diego... mau gimana pun juga, Lucas udah nitipin kamu sepenuhnya ke Mama. Sudah sepantasnya Mama berbuat begini," balas Mama tanpa melonggarkan pelukannya.

Sementara Mama dan Diego tengah bertukar salam perpisahan, Sacha menyapa Maria yang tengah duduk dengan kepala tertunduk. 

"Setelah ini aku sendirian lagi deh...," gumamnya lirih. Namun, sedetik kemudian dia mengangkat kepalanya menghadap ke arah Sacha yang tengah menatap ke bawah dengan bibir tertekuk ke bawah. "Tapi kamu bakal datang lagi ke sini kan, Sacha?" tanya Maria dengan nada penuh harap. Rona wajahnya yang seketika berubah 180 derajat justru membuat Sacha merasa patah hati.

Alih-alih ikut tersenyum bersama Maria, Sacha memeluknya erat. Menjadi anak bungsu yang menjalani hidupnya sendirian tanpa kehadiran sang kakak sejak usianya begitu muda, membuat Sacha dengan cepat merasa terikat dengan Maria dan menganggapnya seperti adiknya sendiri. Sacha tersenyum dalam pelukannya.

"Makasih Maria, jaga diri kamu sendiri baik-baik ya," ujar Sacha halus. Dapat dia rasakan Maria mengangguk kencang di atas pundaknya. 

"Kamu sama Diego juga hati-hati di jalan," balasnya. 

The Nightingale's Operation [Doshin] || CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang