INDEKOS : Chapter 32

321 30 4
                                    

Minho terkejut ketika melihat Chan mengeluarkan  apa saja yang dirinya beli. Nampak dia paperbag besar dihadapkan padanya. Seketika pipi Minho melihat pakaian berwarna dan minim itu. Seperti yang dia pakai saat waktu menjadi pemilik indekos.

"Aku membelikan mu ini pakailah, semua pakaian mu sudah hangus terbakar" ucap Chan dengan senyuman manis di pipinya. Dirinya agak gemas kini saat melihat wajah merah padam di manis.

"Aku lebih suka menggunakan pakaian mu" ucap Minho perlahan. Chan terkekeh, dirinya kini mendekat memeluk kesayangannya dengan penuh cinta. Chan suka Minho yang polos seperti ini. Tapi dia tak suka saat Minho jadi pendiam.

"Di rumah pakailah ini, aku suka kau memakai pakaian seperti ini. Saat keluar rumah pakai pakaian ku" ucapnya. Minho mengangguk perlahan, senyuman mengembang di bibir tipis meronanya.

"Chan apa kau tak ingin melakukan sesuatu?" Tiba-tiba bibir Minho berucap. Chan menaikan salah satu alisnya kebingungan. Tak ada yang dia inginkan, semuanya sudah di sini. Minho ada bersamanya.

"Tidak, kau sudah di sini aku sudah sangat senang dan lega" ucapnya dengan ciuman tipis di seluruh wajah si manis.


Minho menatap ke arah jendela, tiap malam dia selalu terbangun. Pria manis itu menatap kosong ranjang sampingnya, tempat yang lumayan sempit untuk tidur berdua.

Minho mengarahkan pandangannya keliling kamar itu. Perlahan matanya menangkap sesosok pria yang berbaring di sofa ruang tamu depan. Minho perlahan bangkit, dirinya merasa tidak enak. Saat Minho di sini Chan tidur di sofa. Mungkin dia tak ingin membuat Minho tidak nyaman.

Minho duduk di meja depan sofa berusaha menatap betapa nyenyaknya tidur Chan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Minho duduk di meja depan sofa berusaha menatap betapa nyenyaknya tidur Chan. Pria itu sepertinya sangat lelah bekerja seharian. Jika terus seperti ini mungkin Chan akan sakit, tidur di sofa rasanya tidak nyaman.

"Chan" panggil Minho sembari memegang baju kekar miliknya berusaha membangunkan sang empu. Pria itu kini membuka matanya menatap Minho khas bangun tidur.

"Kenapa tidur di sini? Ayo ke dalam" kata Minho dengan wajah cemas. Pria itu perlahan tersenyum kemudian mendudukan tubuhnya di sofa. Sesekali Chan menguap sembari meregangkan tubuhnya.

"Aku tidak tega menyesak mu tidur di sana, bulan depan aku akan beli kasur dan ranjang yang lebih besar" ucapnya. Minho menunduk, padahal dirinya di sini hanya menumpang. Tapi seperti berusaha untuk mengusir sang pemilik dari kamarnya sendiri.

"Maafkan aku, aku sangat merepotkan" ucap Minho. Chan menggeleng, dirinya kini membawa Minho untuk duduk di pangkuannya. Memeluknya erat dengan penuh cinta seperti biasa. Tangan Chan menyusuk masuk ke dalam kaos yang dipakai Minho.

Tangan Chan mengusap kulit lembut dan halus milik Minho. Betapa dia sangat menyukainya, Minho selalu merawat tubuhnya dengan baik walaupun tengah hamil.

"Tidak, aku tidak pernah berpikir begitu" ucap Chan dengan tatapan manis untuk sang tercinta. Minho agak mengigit bibir bawahnya, kini bibi tipisnya memberanikan diri mencium Chan.

"Terima kasih" ucap Minho malu dan ragu, wajahnya merona dan dua kali lipat menggemaskan. Seketika Chan menelan ludah, entah kapan terakhir dia melakukan itu dengan Minho.

🔞

Keringat dingin mulai keluar, napas terengah-engah Minho terdengar di telinga Chan. Tadi keduanya hanya berciuman, namun entah kenapa rasanya sangat menegangkan. Kini tubuh Minho didudukan pada sofa berwarna abu gelap. Bawahannya sudah sirnah dari tubuh Minho. Menampakkan penis Minho yang kecil berwarna merah muda.

Wajahnya kini merah, malu. Tapi dia tak sabar melanjutkan kegiatan panas ini. Perlahan Chan melepaskan kaos itu dari tubuh si manis hingga sang ibu hamil telanjang bulat. Chan tersenyum, sungguh dia merindukan tubuh Minho sama seperti  pemiliknya.

Kini Chan bersimpuh di depan Minho, membuka kaki mungil itu agak lebar hingga sebuah lubang berwarna merah muda terlihat. Lubang itu kini basah, seperti menyambut dirinya. Tapi mungkin Chan tak setega itu untuk langsung masuk ke sana.

Dia tahu diri, penisnya yang lumayan gempal membutuhkan lubang ekstra. Pemanasan sangat penting sebelum seks. Mengingat mereka sudah lama tak melakukannya.

"Nghhh Chan ahh kau melakukan apa?" Tanya Minho panik saat pria itu mendekatkan wajahnya ke selangkangan di manis. Dia mencium penis mungil sang calon ibu mengulumnya dengan nakal sembari menatap wajah merona di atasnya.

Minho menggeliat, mulut Chan seperti melakukannya dengan baik. Napas Minho kini terengah-engah saat penisnya dipermainkan. Tak lama setelah itu Chan merasakan cairan bening darinya.

Minho kini terengah-engah, rasanya sungguh nikmat. Tak ada yang bisa memberikan itu kecuali Chan. Belum berhenti dari sana, kini Chan memegang kedua paha si manis agak mengangkatnya ke atas hingga lubang berwarna merah muda itu ada di depan wajahnya.

Chan menciumnya penuh cinta, tempat itu adalah tempat yang selalu membuat dia puas dan nikmat.

"Chan jangan hmmm kotor" gumam Minho sembari mendesah. Mata Minho terbelakak saat Chan menjilat lubangnya yang basah, kemudian memasukan lidahnya ke dalam. Hangat, Minho merasakan hangatnya ludah Chan. Rasanya sangat aneh, tapi nikmat. Kedua tangan Minho refleks mereka rambut hitam sang tercinta dengan lenguhan penuh pada mulutnya.

Muncratan cairan bening Chan terima dari penis mungil Minho. Hal itu menandakan Minho puas dengan apa yang dirinya lakukan. Perlahan Chan mengeluarkan lidahnya sembari berdiri di depan Minho.

Mata Chan menatap tiap inci tubuh Minho, penisnya yang penuh cairan bening, matanya sayu, bibirnya menganga dan kedua puting susu yang kini merah dan timbul. Tak lupa keringat itu melunasi tubuh si manis hingga berkilau menggoda.

Minho menatap pria di depannya, Chan melepaskan semua pakaiannya hingga telanjang bulat seperti dirinya. Penis besar dan tegang itu menjulang pada selangkangannya. Tak lupa dua buah zakar yang selalu bersuara ketika Chan menggenjot dirinya. Sempurna, tubuh pria itu begitu sempurna bak seorang dewa.

Perlahan Chan mendekat, dirinya membelai wajah Minho sembari memberikan kecupan manis di bibir manisnya. Perlahan Chan meraba tubuh Minho, usapan lembut itu seperti membangun janin di perut Minho. Seperti menyambut kedatangan sang ayah nantinya.

"Kenapa sangat besar?" Gumam Minho dengan malu melihat gelantungan di bagian bawah Chan. Pria sang pemilik hanya terkekeh, apa dia sudah lupa. Ya tapi ini fakta.

"Ya kau bisa melahapnya dengan baik kan?" Tanya Chan menggoda Minho. Kini dia mendekatkan wajahnya menuju dada Minho. Menciumnya sekilas di tengah lalu berjalan ke kanan meraup godaan itu.

"Nghhh nghhh nghhh" Minho tak bisa tahan tidak melepaskan desahannya, semua yang Chan lakukan terlalu nikmat hingga dia kehilangan akal sehat. Chan melumat san menyedotnya dengan rakus.

Perlahan dia meraba lubang Minho di bawah sana sembari menyusu pada Minho.

"Ughhh Chan" sungguh Chan lemah saat namanya dipanggil demikian. Dua jari Chan masuk ke dalam untuk melonggarkan anal Minho yang benar-benar menyempit.

Minho tak bisa berhenti melengguh, jujur Chan sangat ingin langsung masuk ke dalam tapi dia tak ingin menyakiti Minho.













TBC

Jangan lupa vote dan komen ya

INDEKOS [Banginho] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang