INDEKOS : Chapter 16

371 35 2
                                    

"Chan mereka lucu kan?" Tanya Minho yang kini sibuk membantu ibu kucing untuk mengeringkan bayi kucing baru lahir. Chan hanya mengangguk pelan fokus pada anak kucing yang dia keringkan.

"Saat aku pulang kampung apa kau yang memberi makan mereka?" Tanya si manis tiba-tiba. Chan perlahan mengangguk pengiyakannya, senyuman Minho kini mengambang.

"Terima kasih Chan, kau sangat perhatian pada ku selama ini" ucap Minho dengan penuh hati. Mendengarnya membuat Chan merasa bersalah, apa dia telah menodai pria sepolos Minho karena dirinya mabuk?

"Minho aku ingin minta maaf, aku sepertinya melecehkan mu waktu itu" ucap Chan. Jujur dia tak ingin ada rasa canggung diantara mereka. Mendiamkan Minho membuat Chan merasa tersiksa.

"Kau tidak melecehkan aku, kita melakukan dengan kemauan" katanya. Chan menatap wajah manis yang kini menatap dirinya. Wajah Minho nampak berkaca-kaca perlahan.

"Aku sedih saat kau mendiamkan aku seperti beberapa hari belakangan ini, padahal aku tahu perasaan mu pada ku" kata Minho. Chan menunduk, dia sangat malu sampai tak bisa berkata-kata.

"Aku tidak bisa bohong lagi, tapi aku juga menyukai mu Chan" ucap Minho. Chan perlahan menatap Minho dengan berkaca-kaca. Tetesan air mata kini tumpah dari mata Minho. Dia menangis.

Chan menggeleng sembari mendekat,  menyentuh wajah Minho. Mata Minho ditutup perlahan saat bibir tebal itu mencium dirinya.

"Syukurlah" ucap Chan dengan senyuman manis. Minho meneguk ludah kemudian merasakan kakinya dielus oleh kucing hitam macam.

"Ayahnya sudah datang, ayo kita pergi" kata Minho dengan menarik tangan Chan membawanya pergi dari sana.




______





Chan kini duduk di depan pintu depan rumah memakai sepatu di kedua kakinya. Sudah lama sekali dia tak pernah joging pagi. Karena tidak bisa tidur lagi Chan  memutuskan untuk berlari beberapa meter  di kawanan depan indekos mereka.

Langit masih gelap, kira-kira sekarang jam setengah enam pagi. Tidak ada gumpalan awan hitam, sepertinya matahari akan bersinar terang. Ketika dia akan menutup pintu, Chan menatap sesosok pria yang kini berdiri di depan pintu kamar dirinya. Wajahnya masih nampak mengantuk.

"Kau akan ke mana Chan?" Tanya Minho berjalan mendekat. Pria Bang itu  menyunggingkan senyuman manis untuk di manis. Setelah menyatakan perasaan mereka beberapa hari yang lalu, Chan merasa lebih dekat dengan sang pemilik rumah.

"Kau terbangun ya?" Usap Chan pada kepala si manis. Minho perlahan memberikan pelukannya pada Chan dengan manja dan centil.

"Kau belum menjawab pertanyaan ku" kata Minho setelah puas dengan pelukan Chan. Chan mengangguk sembari melepaskan tubuh Minho.

"Aku akan joging sebentar, kau lanjut tidur saja" katanya melambai. Minho seketika membuka matanya berbinar.

"Aku ikut ya, aku juga mau olahraga" katanya mendekat. Chan sekilas agak ragu tapi Minho yang terus memohon, rasa tidak ada daya Chan menolaknya.

Minho menatap Chan menjongkok di depan dirinya yang tengah memakaikan Minho sepatu olahraga. Setelah itu keduanya berdiri.

Chan menggengam tangan mungil si manis menuntunnya untuk keluar dari rumah mereka. Udara cukup dingin pagi ini, perlahan Chan diam dan menatap Minho.

"Pakaian mu terlalu seksi jika terbuka seperti ini" ucap Chan sembari menatap tubuh Minho. Si manis agak malu dan merona, tapi pujian itu benar-benar menggelitik dirinya.

 Si manis agak malu dan merona, tapi pujian itu benar-benar menggelitik dirinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
INDEKOS [Banginho] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang