INDEKOS : Chapter 19

336 30 9
                                    

Chan terkekeh melihat Minho masih berbaring di ranjangnya. Padahal pria manis itu tidur lebih dahulu daripadanya. Dengan sehelai handuk yang menutupi kejantanannya Chan mendekat duduk di samping Minho.

"Sampai kapan kau akan berbaring di sini?" Tanya pria Bang itu dengan elusan lembut pada rambut hitam si manis. Perlahan Minho membuka mata, dia langsung tersenyum menggeliat saat wajah Chan di depannya.

"Selamanya, aku akan tidur bersama dengan mu" katanya terkekeh. Chan mendekatkan bibirnya mencium bibir tipis si manis.

"Mulut mu mulai nakal" kata Chan. Tubuh Minho kini dinaikan ke pangkuan Chan, pria itu tak segan lagi mencium wajah Minho berulangkali hingga sang empu menggeliat geli.

"Chan! cukup! geli" kata Minho berontak. Kini Minho memeluk tubuh kekar sang polisi perlahan. Merasakan detak jantungnya yang cepat dan teratur.

"Chan" panggil Minho tiba-tiba yang masih di pelukannya sepergi seekor koala.

"Iya sayang?" Jawab Chan, perlahan Minho terkekeh mendengarnya. Tepat hari ini sebulan keduanya berpacaran.

"Apa yang kau sukai dari aku?" Tanya Minho random. Pria itu mempererat pelukannya untuk membagi kehangatan mereka masing-masing.

"Pertama karena kau manis, kedua pintar memasak, ketiga dan seterusnya kau baik hati" jelas Chan. Minho mengangguk sangat nyaman sekali rasanya ada di sini.

"Seberapa kau menyukai aku?" Tanya Minho lagi. Chan perlahan terlihat berpikir.

"Aku tidak menyukai mu, tapi aku mencintai mu Minho" katanya. Jantung Minho berdebar kencang mendengarnya. Jantung mereka kini berdegup saling beradu.

"Jika misalnya aku membuat sebuah kesalahan besar apa kau masih mau memaafkan aku?" Tanya Minho serius.

"Hmmm tentu, semua orang punya masalah dan pasti akan berbuat salah. Tidak ada yang sempurna di dunia ini Minho" ujarnya. Ini yang sangat Minho sukai dari Chan, pola pikir yang dewasa walaupun keduanya seumuran.

"Janji ya" kata Minho melepaskan pelukannya dan menyodorkan jari kelingkingnya untuk Chan. Chan mencium bibir Minho cepat lalu menautkan jari mereka tanpa perjanjian.

"Aku pun mencintai mu" jawab Minho dengan senyuman.






______





"Pakailah pakaian ku" ucap Chan sembari memberikan sebuah pakaian rajut pada si manis. Pakaian rajut lengan panjang berwarna biru tua. Pakaian yang nyaman dan tidak terbuka.

Si manis menaikan salah satu alisnya perlahan sebelum menerima pemberian dari sang kekasih. Minho menghirup aromanya, khas milik Chan. Jujur ini adalah aroma kesukaannya saat ini.

"Jangan sampai ibu ku melihat mu memakai pakaian ini" ujarnya perlahan sambil tertawa. Minho melotot sebentar, seketika tubuhnya gugup. Ibu? Apa Chan berencana akan mengajaknya bertemu dengan mereka?

"Kita akan ke mana Chan?" Tanya Minho nampak bodoh, pria di depannya kini mengusap rambut Minho dengan lembut hingga agak membuatnya tercengang. Perlahan bibir Minho mendapatkan sebuah kecupan manis dari sang empu. Kenyal dan manis.

"Ke rumah ku, kau mengatakan hari ini tidak sibuk kan?" Ucapnya. Minho seperti panas rasanya, apa dia akan bertemu calon  mertua? Hiks kenapa secepat ini? Dan kenapa sangat serius.

"Ya tapi..." bibir Minho kini ditutup oleh Chan, pria itu mulai membuka pakaian atas Minho menggantinya dengan pakaian pemberiannya barusan. Minho agak merasa gatal tapi ini hangat dan nyaman.

"Mereka ingin bertemu dengan mu dan ingin tahu apa kau memang manis atau aku yang salah" kata Chan dengan gemas memainkan pipi Minho yang menggembul. Minho mengangguk, ini pertama kalinya dia bertemu dengan orang tua kekasihnya.

"Sudahlah jangan takut, mereka sangat baik. Aku yakin kau akan merasa nyaman bersama mereka" katanya menenangkan Minho. Senyuman tipis mulai mengembang di bibir tipisnya, sepertinya kali ini Minho tidak salah memberikan hatinya pada seseorang.

Sambil bergandengan tangan keduanya berjalan di jalan setepak berwarna merah. Pohon-pohon rindang menghiasi seluruh pinggiran jalan. Buah apel juga berserakan di sana.

"Kenapa buahnya dibiarkan seperti itu?" Tanya Minho melihatnya, jika di kota harganya sangat mahal sedangkan di sini dibiarkan berserakan seperti tak berharga.

"Mereka tumbuh liar, itu apel biasa. Orang-orang di sini biasanya menanam apel kualitas premium yang akan dijual ke daerah atau luar negeri" jelas Chan sembari merangkul tubuh mungil di sampingnya. Cukup jauh mereka berjalan, kedua kaki Minho agak pegal. Dia memang orang yang jarang jalan kaki ataupun olahraga. Jika olahraga malam ya, dia adalah rajanya.

Rumah tradisional itu nampak di hadapannya, jujur suasana desa ini sangat indah dan asri sama seperti di drama-drama yang dirinya tonton di TV. Sangat bersih semua tertata rapi tak seperti kampungnya yang kumuh dipenuhi penjahat.

"Sepertinya mereka masih di kebun, ayo kita masuk" ucap Chan menggandeng sang kekasih ke dalam. Minho tak bisa berhenti memandang indahnya tempat ini, pantas Chan sangat sedih meninggalkan rumah ini.

"Ini kamar ku" katanya sambil membuka sebuah pintu kayu kuno, menampakkan kamarnya yang terlihat minimalis. Tak ada ranjang di sini, seperti orang korea di masa lalu.

 Tak ada ranjang di sini, seperti orang korea di masa lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🔞🔞

Minho tersenyum ketika naik ke kasur itu, empuk sekali rasanya. Kamar Chan sangat luas, pasti tak akan bosan jika berlama-lama di sini.

Chan melepaskan jaket yang dipakai sebentar, dirinya juga menutup sekat yang menghubungkan tempat tidur dengan bagian kamar lainnya. Minho melihat bukan hanya jaketnya tapi pria itu melepaskankan seluruh pakaiannya di depan Minho.

"Chan kau mau melakukan apa?" Tanya Minho ketika pria itu duduk di depannya. Tersenyum menatap wajah kekasihnya. Perlahan Chan melepaskan pakaian si manis sembari memberikan ciuman di seluruh wajah manisnya.

"Hanya kita di sini" bisiknya membuat libido Minho meningkat. Jantungnya berdetak kencang saat melihat gudukan Chan yang mengembang hanya dijaga oleh pakaian dalam.

"Kau benar" kata Minho terengah-engah, dia juga sudah tidak tahan karena pria ini. Minho meremas kedua lengan kekar Chan ketika pria itu menyapu puting susunya yang mengeras. Isapan lembut dan penis cinta itu membuat penis Minho terangkat.

"Entah kenapa aku selalu keras saat bersama mu, apa aku gila?" Gumam Chan di sela-sela lumatannya. Minho kini hanya mendesah, nikmat. Sampai kepalanya sakit. Si manis kini membuka kedua kakinya agar Chan langsung masuk. Tak perlu pemanasan lagi, dia tak sabar untuk disodok oleh Chan.

"Hah hah ahh Chan ayo, sebelum mereka datang" bisik Minho menatap wajah Chan dengan erotis. Chan menelan ludah, dengan cepat bibir tipis itu disapu oleh Chan. Keduanya beradu lidah dengan suara napas terengah-engah.

Di bawah sana Minho merasakan puncak penis Chan yang agak runcing di depan analnya. Perlahan tapi pasti benda itu dimasukan ke dalam lubangnya. Tubuh Minho meresponnya dengan menggeliat penuh hikmat menyambut kenikmatan selanjutnya.

"Nghhh nghhh nghhhh Chan" desah Minho merasakan dirinya diisi dengan penuh. Penis itu seperti sangat pas dan ketat menyatu dengan lubangnya. Tak ada rasa longgar sedikitpun yang Minho rasakan.











TBC

Jangan lupa vote dan komen ya

INDEKOS [Banginho] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang