14. Janji Yang Ingkar

4.8K 246 6
                                    

Happy Reading

Kini mereka sudah sampai di kawasan sekolah, mereka tiba tepat waktu sebelum gerbang sekolah di tutup. Masih ada lima menit sebelum bel berbunyi.

"Kalian duluan aja, gue mau nganterin Luna ke ruang kepsek," ujar Reza menatap ketiga temannya.

Samudra dan Ariel mengangguk, kecuali Jevan, ia malah mengerutkan keningnya.

"Lah, katanya mau nemenin gue ketemu kak Pasyah buat konfirmasi kalo gue nggak bisa ikut latihan futsal hari ini," kata Jevan menatap kesal Reza.

"Nanti ya, Je. Kan bisa pas istirahat, kalo Luna kan harus ke kepsek sekarang buat tau kelas dia dimana."

"Tapi, kan-"

"Reza bener, Je." Ariel berucap, mencoba menenangkan dan memberi arahan kepada Jevan untuk tidak mempermasalahkan hal kecil ini.

"Tapi El, dia udah janji sama gue kemarin, nggak bisa gitu dong," kata Jevan menatap Ariel.

"Iya-iya tau, dia cuman mau nganterin Luna ke ruang kepsek."

Jevan mendengus kesal, "yaudah."

"Kita kekelas aja, bel bentar lagi bunyi."

Samudra, Ariel dan Jevan berjalan menuju kelas mereka, sementara Reza dan Luna menuju ruang kepala sekolah.

*****

"Pagi anak-anak." Seorang guru wanita memasuki kelas 12 IPA 1 dengan dua orang siswa mengekor di belakangnya.

"Pagi, Bu," jawab mereka bersamaan.

Reza yang juga baru saja masuk kedalam langsung berjalan dan duduk di tempat duduknya.

Jevan melirik Reza sebentar lalu kembali menatap ke depan.

"Kita kedatangan siswa baru di kelas kita. Nak, perkenalkan diri kamu." Luna mengangguk.

Ia kemudian menatap semua siswa yang berada di depannya, hingga matanya menangkap sosok Samudra yang ternyata duduk di pojok.

Dalam hatinya ia sangat senang karena ternyata ia sekelas dengan Samudra dan beberapa temannya yang lain.

"Nama aku Raelluna Allergen, kalian bisa manggil aku Luna, aku pindahan dari luar negri, aku ikut papa kesini, karena ini kampung halaman papa, semoga kita bisa akrab."

"Bu, boleh nanya nggak?" celetuk satu siswi cewek berkaca mata dengan rambut pendek sebahu.

Guru wanita itu mengangguk.

"Kenapa lo mau ikut papa lo kesini? Padahal bentar lagi mau kelulusan, tinggal satu semester lagi, kenapa nggak menetap di sekolah lo aja sambil nunggu lo lulus?"

Luna terlihat berpikir sebentar, "aku ikut papa karena cuman papa yang aku punya. Kalo misal papa aku pergi, aku gimana? Sendirian dong disana."

Siswi yang tadi bertanya sontak merasa bersalah karena sudah menanyakan hal seperti itu kepada Luna.

Semua siswa juga itu terdiam, guru wanita yang juga mendengar ucapan Luna mencoba mencairkan suasana.

ELSAMDRA [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang