INDEKOS : Chapter 18

339 38 5
                                    

Minho terdiam sambil menutup mulutnya rapat-rapat. Pria itu ada di sini, kekasihnya. Jika dia melihat Minho dalam keadaan seperti ini, entah apa yang akan dia pikirkan.

"Di mana jalangnya?" Tanya mereka berusaha menggeledah. Minho menangis dalam diam. Getaran di analnya kini seperti sangat dia rasakan. Keringat dingin kini membasahi tubuh si manis.

"Ini remote apa?" Gumam Chan yang menemukan remote di atas lantai.

"Ohh ini seperti remote alat seks, apa mereka memakai ini? Sial memang" katanya mengotak-atik benda itu. Mata Minho terbelakak saat benda itu seperti mengaruk isi perutnya kasar. Sekejap Minho agak bergetar hingga kepalanya terbentur meja. Suara itu membuat mereka menatap ke arah sana.

Tubuh Minho kini sudah bergetar hebat, sekuat tenaga dirinya menahan apa yang dirasakan. Langkah kaki itu membuat jantung Minho berdetak dengan sangat kencang.

"Chan apa yang kau lakukan ayo" kata mereka. Minho akhirnya bisa menghela napas lega. Saat mereka semua pergi, pria manis itu mengeluarkan dirinya dari bawah meja. Dengan merangkak dia pergi ke kamar mandi.

"Ugghhh ahh ahh hampir saja" kata Minho membuka kaki melepaskan benda itu dari analnya. Dirinya kini menggunakan pakaian kembali, untung para polisi itu tidak menggeledeh tempat rahasia ini. Karena semua barang Minho di simpan di sana.

"Apa mereka menangkap Minhyuk?" Gumamnya tiba-tiba, persetan lah. Yang penting dirinya kini pergi dulu dari hotel.








"Terima kasih" kata Minho pada taksi yang dirinya tumpangi. Pria manis itu pun kini berjalan menuju ke arah tempat tinggalnya. Udara segar itu dapat Minho rasakan sekarang. Hampir saja dirinya dipenjara. Wah membayangkannya saja membuat Minho ngeri.

Samar-samar Minho kini merasakan lubangnya bergetar kembali. Rupanya dia lupa melepaskan benda itu. Minho memegang perutnya sembari bersandar di pohon samping jalan.

"Sial ahh" desah Minho tak terkontrol, apa mereka mengutak-ngatik remotenya di kantor polisi? Semua penyesalan itu hadir di kepalanya. Minho dengan tubuh bergetar berusaha berlari.

"Nghh nghh kenapa dia tak berhenti bergerak" ucap Minho tidak tahan. Tubuhnya kini runtuh ke tanah tak bisa menahan genjotan yang semakin menggila. Minho merasa celana bagian belakangnya basah sekarang.

"Minho!!" Suara familiar itu membuat Minho menoleh. Dengan  segera dirinya mengambil parfume dari tas dan menyemprot dirinya.

"Kau kenapa hmm? Apa kau sakit?" Tanya Chan, wajahnya cemas dan sangat panik menilai Minho yang meringkuk di jalanan. Untung tak ada orang jahat yang menyakiti dirinya.

"Chan" perlahan Minho memanggil nama Chan matanya berkaca-kaca seperti menahan sakit. Chan memegang perut Minho.

"Kenapa? Perut mu sakit?" Tanya Chan. Minho tak menjawab, dia kini menangis dengan mulut tertutup rapat tak ingin Chan mendengar suara desahannya.

"Aku ahh diare lagi, sakit" kata Minho membuat alasan. Chan mengangguk dia kini menggendong Minho ala bridal. Saking paniknya Chan seperti tak menghiraukan keanehan di tubuh sang kekasih.

Di gendongan Chan Minho menutup mulutnya rapat-rapat, perutnya sampai sakit apa mungkin terluka karena alat itu. Akhirnya mereka sampai di rumah, Chan segera membawa Minho ke kamarnya.

"Obatnya di mana?" Tanya Chan bertanya. Minho menggeleng dengan air mata mengalir deras. Chan mengangguk tanpa banyak bicara dia berlari keluar kamar Minho.

Si manis langsung bangkit, dia berjalan secepat mungkin ke dalam kamar mandi. Suara keras pintuterdengar ketika Minho menutup kamar mandi lalu menguncinya dari dalam.

Dia langsung melepaskan celananya, suara napasnya yang terengah-engah mengisi ruangan. Kedua kakinya dibuka perlahan, Minho memasukan dua jarinya ke anal berusaha mengeluarkan benda gila itu.

"Nghhh sial kenapa sangat dalam" kata Minho merogoh tubuhnya sendiri. Dia menangis takut, takut Chan segera kembali. Namun semua yang dia lakukan membuahkan hasil, alat itu kini sudah dibuang ke kloset. Minho akhirnya lega, dirinya perlahan bersandar di kloset walaupun tubuhnya masih bergetar hebat dan perutnya terasa nyeri.

"Minho" suara itu membuat Minho tersadar. Bibirnya perlahan tersenyum mengingat wajah Chan yang panik melihat Minho kesakitan. Apa secinta itu Chan padanya?

"Chan aku baik-baik saja, perut ku sudah lega" kata Minho mengusap perutnya. Chan terdengar terkekeh di luar sana.

"Aku akan mandi dulu nanti kita bertemu di taman ya" ucap Minho dengan membuka sisa pakaiannya.

"Baiklah aku akan menunggu mu" ucap pria itu kemudian langkah kakinya menghilang dari pendengaran Minho.





_______




Wajah Minho terlihat sangat pucat hari ini, padahal setahu Chan Minho hanya diam di rumah saja. Berkebun dan mengurus hal lainnya. Tapi wajahnya nampak terus kelelahan.

"Kau sakit?" Kata Chan mendekat, dirinya kini mengusap rambut Minho dengan sayang. Tangan Chan juga memeriksa kening Minho, apalagi dia demam atau tidak. Perlahan Minho mengambil tangan Chan menggengamnya erat kemudian dicium dua kali.

"Aku hanya kurang istirahat jangan khawatir" ucap si manis dengan senyuman manis. Chan menganggukan kepalanya paham, hatinya akan sangat sedih saat Minho jatuh sakit.

"Boleh aku menginap?" Tanya Minho perlahan. Chan tak bisa menolak, kamarnya adalah kamar Minho juga.

Si manis kini duduk di ranjang Chan dengan dua boneka yang dirinya bawa. Menatap ke sekeliling kamar tempat sang kekasih terlelap.

Sang polisi kini sibuk dengan beberapa berkas dan laptopnya. Minho jadi mulai mengantuk,  perlahan dirinya meregangkan tubuhnya sambil menguap.

"Kau mengantuk?" Tanya Chan ketika berbalik ke belakang. Minho terkejut sambil tertawa, dia sepertinya tertangkap basah. Dengan mata berair, dirinya mengangguk.

Chan bangun dari kursinya berjalan menuju pria manis itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Chan bangun dari kursinya berjalan menuju pria manis itu. Dia kini merebahkan tubuh Minho di ranjang mini miliknya disusul dengan dirinya.

"Agak sempit" ucap Chan sembari membawa Minho ke pelukannya. Tapi ini sangat cukup menurut Minho. Tubuh mereka saling berhadapan di mana kepala Minho dibaringkan pada lengan Chan.

"Selamat malam" bisik Chan dengan sebuah kecupan di kening si manis. Minho berbisik demikian untuk membalasnya dan menyusukan kepalanya menempel di dada Chan.

Chan tersenyum melihat Minho sudah terlelap, napasnya beraturan seperti sangat kelelahan. Perlahan dirinya mengusap punggung Minho dan menepuk bokongnya untuk membuat Minho lebih nyaman.

"Kau sangat cantik ketika tertidur" kata Chan menatap wajah milik Minho. Wajahnya damai nampak bagaikan seorang malaikat. Bagaimana Chan bisa tidak jatuh cinta pada pria ini.

"Aku mencintai mu, jangan pernah tinggalkan aku" bisik Chan dengan penuh cinta. Tak peduli Minho mendengar atau tidak, dirinya tak akan pernah bosan menyatakan cintanya.

Chan menghela napas memeluk erat sang pujaan hati dengan erat sembari perlahan menutup matanya untuk pergi ke alam mimpi.










TBC

Jangan lupa vote dan komen ya

INDEKOS [Banginho] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang