"Jangan biarkan rasa takut itu menguasai dirimu dan mempermudah mereka untuk masuk."
Suara langkah kaki yang menginjak dedaunan mengisi kesunyian kala itu. Dua orang laki-laki berjalan pelan dengan mengandalkan lampu senter. Terlihat sarung warna merah yang terselempang di bahu salah satu dari mereka.
Mereka terlihat berani, namun menyimpan rasa takut yang tak dapat terlukiskan. Rasa was-was dan gelisah menghampiri mereka. Malam ini adalah giliran mereka. Mau tak mau mereka harus ronda malam keliling desa untuk memastikan tak ada hal-hal yang tidak diinginkan terjadi.
Sayup-sayup terdengar suara seperti seorang wanita yang sedang menangis. Mereka tiba-tiba menghentikan langkah.
"Kamu dengar?" tanya laki-laki itu tanpa menoleh.
Tak mendapatkan jawaban laki-laki itu kemudian memanggil nama temannya. "Jar?" Ia menolehkan kepalanya ke kanan.
Laki-laki itu melihat temannya yang hanya diam mematung. Ia menyentuh bahu temannya itu. "Jar? Kamu teh kenapa?" Ia lalu menepuk pundak temannya.
Bulu kuduknya berdiri. Tangannya tiba-tiba gemetar. Rasa gelisah muncul. Jantungnya berdebar kencang tatkala melihat tatapan mata temannya itu. Tatapan yang ia rasa berbeda dari biasanya.
"Jar, jangan diam saja." Rasa takut itu kian menguat. Lirikan mata ia dapat dari laki-laki yang sedari tadi hanya diam.
"Haduh." Ia perlahan berjalan maju lalu lari tunggang langgang sembari teriak meminta tolong. Teriakan itu ternyata membuat para warga keluar dari rumah mereka masing-masing.
Laki-laki itu dihentikan oleh seseorang dengan jubah warna putih dan tasbih ditangannya.
"Lukman, ada apa?" tanya seseorang yang didepannya dengan heran.
Laki-laki bernama Lukman itu sedang mengendalikan deru nafasnya yang terengah-engah.
"I ... Itu ..." ucapnya sembari menunjuk ke arah belakangnya.
"Tenang, atur nafasnya dulu," ujar laki-laki berjanggut tersebut.
"Si Fajar pak ..." ucapnya sesekali menoleh ke belakang.
"Fajar kenapa?"
Warga mendekat ke arah dua laki-laki itu, berkerumunan. Mereka lalu mengalihkan pandanganya ke arah Fajar yang berdiri diam di antara gelapnya malam.
"Fajar kemasukan pak."
Perkataan Lukman membuat para warga yang ada di sana terkejut. Mereka kembali menatap ke arah Fajar yang posisinya jauh dari mereka.
"Astaghfirullah." Laki-laki itu terdiam sejenak. "Man, cari daun bidara di halaman belakang rumah saya."
"Baik pak ustadz." Lukman mengangguk paham.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghost : A Mystery
HorrorMendaki adalah salah satu kegiatan yang Joy lakukan sewaktu liburan. Namun pendakian kali ini berbeda. Dua temannya menghilang. Dalam proses pencarian ia malah menemukan sebuah rumah yang berdiri di tengah hutan tepatnya di lereng gunung, jauh dari...