Bab 41 : panti

267 52 4
                                    

Tiga hari kunjungan ke panti asuhan dilakukan secara rutin. Dari pagi hingga sore. Dikunjungan ke empat ini Jia dan Jio sudah familiar dengan orang-orang di panti asuhan. Mereka sudah bisa bermain dengan anak-anak yang lain tanpa terus menerus mencari Chaeyeon atau Lee Jeno, si kembar juga sudah dekat lagi dengan Nona Yoon, pengasuh sebelumnya di panti.

Karena si kembar sedang bermain dan Lee Jeno sedang mengawasi disana, Chaeyeon menghabiskan waktunya untuk berbincang dengan Nona Yoon.

"Kalian mengurus mereka dengan sangat baik, lihat!" Nona Yoon menunjuk si kembar. "Mereka udah tumbuh sebesar itu selama hampir tiga bulan, saya pas gendong sampe kaget karena makin berat aja si kembar," lanjut wanita itu sambil terkekeh.

"Saya hanya berusaha melakukan yang terbaik untuk mereka," sahut Chaeyeon.

Nona Yoon adalah pengasuh yang paling muda di panti diantara pengasuh lain, Chaeyeon banyak bercerita tentang si kembar selama mereka tinggal bersama. Nona Yoon ini seperti seorang kakak perempuan yang bijak, banyak kata-kata yang beliau sampaikan yang membuat Chaeyeon merasa termotivasi, kata-katanya juga kadang menenangkan Chaeyeon atas banyak kekhawatiran terhadap si kembar.

"Kamu tahu enggak kalau nanti tanggal 28 si kembar ulangtahun?" Tanya Nona Yoon. Chaeyeon menggeleng.

Pertanyaan barusan entah mengapa membuat Chaeyeon diliputi penuh rasa bersalah. Selama ini dirinya tidak mengetahui kapan si kembar ulangtahun, padahal teman-temannya yang lain tahu hal itu sampai Karina saja mengadakan pesta untuk Kai agar dia bahagia dihari spesialnya.

Seolah mengerti apa yang ada dalam pikiran Chaeyeon, Nona Yoon mengusap pundak Chaeyeon lembut. "Gak apa, sekarang kamu tahu."

Nona Yoon dipanggil oleh ibu panti untuk membantu menyiapkan makan siang anak-anak, beliau pergi meninggalkan Chaeyeon diteras sendirian dengan lamunannya.

Tanggal 28. Dua hari sebelum program mereka selesai.

Gadis itu menoleh pada kumpulan anak-anak. Lee Jeno menjadi sosok yang paling besar disana membimbing anak-anak belajar membaca sementara Jia duduk dipangkuannya dengan buku terbuka dan Jio yang berdiri mencoret-coret papan tulis mini.

Waktunya terbatas. Waktu mereka untuk bersama semakin menipis. Sebentar lagi si kembar akan kembali ke panti, Chaeyeon dan Lee Jeno akan kembali menjalani perkuliahan seperti biasa.

Terlalu cepat.

Tanpa sadar Chaeyeon terisak, gadis itu tidak ingin seseorang melihatnya menangis jadi ia pindah ke samping bangunan panti dimana ada tempat duduk rotan. Chaeyeon menangis disana tanpa suara.

"Hei," suara Lee Jeno masuk kependengarannya, Chaeyeon buru-buru menghapus air matanya, namun mata mereahnya jelas terlihat oleh lelaki itu karena Lee Jeno langsung merengkuh Chaeyeon dalam pelukan. "Kenapa nangis, hm?" Chaeyeon hanya kembali menangis dalam pelukan kekasihnya sampai merasa puas.

Pelukan itu Chaeyeon lepas, ia menghapus lagi sisa air mata dipipinya. "Si kembar kemana?"

"Udah waktunya makan siang, aku tadi nyari kamu buat ikut makan. Laper enggak?" Tanya Lee Jeno halus.

Chaeyeon menggelengkan kepalanya. "Mau nyusul si kembar? Biasanya mereka gak mau makan kalau bukan kamu yang nyuapin," kata Lee Jeno lagi.

"Aku habis nangis, gak mau anak-anak lihat. Jia bisa sedih, dia perhatian banget kalau aku sedih pasti ikut sedih Juga."

"Beneran anak kamu emang Jia tuh."

Chaeyeon enggan makan siang sehingga Lee Jeno masuk kedalam panti dan kembali membawakan makanan untuk mereka santap berdua. Lelaki itu duduk disamping Chaeyeon dan menyuapi gadis itu.

UNIT | Lee Chaeyeon x Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang