22

1.7K 89 35
                                    

Kini kita beralih pada SMA 48. Acara berjalan dengan lancar sesuai dengan espektasi para tim panitia, ya walaupun tidak ada Zee tapi masih ada Christy untuk menggantikan Zee.

Tidak ada yang tahu berita tentang Zee, sebenarnya Christy bingung ketika teman-teman panitia yang lain menanyakan keberadaan Zee. Ya tidak ada cara lagi selain berbohong bahwa Zee sedang sakit.

"Christy." Panggil Chika.

Christy menoleh kearah Chika sambil tersenyum.

"Iyaa ada apa?."

"Zee mana?, kok pas hari h gini dia ngilang." Tanya Chika penasaran.

"Dia sakit, kemarin malam dia bilang ke aku." Bohong Christy.

"Ohhh semoga saja dia cepat sembuh, yaudah aku mau ke backstage ya." Pamit Chika.

"Iyaa, hati-hatii." Ucap Christy.

"Untung gue masih punya hati, kalau g gue udh ikut ngilang dari sini." Batin Christy.

___________

Tidak terasa sudah 2 tahun berlalu, Marsha semakin hari semakin frustasi. Zee tidak kunjung kembali yang membuat Marsha terlarut pada kesedihannya. Ashel dan Indira, sudah berusaha menghibur Marsha tapi sepertinya usaha mereka sia-sia, bukan semakin bahagia tapi semakin gila.

Marsha sepertinya sudah tidak mengenal kata jokes lagi, padahal dulu ia selalu tertawa dengan jokes bapak-bapak yang dibuat oleh Ashel.

Marsha sudah berusaha move on dari Zee, tapi selalu ia selalu dejavu.

"Marshaa ayo jalan-jalannn, aku beliin ice cream oke??." Tawar Ashel.

"Gaa Ashelll, aku cuman mau kak Zee!!!." Ucap Marsha dengan nada yang sedikit tinggi.

"Yasudahh, besok pagi kita berangkat ke kampus bareng kita oke??." Tanya Indira.

"Hm." Ucap Marsha acuh.

Indira dan Ashel pulang dari rumah Marsha. Sementara Freya dan Fiony merasa kasian kepada anak semata wayangnya itu, setiap hari ia selalu berada dikamar tidak melakukan interaksi dengan orang lain selain orangtuanya, Ashel, dan Indira.

Apakah mental Marsha sudah seberangtakan itu?.

Freya berjalan menuju kamar anaknya dan mengetuk pintu kamar Marsha kemudian masuk kedalam kamarnya, Freya mendapati Marsha yang tengah menangis sambil memeluk boneka pemberian Zee.

"Nakkk." Panggil Freya.

Marsha menoleh kearah Freya dan memeluk Freya. Ia menangis sejadi-jadinya didalam pelukan Freya.

"M-momy k-kapan hiks-hiks kak ZEE BALIKKKK."

Freya memeluk Marsha dan mengelus rambut Marsha dengan penuh kasih sayang.

"Sebentar lagi, kamu harus kuat ya??, kamu disini masih ada orang yang menyayangi kamu, oke?, ditinggal sahabat memang sesakit itu tapi percaya ya kalau Zee ga bakalan lupain kamu." Ucap Freya.

Marsha mengangguk. "Sebenarnya aku dan kak Zee sekedar dari sahabat mom." Batin Marsha.

"Marshaa besok Ashel sama Indira suruh tidur sini oke?, selama 1 minggu dulu." Pinta Freya.

"Kenapa?."

"Mama sama papa ada urusan sebentar, maaf ya nakk kalau mama ga bisa nemenin kamu sepenuhnya selama 2 tahun belakangan ini."

"Gapapa mom, aku ngerti kok."

"Makasihh ya nakk, tunggu ya pasti Zee bakalan pulang ke Indonesia."

Marsha mengangguk sebagai jawaban, Freya tersenyum dan keluar dari kamar Marsha. Sementara Marsha hanya diam di atas kasur melihat punggung sang mama yang lama kelamaan menghilang dari pandangannya.

"Sabar ya nak, semua kesedihan kamu akan digantikan dengan kebahagiaan yang mampu membuatmu bahagia hingga akhir hayat kamu." Batin Freya.

Keesokan harinya Ashel dan Indira sampai didepan rumah Marsha, mereka setiap hari selalu menjemput Marsha untuk pergi ke kampus bersama.

"Marshaa, itu Ashel sama Indira sudah sampai." Panggil Freya dari bawah.

Tak ada jawaban dari Marsha, selang 1 menit Marsha keluar dari kamarnya dan pergi menghampiri Ashel dan Indira.

"Selamat pagii bayii kuuu." Ucap Ashel dan memeluk Marsha.

Namun Marsha tidak memberikan reaksi bahkan kata-kata untuk membalas perkataan Ashel. Bagi Indira ini buka Marsha yang dulu ia kenal, Marsha yang dulu selalu periang, lucu, dan kekanak-kanakan. Tapi sekarang?, ia cuek, dingin, wajah datar, tidak suka berinteraksi dengan orang lain.

Ashel melepas pelukannya dan menarik Marsha untuk masuk kedalam mobilnya diikuti dengan Indira. Selang 20 menit mereka sampai di kampus, jarak kampus mereka dan rumah mereka tidak begitu jauh jadi hanya memakan waktu yang singkat.

Marsha turun dari mobil milik Ashel dan pergi masuk kedalam kampus, tanpa menunggu Ashel dan Indira.

"Maafin aku ya diraa, shell." Batin Marsha.

Indira dan Ashel hanya bisa menghela nafas dengan kasar, mereka merindukan Marsha yang dulu.

"Acell, Zee baliknya masih lama ya?." Tanya Indira.

"Ga tau Diraaa, masih ga ada kabarr." Jawab Ashel.

"Aku rindu Marsha yang dulu." Ucap Indira.

"Samaa, semoga Marsha dapat bertahan dan tidak mati di tangannya sendiri." Ucap Ashel.

Marsha berjalan melewati lorong kampus, banyak yang menatap aneh kearah dirinya, beginilah kehidupan Marsha di kampus setiap hari.

"Ehh liat dehh, orang gila masuk kampus."

"Iwww jijikk,liat tuhh si culun."

"Outfitnya bagus, tpi orangnya introvert wkwkwkkwkw."

"Gue kalau dibayar 100 triliun disuruh jadi pacarnya, ga sudi gue."

Begitulah umpatan semua orang yang berada di kampus saat melihat Marsha, sebagain dari mereka juga mengangumi dirinya, mereka beranggapan bahwa Marsha memiliki mental yang kuat.

Namun tidak seperti yang apa mereka pikirkan.

"Raga yang rapuh, melawan omongan setajam pisau."

TBC

udh sgini doang?!! 😑, besok ya bebeb-bebeb kuu lagi magerr ngetik plis bnyak kegiatan sekolah, pdettt pulang ku skarang jam 5 woii.

apkah kalian siap untuk besok??


bntu follow ig gue njuyyy, buat baruu moga aj klian mampir 🗿

ZEESHA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang