25. Perihal Puding

4.1K 194 10
                                    

happy reading

"Halo, kenapa?"

"Gue butuh bantuan lo, Dik."

"Lo nelpon gue karena lo butuh, Ran?"

"N-nggak gitu, gue mohon bantuin gue buat sekali ini aja, Dika."

"Maaf, gue nggak bisa. Cari yang lain aja, gue sibuk."

Jari jempolnya sudah akan bergerak untuk mematikan panggilan telpon itu, tapi suara dari sebrang sana membuatnya mematung ditempat.

"Dika, gue tau lo masih sayang sama gue. Lo dulu janji bakal selalu ada buat gue, mana? Lo bohongin gue? Dika hiks, gue mohon."

"Lo kenapa? Dimana lokasi lo, gue kesana sekarang."

Tutt

"Gimana, Kak? Dia mau kesini?"

Rania menoleh kesamping, menatap Luna yang sedang duduk di sofa dengan camilan ditangannya.

"Rencana satu berhasil, cek," ucapnya, yang membuat Luna tersenyum kearahnya.

*****

Seminggu berlalu, kini Ariel berjalan lesu memasuki rumahnya dengan Samudra yang berjalan disampingnya.

Mereka berdua baru pulang dari sekolah, padahal ini baru jam sepuluh pagi. Entah kenapa juga tiba-tiba Ariel jadi banyak tingkah disekolah, itu membuat Samudra sedikit kewalahan.

Dan berakhirlah mereka berdua harus pulang karena Ariel mengatakan sedang tidak enak badan.

"Masih sakit?" Samudra menyentuh jidat Ariel dengan tangannya. Memastikan suhu tubuh Ariel.

Ariel hanya mengangguk, tubuhnya benar-benar tidak berenergi sekarang.

Samudra menghela nafasnya pelan, "ganti baju sekarang, kita kerumah sakit."

Dan kembali dibalas anggukan oleh Ariel.

Diperjalanan, hanya ada keheningan. Ariel terlihat tertidur disamping Samudra yang sedang menyetir.

Samudra sesekali melirik kearah Ariel, tidur Ariel benar-benar nyenyak sampai-sampai tidak terganggu dengan tangan Samudra yang mengelus pipinya.

Tak berselang lama, mereka berdua sampai ditujuan. Mereka memasuki rumah sakit guna mencari dokter yang sudah Samudra telpon sebelumnya.

Samudra sekarang sedang berada di depan sebuah ruangan yang terdapat Ariel didalamnya.

Ariel sedang melakukan pemeriksaan.

"Dok, gimana?" Samudra menghampiri dokter yang baru saja keluar dari ruangan.

"Saudara Ariel tidak kenapa-kenapa, hanya saja-"

"Kenapa, Dok? Dia baik-baik aja, kan? Kenapa dia nggak keluar?"

"Dia hanya kelelahan, saya permisi."

Samudra mengerutkan keningnya saat melihat ekspresi wajah dokter itu sedikit ketakutan, karena tak mau ambil pusing, ia pun melangkah masuk kedalam ruangan dan mendapati Ariel menangis dengan posisi terduduk dilantai.

ELSAMDRA [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang