INDEKOS : Chapter 30

377 38 5
                                    

Wanita itu terlihat ramah walaupun Minho masih agak canggung. Dia banyak berbicara tentang keluarga dan anaknya. Dia pun berusaha menghibur Minho yang nampak sedih.

"Kenapa kau di ruangan UCU?" Tanyanya. Wanita itu tertawa, dia pun juga lega. Awalnya dia mengira ajalnya akan mendekat.

"Ini kehamilan ku yang ketiga, umur ku sebenarnya sudah beresiko hamil. Saat aku melahirkan aku mengalami perdarahan, apa kau tahu bagaimana rasanya? Aku kira aku akan mati tapi syukurlah aku diberikan kesempatan sekali lagi" katanya tersenyum penuh syukur. Minho mengangguk, apa Tuhan menyelamatkan Minho karena dirinya tengah hamil?

"Aku sepertinya lebih dahulu sadar dari mu. Apa polisi itu suami mu? Wah kau beruntung sekali, dia selalu menunggu mu saat kau koma. Dia pun juga terus menangis menatap mu tak sadarkan diri. Seperti ada rasa bersalah yang besar. Jujur aku iri" jelasnya khas ibuk-ibuk gosip.

Minho perlahan tersenyum apa Chan benar-benar segitunya? Saat tadi dia ke sini pria itu nampak sok jual mahal dan galak seperti polisi yang menginterogasi penjahat.

"Oh kalian masih muda, aku yakin cinta kalian masih besar. Aku jadi merindukan saat awal-awal kami menikah" ucapnya tersenyum. Minho perlahan tersenyum, jantungnya kini berdegup kencang kembali. Apa benar seperti itu?




____





Jujur sangat bosan, Minho lebih banyak sendirian di sini. Apalagi teman tetangga badnya sudah pulang dengan anaknya. Dia punya rumah dan keluarga, tapi setelah sembuh entah di mana Minho akan tinggal. Indekosnya sudah terbakar habis.

Kini dia menatap matahari yang mulai terbenam dari jendela samping tempat tidurnya. Kenapa Minho tak bisa berpikir jernih, tak bingung. Dia selalu bingung tak ada semangat hidup.

"Apa yang kau lakukan?" Suara familiar itu terdengar dari belakang sana. Chan datang seperti biasa dengan beberapa cemilan manis untuknya. Walaupun dingin, dia masih perhatian dan memperhatikan Minho.

"Aku ingin bicara pada mu, aku kau mau mendengarkan penjelasan ku?" Tanya Minho. Chan menelan ludah kemudian mengangguk. Tangan Minho kini membawa satu tusuk tenghulu anggur kesukaannya. Tatapan tajam Chan terus menatap dirinya, Minho jadi takut.

"Kau mau bicara apa? Cepatlah, aku tidak punya banyak waktu" kata pria itu. Minho mengangguk perlahan dan bercerita.





____





Cerita Minho

Tetesan air mata Minho lolos saat melihat pengumuman dari brosur sekolah. Jantungnya berdebar kencang, setelah semua kerja keras yang dia lakukan selama mengejam di sekolah menengah atas. Mungkin dia merasa dirinya sangat beruntung dari semua orang di dunia ini.

Sangat tidak sabar untuk memberitahu keluarga tercintanya. Dengan seragam lengkap pria manis itu berlari menuju menuju dapur mencari ibunya. Siang-siang seperti ini wanita itu biasanya memasak makan siang untuk mereka.

"Ibu!" Teriak Minho dengan senyuman subringah. Di dapur wanita itu tidak ada, perlahan Minho berbalik melangkahkan kakinya naik ke lantai dua kamar sang ibu. Rumah sewa ini tak terlalu luas tapi ada dua lantai yang cukup untuk tiga orang.

"Ibu ternyata kau di sini" kata Minho dengan selembaran di tangannya. Kamar sang ibu sudah berantakan, kumpulan uang juga berserakan di lantai kayu itu. Dua celengan miliknya juga sudah hancur dibuka dengan paksa.

"Aku aku lolos di Universitas Hankuk ibu" katanya tanpa basa-basi. Wanita itu kini mendongkak menatap anak sulungnya dengan mata bengkak berair.

"Minho maafkan ibu, tapi sepertinya kau tidak bisa kuliah tahun ini" katanya. Minho langsung berkaca-kaca, jika memang sang ibu tak punya uang dia akan bekerja paruh waktu seperti sebelumnya.

"Ibu jangan khawatir, aku akan bekerja paruh waktu" kata Minho. Tangisan wanita itu kini pecah, dirinya langsung memeluk Minho dengan erat. Sebenarnya apa yang terjadi, tangisan ibunya saat ini seperti saat sang ayah meninggalkan mereka.

"Jeno Minho, Jeno!" Teriaknya memanggil sang adik. Minho perlahan bergetar, semalam anak itu mengeluh sakit kepala. Tapi saat Minho ke sekolah dia baik-baik saja bahkan dirinya juga sekolah.

"Kenapa dengannya?" Tanya Minho panik.

"Dia.. dia sekarang koma, dokter mengatakan Jeno punya tumor di otaknya" kata sang ibu sontak Minho terdiam, air matanya kini lolos.

"Apa ? Kenapa bisa? Dia tadi pagi sehat" katanya.

"Dokter mengatakan akan mengecek keganasan tumornya tapi memerlukan banyak biaya, jadi.." belum selesai bicara Minho menyela kalimatnya.

"Ibu pakai uang ku dulu, aku tidak usah kuliah. Jeno lebih penting" katanya sambil menangis. Padahal ini adalah impian Minho, dia mengumpulkan uang untuk masuk kuliah sampai tidak pernah jajan.

Negara tidak bisa memberikan Minho beasiswa dikarenakan riwayat ayah mereka yang pernah masuk penjara. Hal itu membuat Minho harus mengumpulkan uang untuk kuliah dan belajar dengan giat agar bisa masuk ke kampus negeri unggul. Tapi semuanya sia-sia.

Biopsi dilakukan. Seperti tak ada kemajuan dari sang adik. Dokter mengatakan jalan satu-satunya adalah operasi.

Minho dan ibunya kini berusaha mencari uang sebanyak mungkin agar bisa membiayai operasi si bungsu. Semua sudah dia lakukan, satu tahun pun tak ada perubahan padahal sudah dua kali dilakukan operasi. Pria muda itu bahkan tak sadarkan diri saat ini.

"Sepertinya jika bekerja di sini tidak akan bisa mendapatkan banyak uang, apa aku bekerja ke luar negeri?" Gumam Minho. Dia sampai kurus bahasa asing agar bisa berangkat.

Tapi saat dokter mengatakan ada harapan untuk Jeno sembuh dia akan berusaha keras.

Minho nekat pergi keluar negeri, dia ikut dengan agen ilegal agar biayanya lebih murah. Di sana dirinya bekerja serabuatan, walaupun begitu Minho mendapatkan bayaran yang lumayan daripada bekerja bekerja di Korea.

Hampir dua tahun dia bekerja di sana, semua uang dia kirimkan pada sang ibu dan adiknya. Perawatan Jeno pun seperti mengalami kemajuan. Namun, suatu hari dokter mengatakan ada tumor yang kembali terdeteksi di bagian tubuh lainnya dan harus segera di operasi. Minho seperti terlambat petir kembali, dia bekerja lebih keras tapi tak banyak uang yang bisa dia kumpulkan.

Di saat dirinya lelah dan dilema, dia bertemu dengan Lee Minhyuk dan saat itulah kontraknya dengan berandal itu dimulai. Awalnya Minho hanya melayani Minho di atas ranjang biasa, tapi semakin lama dia semakin brutal.

Pria itu mulai menyiksa Minho dengan alat-alat seksnya yang aneh. Lebih buruknya dia juga sering membawa Minho bermain bersama beberapa temannya. Masa-masa suram itu kadang membuat hati Minho sakit. Tapi bayaran Minhyuk lumayan besar bisa menutup biaya rumah sakit dan perawatan Jeno.

Satu tahun menjadi simpanannya, Minho akhirnya bisa membeli sebuah indekos di Korea. Pria itu kembali dan memulai bisnis sampingannya selain memuaskan nafsu para pria kaya.

Awalnya indekos Minho selalu penuh, dia pun mulai mengurangi intensitasnya dengan Minhyuk dan suatu hari dirinya bertemu dengan Chan. Minho yang dari kecil kehilangan ayahnya jarang mendapatkan kasih sayang. Bukannya Bagaimana tapi dia merasa ibunya lebih pro ke Jeno.

Chan adalah orang yang memperlakukannya dengan baik dan lembut. Karena itulah Minho merasa nyaman dengannya. Dia selalu mendengarkan Minho dan menjadi pelindung setia Minho. Banyak orang yang dia temui, tapi menurut Minho Chan berbeda. Tiap malam dia selalu berharap bisa selalu bersama Chan selama hidupnya. Namun, sepertinya kehendak Tuhan berbeda. Mereka harus terpisah.









TBC

Jangan lupa vote dan komen ya

INDEKOS [Banginho] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang