2.6--An Answered Prayer

535 65 73
                                    

Augustinerstraße, Wina

Sinar matahari membelai lembut wajah Sacha begitu dia melangkah keluar. Saat ini, dia dan Diego tengah berada di sebuah gang kecil yang dipenuhi oleh toko-toko dan restoran-restoran di kedua sisi jalan. Mereka baru saja mampir ke sebuah restoran kecil yang ada di sana untuk brunch. Sekarang pukul 11 siang waktu setempat. Sacha berniat untuk berjalan-jalan sebentar sambil membiarkan makanan tercerna dengan baik.

Diego mengikuti Sacha di sisinya. Tanpa banyak bicara, dia membiarkan Sacha mengeksplor isi gang yang dipenuhi oleh toko-toko dengan display yang menarik perhatian itu. Kadang-kadang tangannya refleks menggapai tubuh Sacha ketika dia tiba-tiba kehilangan keseimbangan akibat batu kerikil yang mengganjal tongkatnya, lalu dia akan kembali membiarkan Sacha memimpin jalan di sebelahnya. Keduanya sangat menikmati kegiatan di pagi hari yang damai ini. Di tengah kekhawatiran yang tak bisa mereka suarakan, keduanya sama-sama memilih untuk menyisihkan semua itu sejenak dan menghargai momen-momen penuh kedamaian sebaik yang mereka bisa.

Sacha membelokkan langkahnya mendekati sebuah toko kecil bercat hijau yang terletak sedikit berdempetan dengan dua bangunan di kedua sisinya. Dia mendongak, membaca nama toko yang ditulis besar-besar menggunakan cat emas. Studio Wienblick Galerie. 

So it's a gallery..., pikirnya.

Di depan galeri, etalase-etalasenya dipenuhi oleh lukisan cat air yang indah. Beberapa terlihat seperti hasil lukisan tangan sementara yang lainnya terlihat seperti lukisan digital yang dicetak. Lukisan-lukisan itu begitu menarik bagi Sacha hingga membuatnya berdiri terdiam di sana, memandangi tiap lukisan yang dipajang satu persatu.

Seluruh lukisan ini entah mengapa sedikit mengingatkannya pada seseorang. Seseorang yang dulu begitu dekat dengannya, membagi setiap kehangatan yang dia punya hingga memenuhi seisi rumah, memeluk semua orang yang ada di sana dengan kasih sayangnya, dan menghiasi tiap sudut rumah dengan keindahan. 

Semua ini mengingatkannya pada sang ibu, yang semasa hidupnya begitu menyukai lukisan. 

"Mind if I step in for a moment?" tanya Sacha pada Diego yang masih berdiri di sampingnya.

"Sure, Dear. Go ahead," jawab Diego menyetujui. Tangannya dengan cepat membukakan pintu untuk Sacha dan membantunya masuk ke dalam. "I'll be there waiting. If you're done you can find me there, alright?" katanya sebelum menutup pintu galeri.

"Lo nggak mau ikut masuk?"

"No, it's okay. Take your time," Diego menepuk pundak Sacha sekilas sebelum benar-benar menutup pintu dan berjalan menjauh dari sana.

Sacha mengedikkan bahunya, lalu memutuskan untuk masuk dan mengeksplor galeri itu lebih dalam. Ada lebih banyak variasi lukisan yang menggunakan bermacam-macam teknik yang berbeda di sini. Objek-objek yang dilukispun sangat beragam mulai dari potret manusia hingga lukisan pemandangan alam. 

Dari sekian banyak lukisan yang indah itu, mata Sacha terpaku pada satu lukisan yang terletak di dalam sebuah etalase kaca di pinggir ruangan. Sebuah kanvas berukuran kira-kira 20 x 25 cm dengan lukisan bunga tulip beraneka warna di atasnya terlihat sangat indah hingga membuat Sacha tak bisa mengalihkan perhatiannya dari sana sama sekali. Sapuan cat airnya terlihat tak beraturan namun mampu ciptakan harmoni yang menghasilkan lukisan yang cantik. Sacha sangat menyukai lukisan ini.

"Willkommen in unserer Galerie, Sir —Selamat datang di galeri kami, Tuan," sapa seorang wanita (pemilik galeri ini, sepertinya) dari sisi kanannya, "Sie scheinen dieses Gemälde so sehr zu mögen—Anda tampaknya sangat menyukai lukisan ini?"

The Nightingale's Operation [Doshin] || CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang