Happy Reading
Mobil Samudra melaju membelah jalanan, kini langit sudah hampir gelap. Samudra fokus menyetir, sedangkan Ariel menatap jalan yang mana banyak orang berlalu lalang, ada yang bersama pasangannya, ada juga yang sekedar berjalan-jalan untuk menikmati malam.
Sesekali Ariel melihat jam di handphone yang sudah menunjukkan pukul tujuh malam, mereka terlambat pulang karena mereka berdua keasyikan menghabiskan waktu di taman sehabis dari cafe.
Ariel cemas, wajahnya menunjukkan kepanikan. Jari-jarinya tak berhenti ia mainkan. Samudra sadar akan hal itu.
"Kenapa?" tanya Samudra dengan pandangan tertuju pada jalanan.
"Nggak papa." Ariel berbohong, Samudra tau itu. Terlihat jelas Ariel yang dari tadi tak henti-hentinya memainkan jari-jari tangannya, itu salah satu kebiasaan Ariel jika sedang panik atau ketakutan.
Samudra menghela napas, Ariel tak mau jujur padanya. Ia kembali fokus mengemudikan mobilnya.
Sesampainya di kawasan rumah Ariel, Ariel langsung berterimakasih kepada Samudra yang telah mengantarnya pulang.
"Makasih udah nganterin gue pulang." Tanpa menunggu jawaban dari Samudra, Ariel langsung berlari masuk kedalam rumah.
Pak Alam yang biasanya menjaga pun terlihat keheranan dengan anak majikannya itu.
Ariel membuka pintu rumah dengan perlahan, ia kemudian menghela napas lega saat melihat tak ada siapapun disana.
Saat akan melangkah, suara bariton menghentikan langkahnya.
"Kenapa baru pulang?" Ariel berbalik badan dan menemukan seorang pria tengah bersedekap dada bersandar di dinding tepat di sebelah pintu masuk.
Ariel menundukkan kepala, "m-maafin Ariel, Ariel janji nggak ak-"
Brak!
Satu pukulan mendarat di pintu utama, membuat Ariel semakin menundukkan kepalanya.
"Papa tanya kenapa baru pulang! Bukan permintaan maaf kamu!"
Ariel terdiam, ia tak tahu harus menjawab apa.
"Papa bicara sama kamu, Ariel! Kenapa kamu diam saja? Ini yang di ajarkan guru mu disekolah, hah?!" Pria itu berjalan mendekati Ariel, Ariel sontak langsung mundur perlahan.
"Pa, maaf- akhh." Pria itu menarik tangan Ariel dan langsung menghempaskan tubuh Ariel ke lantai.
"Kamu memang tidak berguna! Kamu mau jadi anak yang seperti apa jika pulang malam-malam begini?!"
Ariel mengepalkan tangannya, pria yang berstatus sebagai papanya itu benar-benar membuat geram sekarang. Tapi ia tak punya keberanian untuk melawan.
"Kalo kamu kenapa-kenapa diluar sana bagaimana? Kamu mau papa hidup sendirian di dunia ini, hah?! Kamu mau papa rasain kehilangan lagi, Ariel?" Suara pria itu kini tampak lemah, dadanya naik turun, menandakan dia benar-benar menahan amarahnya.
Tanpa sadar, Ariel meneteskan air matanya, ia tak bisa membendung lagi kesedihan yang berada di dalam dirinya.
Sebenarnya, Nathan-Papa Ariel sangat menyayangi Ariel. Tapi rasa sayangnya salah, ia selalu melarang Ariel pulang terlambat kerumah. Jika peraturan itu di langgar, maka Ariel akan mendapatkan hukuman. Kalian tau hukumannya apa?
KAMU SEDANG MEMBACA
ELSAMDRA [ Completed ]
Romance"Samudra, ayo janji. Samudra nggak bakalan ninggalin Ariel, kan?" "Janji." - "Pada akhirnya, dia yang pernah ku anggap bisa membuatku berteduh dari hujan, kini membuatku tenggelam di dasar kolam penuh kesedihan. Selamat datang luka dan selamat tin...