1.8--A Compromise

411 54 6
                                    

Ternyata tidak.

Sacha dan Diego tidak berhasil sampai di tujuan sebelum badai salju datang.

Hasil ramalan cuaca yang sempat Diego cari tahu sebelum berangkat ternyata keliru. Badai salju turun tanpa disangka-sangka dan mengganggu lalu lintas, termasuk jalanan yang sedang mereka lewati saat ini.

Diego merasa bahwa saat ini situasi kurang aman untuk melanjutkan perjalanan, maka diapun membelokkan setir keluar jalan tol untuk mencari penginapan yang bisa mereka singgahi untuk sementara waktu. Setidaknya hingga badai ini selesai.

Namun, dalam waktu singkat salju-salju menumpuk di sekeliling mereka hingga mobil mereka mulai kesulitan bergerak. Kini mereka benar-benar terjebak di tengah gundukan salju yang makin meninggi seiring dengan lebatnya badai salju yang menerjang.

"Fuck!" umpat Diego ketika mobilnya tak lagi dapat dia lajukan akibat gundukan salju yang menghalangi jalan. "Kayaknya kita harus jalan kaki mulai dari sini. Ayo Sacha, jangan lupa bawa barang-barang lo," ajak Diego kemudian sambil memutar badannya ke belakang untuk meraih ransel di kursi penumpang.

"Dan ninggalin mobilnya di sini?" tanya Sacha dengan alis menukik bingung.

"Lo pilih mobil atau nyawa lo?" Diego menyahut datar. Dia membuka pintu mobil yang sudah mulai terkubur oleh tumpukkan salju, "Ayo cepet!"

Sacha mendesis sebelum tangan panjangnya meraih ransel di kursi penumpang di belakangnya dan ikut keluar dari mobil. Musim dingin ternyata begitu merepotkan.

"Terus sekarang kita ke mana?" Sacha bertanya begitu berhasil menyusul Diego dengan susah payah. Salju kini sudah setinggi betisnya.

"Di sekitar sini harusnya ada penginapan yang masih buka," balas Diego. Kepalanya menoleh kesana kemari, "lo bisa bahasa Prancis kan?" tanyanya.

"Bisa."

"Great. Sekarang kita tinggal cari tempat buat singgah sebentar sampe badai ini reda."

"Pagi-pagi buta begini emangnya ada penginapan yang masih terima check-in tanpa reservasi?" Sacha bertanya dengan tangan yang diangkat untuk melindungi wajahnya dari serangan badai.

"Makanya itu ayo kita cari tau," sahut Diego enteng.

"What if there's nothing here?" tukas Sacha.

"Kita tidur di luar," Diego menyahut asal.

Sacha menjatuhkan rahangnya tidak percaya. Pria di depan ini tidak mungkin serius dengan ucapannya barusan bukan?

"Lo gila ya?" Sacha berseru dari posisinya yang kini telah tertinggal dua langkah dari Diego. Dia berjalan mendahului Sacha yang kini menghentikan langkahnya sambil memasang ekspresi kesal. "Tanpa persiapan apa-apa lo langsung ngajak gue buat turun langsung ke tengah badai begini? We should've stayed in the car with the heater on earlier!" omelnya geram.

"Shhh, before you get mad at me, look over there," Diego menyela sambil menunjuk ke arah sebuah bangunan dengan plang bertuliskan Hôtel berdiri tak jauh dari posisi mereka saat ini.

"Sometimes you need to chill out a bit, Love. Everything's gonna be alright," ujar Diego dengan senyum miring yang bahkan masih dapat Sacha lihat dengan jelas di tengah badai salju yang mengaburkan penglihatan.

"Mau chill sampe kayak gimana lagi? I'm freezing here," gerutu Sacha sambil berjalan mendahului Diego dengan badan menggigil akibat butir-butir salju yang dingin membasahi pakaian musim dinginnya.

"Ayo cepet masuk!" seru Sacha. Diego mengikuti di belakangnya sambil tersenyum simpul. Mereka berdua pun segera memasuki bangunan hotel yang letaknya berdempetan dengan beberapa bangunan tinggi lainnya.

The Nightingale's Operation [Doshin] || CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang