4--A Checkpoint

539 68 19
                                    

Tidak banyak yang terjadi setelah Sacha dan Diego meninggalkan Pasar Pabean beberapa jam yang lalu. Selain dari Sacha yang meminta Diego untuk berhenti sebentar di toilet umum, mereka berdua berhasil meninggalkan Surabaya tanpa hambatan dan pergi menyebrangi pulau menaiki kapal.

Untuk alasan keamanan, Diego memutuskan untuk menggunakan langkah demikian. Pergi menaiki pesawat memang opsi yang lebih praktis dan cepat, tetapi prosesnya kadang memakan waktu. Dia khawatir hal tersebut akan menghambat pergerakan mereka dan pada akhirnya akan kembali tertangkap oleh orang-orang Ayah Sacha yang Diego duga pasti sudah mengepung bandara sejak kemarin siang.

Waktu menunjukkan pukul 3 pagi kala Ford Escape yang mereka naiki keluar dari badan kapal. Diego melajukan mobil dengan kecepatan sedang menuju pintu keluar Pelabuhan Gilimanuk, Bali.

Bali.

Daerah yang beberapa kali Sacha kunjungi baik untuk tujuan bisnis maupun wisata. Sebagai salah satu wilayah yang paling ramai dikunjungi pendatang, Ayah Sacha tentu tidak ingin melewatkan kesempatan untuk meraup keuntungan sebanyak-banyaknya. Maka dia menaruh perhatian yang cukup besar pada bisnis yang berjalan di pulau ini. Ayah Sacha mulai menjalin kerja sama dengan petinggi dan aparat setempat, para investor, hingga warga lokal, demi kelancaran bisnisnya. Bersama back-up yang diberikan oleh pejabat-pejabat daerah, Ayah Sacha menggunakan Bali sebagai markas terbesar keduanya setelah Surabaya. Bisnis kasino, penyelundupan narkoba, pencucian uang, dan lain-lain kebanyakan dilakukannya di sini.

Sacha akan segera menolak ide Diego untuk singgah sementara di sini jika saja Bali bukan termasuk dalam wilayah kekuasaannya. Lima tahun lalu, karena bisnis yang makin besar dan usia Sacha yang makin matang, Ayahnya mempercayakan Bali sepenuhnya padanya. Sacha biasanya harus mengawasi langsung daerah-daerah yang mengalami pergantian otoritas seperti ini, tetapi karena bisnis di Bali sudah berdiri sejak lama dan terbilang cukup stabil, maka Sacha tidak perlu sering-sering datang kemari dan bisa dengan nyaman memantau perkembangan bisnis dari kediamannya di Surabaya.

"Di sini harusnya aman karena anak buah bokap jarang ada yang ditugasin ke sini," ujar Sacha meyakinkan Diego untuk terus melajukan mobilnya ke depan. Diego hanya membalas dengan deheman kecil sementara matanya masih terus fokus melihat jalanan.

Mereka melaju ke arah timur melewati daerah Tamansari menuju Kabupaten Buleleng. Dapat Sacha lihat pemandangan pantai yang membentang di sisi kirinya seakan-akan menyambut kedatangan mereka di sini.

Diego membelokkan kendaraannya ke arah kanan begitu mereka melewati sebuah puri yang berdiri megah di sisi kiri mereka. Bangunan yang terbuat dari batu bata itu sukses menarik perhatian Sacha bersama dengan ukiran-ukiran bercorak khas Bali di sekelilingnya.

Untuk apa kiranya tempat itu digunakan oleh masyarakat di sini? Begitulah pertanyaan yang muncul di kepala Sacha saat itu juga. Dia menggelengkan kepalanya dan menyimpan rapat-rapat pertanyaan itu di sana karena saat ini kepalanya dipenuhi oleh hal lain. Mungkin nanti, apabila ini semua telah usai, dia akan kembali ke sini dan mencari jawaban atas pertanyaannya barusan jika dia masih punya waktu.

Jika Sacha masih punya waktu...

Setelah hampir 2 jam berkendara, akhirnya mereka memutuskan untuk beristirahat sebentar di sebuah hotel yang terletak di daerah Lovina.

Sebuah hotel bintang 4 yang kelihatannya Diego pillih secara sembarang ini terletak di tengah pedesaan yang dipenuhi dengan pohon-pohon hijau nan asri. Begitu selesai memarkirkan mobil, mereka berdua segera keluar dari sana dan berjalan memasuki hotel.

Sacha pun dapat melihat patung-patung batu yang menghiasi eksterior hotel di sana-sini. Dengan ukiran khas Bali yang kompleks, patung-patung ini semakin memperkuat identitas lokal yang ingin diperlihatkan oleh hotel ini.

The Nightingale's Operation [Doshin] || CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang