00--A Final Stop and A Fresh Start

535 57 27
                                    

"Wow... Dad was so cool!" seru anak laki-laki berusia 9 tahun itu, menanggapi cerita yang barusan dituturkan oleh pria berusia 30 tahunan yang duduk di sebelahnya. "I wish I could be as brave as Dad to protect my loved ones."

Pria tersebut tertawa kecil. Dirinya sibuk mengoleskan selai di atas roti yang sengaja dia bawa ke padang rumput di depan rumah mereka untuk piknik.

"Of course, Salim

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Of course, Salim. Soon you're gonna be as magnificent as your Dad. But first thing first...," pria itu menyodorkan roti lapis yang telah siap kepada anak laki-laki tersebut-Salim, "you have to eat well to be as strong as Dad."

Salim menerima roti lapis tersebut dengan tangan-tangan mungilnya dan melahapnya dengan suapan-suapan besar. Sepertinya, dia begitu termotivasi untuk tumbuh menjadi orang dewasa yang kuat. Pria di sebelahnya tertawa sambil memandangi anak itu makan dengan lahap.

"Did he propose you with the ring?" tanya Salim sambil menunjuk sebuah cincin yang melingkar jari manis si pria.

"This one?" tanyanya sambil menatap cincin tersebut. "Of course not? How could he think about the ring when his life was on the edge of the cliff?"

Pria itu menatap jauh ke arah padang rumput yang terhampar indah di hadapannya. "Your Dad was bleeding badly at that time. I kept telling him to shut his mouth so the wound wouldn't get even worse, but I guess he just wanna live as he pleased."

Salim menatap pria itu dengan mata yang berkedip-kedip lucu. "Not too different from you then, Papa?" tanyanya polos.

Pria itu melirik ke arah Salim yang ternyata sudah menghabiskan roti lapisnya sejak tadi. Sebuah senyum jahil terulas di bibirnya. "Oh really? Same goes with you, then, you little mischief!" serunya sambil menggelitiki anak laki-laki itu di sana sini. "Admit it! It was you who left the muddy baseball on the living room, right?"

Salim tertawa terbahak-bahak. "Papa! It tickles!" ujarnya. "I swear it wasn't me! I was playing game in my room all day long yesterday!"

"Hm??? Can I believe you about this?"

"I swear, Papa! If you still don't believe it, ask--"


"Kerjaan gue itu," celetuk sebuah suara dari belakang mereka tiba-tiba. Pria di sebelah Salim berhenti menggelitiki anak itu dan menoleh ke belakang.

"Oh, jadi lo," katanya sambil memasang wajah kesal yang dibuat-buat. "Seenaknya banget lo taro bola berlumpur begitu di lantai rumah yang udah capek-capek gue pel. Lo pikir ngurus rumah itu gampang?"

Pria yang satunya berjongkok di dekat pria yang sedang pura-pura merajuk itu. "I never say it is easy, honey. That's why we're doing it together," katanya sambil mengacak-acak rambut yang sedang berpura-pura. "Habis itu kan tetep gue yang beresin semuanya, sayang."

Yang rambutnya diacak-acak kemudian tertawa. "Sure. Thanks for doing it together with me, sweetie," katanya sambil mengecup pipi pria di sebelahnya itu dengan cepat.

"Anytime honey... anytime."

Keduanya lalu saling berpelukan untuk waktu yang cukup lama dan hampir mengacuhkan kehadiran bocah mungil di tengah-tengah mereka. "Where's the mallets, Dad?" tanya Salim, membawa kedua pria yang tengah memadu kasih itu kembali pada kenyataan.

"Oh, you're right!" kata pria yang baru bergabung tersebut sambil merogoh dua buah tongkat Woodball dari belakangnya. "Let's play the ball!"

Maka, Salim dan pria itu pun segera lari berhamburan ke tengah padang rumput yang sudah dipasangi gawang-gawang kecil sebelumnya.

"Diego!" panggil pria yang sengaja tinggal di tempatnya semula. "Bolanya ketinggalan!"

Diego, pria yang dipanggil Dad oleh si kecil Salim, berlari kecil untuk menghampirinya kembali. Dia menerima bola yang disodorkan padanya lalu menukarnya dengan senyum manis pada pria yang duduk di bawahnya.

"Thanks, Sacha," ujarnya sebelum berlari kembali ke tengah padang rumput dan memulai permainan dengan Salim, putra mereka berdua.

--The End--

The Nightingale's Operation [Doshin] || CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang