1.9--A Mishap

446 60 2
                                    

Diego bolak-balik mencocokkan plang nama jalan dengan informasi yang tertera di ponselnya. 

Rue Pétrarque. 

Persis. 

Diego menganggukkan kepalanya lalu memutuskan untuk menunggu di samping sebuah mobil hitam yang terparkir di sisi jalan. 

Saat ini, dia tengah menunggu seorang informan dari organisasi Marco yang akan membawakan sebuah informasi untuknya. Karena alasan keamanan, Marco hanya mau bertukar pesan padanya via informan yang jelas membutuhkan waktu lebih lama seperti ini. 

Kuno banget sih, gerutunya diam-diam. 

Diego merogoh saku mantelnya dan mengeluarkan sebungkus rokok dari sana. Lalu dia ambil sebatang untuk dinyalakan sembari menunggu informan tersebut datang. Asap mengepul begitu api menyentuh ujungnya. 

Diego mengamati kepulan asap yang membumbung ke atas. Dia meninggalkan Sacha yang kini sedang tertidur pulas setelah Diego memastikan badannya cukup hangat dan tidak ada gejala hipotermia padanya. 

Ngomong-ngomong, dia jadi teringat dengan percakapan mereka di bathtub tadi pagi. Alasan Diego berubah tegang kala Sacha melontarkan kalimat itu ada hubungannya dengan apa yang sedang dia tunggu saat ini. 

Diego pikir jejak yang selama ini berusaha dia sembunyikan akhirnya tercium oleh Sacha. Jantungnya serasa jatuh ke perut begitu Sacha berkata padanya untuk segera berhenti. Diego hampir menanyakan langsung pada Sacha kiranya sejak kapan dia mengetahui niat aslinya. 

Namun, apa yang sebenarnya Sacha maksud sama sekali diluar dugaannya. Diego yang merasa kaget sekaligus lega akhirnya melepas gelak tawa yang menggema di seluruh sudut kamar mandi yang remang-remang. Dia bersyukur karena memilih pilihan yang tepat untuk tidak gegabah mengeluarkan pertanyaan yang ada di kepalanya saat itu juga. Andai dia benar-benar menanyakan hal itu, mungkin suasana akan berubah makin keruh dan itu sama sekali bukan hal yang menguntungkan untuknya.

Diego tertawa. Dia teringat lagi akan ekspresi yang dibuat Sacha ketika dia iseng memojokkannya di dalam bathtub. Matanya yang berkaca-kaca melebar penuh antisipasi, bibir yang tertekuk sedikit ke bawah, serta wajahnya yang memerah hingga telinga. Diego melihat semua itu dengan jelas dan diam-diam menikmatinya.

Cute, batinnya dalam hati sambil menyemburkan tawa kecil dari bibirnya. 

Sekali lagi, dia hembuskan asap rokok yang mulai berkurang setengahnya. Dari sisi kanan, dapat dia dengar suara langkah kaki seseorang datang mendekatinya. 

"Antonio?" Diego bertanya memastikan.

"Hai ragione... Diego?" pria yang Diego duga bernama Antonio balik memastikan.

"Sì," jawab Diego. 

"Allora, che informazioni hai? —info apa yang lo punya?" tanya Diego tanpa basa-basi.

Antonio mengoper sebuah amplop besar alih-alih langsung menjawab.

"Tutto è in quella lettera—semua ada di surat itu," katanya.

Diego mengernyitkan alisnya lalu dengan cepat membuka amplop tersebut. Dia menarik sehelai kertas keluar dan membaca isinya. 

Pesan dari Marco tentang waktu dan tempat pertemuan mereka, di mana transaksi akan dilakukan. 

Diego menaikkan alisnya sekilas. Tangannya kini merobek-robek kertas tersebut hingga menjadi potongan kecil dan membuangnya ke tempat sampah ada tepat di sampingnya. 

"D'accordo, l'ho registrato—oke, udah gue terima semuanya. Makasih udah nyampein pesan ini ke gue, titip salam ke Marco," ujar Diego sambil menepuk pundak Antonio tiga kali. 

The Nightingale's Operation [Doshin] || CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang