1--An Offer

821 86 6
                                    

cw//graphic violence, mention of blood

Hari demi hari berlalu dengan cepat, tapi juga terasa lambat. Sacha menjalani harinya seperti biasa, tetapi entah kenapa rasanya seiring waktu berlalu, beban di kedua pundaknya makin terasa berat. Pekerjaan yang diberikan ayahnya juga semakin hari semakin brutal. Dia tidak yakin sampai kapan sanggup menyelesaikan misi dari sang Ayah dengan berdiri di atas kedua kakinya sendiri.

Kehadiran Diego pun tidak memberikan perubahan yang begitu signifikan. Sacha masih tetap harus menanggung semua rasa bersalah sendirian tiap kali dia mengotori tangannya dengan darah korban-korban yang berutang pada Ayahnya. Juga masih tetap harus menanggung semua beban yang hinggap di kepalanya kala orang-orang bawahannya tidak becus melaksanakan tugas. 

Kadang-kadang dia mendapat laporan bahwa obat-obatan terlarang yang diselundupkan berhasil dicegat oleh petugas bea cukai di bandara. Ada pula waktu-waktu di mana dia mendapat laporan bahwa anak buahnya terlibat dalam interogasi yang berlebihan terhadap sandera hingga menyebabkan kematian sandera sebelum informasi yang mereka inginkan bahkan berhasil didapatkan.

Kekacauan itu sayangnya harus Sacha tangani sendirian karena ayahnya selalu menegaskan hal ini berkali-kali. 

"Your subordinates are your responsibility.

Kalau mereka buat kesalahan, itu semua bakal jadi cerminan dari kepemimpinanmu. Jangan pernah biarkan anak buahmu buat masalah lalu ditinggalkan begitu saja untuk orang lain. Di dunia kita, kelemahan tidak bisa ditoleransi. Kamu harus berani dan tegas, buktikan kalau kamu layak untuk jadi atasan mereka. Tangani semua masalah itu dengan tanganmu sendiri. Ingat, kelemahan hanya akan membawa bencana bagi kita semua."

Wejangan dari Ayahnya itu kerap melintasi kepalanya kala dia tengah dilanda masalah serupa. 

Siapa juga sih yang mau ada di posisi ini! gerutunya jika masalah yang dilaporkan padanya terlalu banyak hingga membuat pusing kepala. Lagian juga kenapa harus gue yang tanggung jawab sama masalah yang dibikin orang lain?

Barusan, dia mendapat laporan lagi bahwa salah satu anak buahnya di Medan sempat terlibat cekcok dengan warga sekitar menggunakan senjata tajam ketika sedang menjalankan misi. 

Anak ini kenapa nggak bisa kerja diem-diem aja sih... nambah-nambahin kerjaan gue aja! gerutuan demi gerutuan Sacha lepaskan di dalam hati. 

Aduh... sekarang apalagi!? Sacha berjengit kaget ketika telepon yang terletak di sisi kanannya berdering tiba-tiba. Diangkatnya telepon itu dengan cepat dan terdengarlah suara seseorang di seberang sana.

"Halo, Bos!" seru orang itu. Sepertinya anak buah Sacha yang lain ingin melaporkan sesuatu.

"Yoga ya?" tanya Sacha memastikan.

"Betul Bos!" jawab Yoga, anak buah Sacha yang bertugas di wilayah Surabaya, "Lapor, Bos! Saya barusan dapet kabar kalo Jarot masuk polisi lagi."

Sacha yang mendengar hal itu hanya bisa memijat-mijat alisnya sembari bertanya, "Kali ini kenapa lagi?"

"Berantem sama sopir angkot lagi gara-gara nggak mau bayar setoran Bos," jawab Yoga menjelaskan situasinya pada Sacha.

Sacha menghela napas lelah, "Nanti biar saya urus si Jarot. Kamu balik lagi aja ke pangkalan. Lain kali saya nggak mau denger laporan yang sama ya. Sekali lagi saya denger kabar begini, posisi kamu saya cabut!" ancam Sacha dengan tegas.

"Baik Bos saya-"

Ditutupnya telepon secara sepihak oleh Sacha sebelum Yoga memberikan salam penutup untuknya. Sacha tidak peduli, saat ini kepalanya dibuat pening oleh masalah-masalah yang terus datang akibat ketidakbecusan anak buahnya sendiri.

The Nightingale's Operation [Doshin] || CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang