O6. Dibalik Topeng yang Retak

9.1K 488 7
                                        

selamat membaca semua dan semoga suka❤️

FOLLOW DULU BOSSS!

RAMEIN KOMEN KALIAN SEBANYAK-BANYAKNYA DI TIAP PARAGRAF🔥

JANGAN LUPA VOTE🔥

───

HAPPY READING

──

O6. Dibalik Topeng yang Retak

•••

Pertanyaan-pertanyaan ini terlalu mudah!

Ratu menatap layar komputernya dengan rasa percaya diri yang tak terbendung. Soal demi soal terlewati dengan cepat, setiap jawaban seolah sudah tertanam dalam benaknya. Semua pelajaran yang memusingkan orang lain terasa seperti permainan baginya. Soal-soal yang membutuhkan waktu lebih lama untuk di kerjakan, sudah ia jawab dengan cepat dan tepat. Ratu merasa, jika ini adalah ujian penentuan kelas, maka kelas terbaik SMA Garuda Bangsa sudah pasti miliknya.

Matanya menyapu ruangan, menilai teman-temannya yang lain. Mereka mengerjakan soal dengan santai. Ratu tahu mereka sudah menyelesaikan hampir semua soal. Mereka hanya menunggu waktu habis untuk bisa meninggalkan ruangan ini. Ini adalah tes yang mudah bagi mereka yang terlahir jenius dan berada dalam lingkaran elit seperti mereka.

Tatapan Ratu beralih ke gadis yang duduk memunggunginya. Perasaan yang tidak bisa dia definisikan mulai muncul. Ratu memandang gadis itu dengan sorot mata tajam, seperti elang yang sedang mengamati mangsanya dari kejauhan.

Perempuan itu terlihat fokus mengerjakan soal. Namun sesekali dia menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal dan kadang mendesah frustasi sebab tidak memahami arti dari soal-soal tersebut. Ratu menyungging senyuman sinis, Rana pasti tidak terlalu pintar dalam akademik. Maka, Ratu mestinya tidak terlalu khawatir dengan gadis itu.

Sepertinya firasat Ratu ini hanya sekedar perasaan subjektif.

Ratu mengalihkan perhatian kembali ke layar komputer. Waktu terus berdetak, sementara seluruh ruang laboratorium di penuhi oleh suara ketukan keyboard, hanya sesekali di pecahkan oleh langkah-langkah sepatu pantofel Pak Aidan yang menapaki lantai dengan ritme yang sangat jelas terdengar.

Setiap langkah seperti mengingatkan mereka bahwa tes ini bukan hanya soal akademik. Ini adalah pertaruhan yang lebih besar.

Ratu terus mengisi soal-soal dengan cepat dan teliti, namun entah kenapa matanya kembali tertuju pada Rana. Gadis itu sedang mengerjakan soal dengan wajah cemas. Ratu bisa melihat dengan jelas betapa berat beban di pundak Rana, meski gadis itu berusaha tetap tenang. Ada rasa frustasi yang begitu tampak dari ekspresinya.

Dengan senyum penuh kesombongan, Ratu memutuskan untuk kembali menyelesaikan soal-soal yang tersisa. Rana tidak akan lolos di kelas terbaik, begitu pikirnya.

Di belakangnya, Pak Aidan mulai berkeliling lagi, memastikan tidak ada yang berbuat curang. Suara langkah sepatu pantofel semakin mendekat, menambah ketegangan di ruangan yang sudah cukup tertekan oleh persaingan ini. Setiap orang merasa cemas. Mereka tahu bahwa hanya satu kelompok yang akan mendapatkan tempat di kelas terbaik, dan itu berarti ada banyak yang harus di kalahkan.

Lima puluh tujuh. Lima puluh delapan. Lima puluh sembilan. Ketika detik-detik terakhir mendekat, jam tangan Pak Aidan berbunyi dengan suara yang memecah kesunyian, mengingatkan mereka semua bahwa waktu hampir habis.

THE SIXTH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang