INDEKOS : Chapter 29

330 43 11
                                    

Dunia seperti berputar sekarang. Suara aneh terdengar samar-samar di pendengan Minho. Pria manis itu perlahan menggerakan jarinya pelan. Nyeri, seperti ada yang tertusuk pada urat tangannya. Matanya perlahan terbuka, suasana begitu remang.

"Aku di mana?" Batin Minho menatap ke arah langit-langit ruangan. Ini seperti bukan di surga atau neraka seperti yang dia inginkan datangi. Perlahan Minho menghirup udara yang masuk dari sungkup yang terpasang pada bibirnya. Di sana baru dia menyadari tempatnya berada. Ini adalah rumah sakit.

"Ughh"  lenguh Minho, tubuhnya sangat sakit jika digerakkan, perih dia rasakan di pinggang kanannya. Perlahan dia menunduk. Pakaian khas rumah sakit kini dirinya pakai, di bawah sana dirinya melihat sebuah alat terpasang.

"Kenapa bisa aku di sini?" Gumam Minho tidak nyaman. Tapi kepalanya sudah seperti mau pecah. Sendirian, kini kembali dia merasa kesepian.

"Seharusnya aku mati terbakar waktu itu" batin Minho putus asa. Sepertinya karma yang dia kumpulkan terlalu besar sampai mati pun sulit baginya.

Kini dia kembali meringkuk di ranjang rumah sakit, berusaha menutup matanya. Siapa tahu Tuhan memaafkan Minho lalu ikut membawanya ke dunia akhir.





______





Chan berlari menyusuri lorong rumah sakit, kedua tangannya membawa beberapa peralatan dan makanan. Sudah satu minggu dia bolak-balik dari kantor ke sana.

Sebenarnya tak tega meninggalkan Minho sendirian, apalagi dia kini berada di ruang intensif. Chan selalu berdoa, kapan Minho akan sadar? Dia selalu berdoa untuk mendapatkan kesempatan kedua untuk meminta maaf secara langsung pada Minho. Karena dirinya sudah ingkar janji dan meninggalkan Minho di masa sulitnya.

Chan sudah tahu semuanya, walaupun mungkin hanya beberapa. Dari Mingi dan Juyeon. Hatinya sebenarnya sakit tapi, dia tak ingin kehilangan cinta pertamanya.

Saat sampai, Chan terkejut melihat ruangan tempat Minho berada kemarin kini kosong. Hanya ada seorang suster yang merapikan ranjang itu untuk pasien lain.

"Ke mana orang yang dirawat di sini?" Chan langsung bergetar, jangan bilang jika Minho sudah meninggal. Sekujur tubuh tubuh Chan bergetar hebat menunggu jawaban dari suster penjaga ruang intensif.

"Oh Tuan walinya? Tadi kami sudah berusaha menghubungi anda bahwa pasien saat ini sudah dipindahkan ke rawat inap biasa, dia sudah sadar tadi pagi" jelasnya. Chan menghela napas pelan bersyukur, dia kita Minho sudah benar-benar pergi meninggalkannya.

"Boleh aku tahu di mana ruangannya?" Tanya Chan dengan cepat.

Chan berlari menuju tepat yang dikatakan  oleh suster. Senyuman di bibirnya tak bisa hilang, dirinya begitu merindukan pria manis itu.

Gugup, Chan gugup sembari menatap ruang rawat inap di depannya. Ekspresi apa yang akan dia perlihatkan pada Minho? Kata apa yang akan dirinya katakan untuk memulai obrolan. Sungguh dirinya tak bisa berpikir.

Dari kejauhan terdengar suara suster dan dua dokter masuk. Chan menunduk memberikan hormat saat mereka masuk ke dalam. Chan mengekor berusaha mencari tempat tidur Minho. Ruangan itu ada 4 bad dengan tirai yang menjadi pemisah antara tempat tidur.

Di ujung sana perlahan terdengar terdengar Minho dengan seorang dokter. Chan menelan ludah berlari ke arah sana. Pria itu kini nampak terkejut saat dirinya diperiksa. Wajahnya masih pucat tapi sangat lucu jika dia terkejut seperti itu.

"Apa yang akan kau lakukan?" Tanya Minho saat pakaiannya disingkap ke atas. Dokter tersenyum sembari memeriksa perut Minho yang agak membuncit.

"Dokter pasien ini baru sadar tadi pagi, mungkin dia tak tahu jika dirinya tengah hamil" ucapnya. Minho langsung terlihat terkejut, dan itu lucu menurut Chan. Saat dia koma, Chan sudah tahu semuanya. Karena dia yang menjadi wali Minho saat dirawat di rumah sakit.

Awalnya Chan sangat kecewa, tapi ya pekerjaan Minho yang membuat dirinya bisa hamil kapan saja dengan orang lain. Dia juga membuat kesalahan di sini, tanpa persetujuan Minho Chan melakukan pengecekan DNA bayi yang dikandung Minho.

Memang hasilnya belum keluar, tapi dengan ini Chan bisa membantu Minho menemukan siapa ayah dari sang bayi. Agar Minho bisa meminta pertanggungjawaban darinya.

Di saat dirinya diperiksa, tiba-tiba Minho menatap ke arah Chan. Dia terkejut sembari menelan ludah. Wajah manis itu langsung ditundukan olehnya. Sepertinya Minho malu.

"Semuanya baik, jagalah kesehatan anda" ucap dokter sembari memberikan senyuman semangat pada calon ibu muda itu. Minho hanya mengangguk perlahan, suster kini kembali menutup pakaian Minho lalu mereka keluar melanjutkan pemeriksaan pada pasien lainnya.

Chan mendekat perlahan, dirinya kini membuka lemari nakas di samping tempat tidur Minho dan duduk di kursi samping ranjang.

"Bagaimana keadaan mu?" Tanya Chan. Minho mengangguk dua kali perlahan, tangannya kini sibuk meremas jari-jari tangannya. Chan tersenyum kini dia memberanikan diri untuk mengusap rambut Minho.

"Syukurlah kau sudah baik-baik saja" ucap Chan. Minho perlahan memberanikan dirinya untuk menatap mata Chan. Senyuman miring dari Chan membuat Minho takut.

"Sekarang kau sudah tak berdaya Minho" ucap Chan dia berusaha menggoda Minho, jujur Chan merindukan senyuman miring dari pria manis ini. Sangat seksi dan binal.

"Anak siapa ini?" Tanya Chan lagi menginterogasi. Minho langsung menggeleng, begitu banyak pria yang pernah meniduri dirinya. Walaupun Chan juga salah satunya tapi, dia pun tidak tahu pasti.

"Berapa banyak orang yang pernah meniduri mu?" Tanya Chan lagi. Minho berkaca-kaca membuang muka. Tangannya bergetar ketakutan.

"Maafkan aku, aku menipu dan membohongi mu. Maafkan aku" kata Minho sedih. Chan mengangguk tanpa reaksi.

"Aku di sini hanya untuk menginterogasi mu, jadi jangan terlalu bahagia" kata Chan. Minho mengangguk, tapi lebih baik rasanya tinggal di penjara daripada di jalanan. Siapa tahu di sana ada yang mau membunuh Minho.

"Aku membawa makanan untuk mu, makanlah" kata Chan agak ketus.




Hari-hari mereka sangat canggung, tak ada obrolan. Minho yang takut dan Chan kini agak gengsi. Ini berbeda dengan rencana Chan. Karena Minho hamil dirinya ditempatkan di ruangan khusus ibu dan anak. Suara bayi terdengar di ruangan ini. Perlahan Minho menjadi penasaran dan menyingkap gorden untuk melihat  bad sampingnya.

Seorang ibu sendirian dengan bayi yang masih menyusui di pangkuannya. Dia nampak sangat bahagia walaupun sendirian.

"Hai!" Katanya saat tatapan mereka bertemu, Minho perlahan tersenyum malu seperti tertangkap basah.

"Suami ku sedang keluar membeli popok, ayo mengobrol dengan ku, aku sebelumnya pernah satu ruangan juga dengan mu di ICU" katanya. Minho mengangguk, dirinya kini menyikap sebuah gorden yang menghalangi pandangan mereka.

"Wah kau ternyata masih muda ya, pasti ini kehamilan pertama mu kan?" Tanya wanita itu. Jika dilihat mungkin usianya sekitar 35 tahunan.

"Ya" jawab Minho singkat.








TBC

Jangan lupa vote dan komen ya

INDEKOS [Banginho] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang