40. Ayo Kembali Lagi

3.7K 216 5
                                    

happy reading!

"Maaf, Pak. Anak saya hampir membuat bapak celaka, sekali lagi saya minta maaf," tutur Ariel menundukkan sedikit kepalanya.

"Ya ya ya. Jaga anakmu baik-baik, jangan biarkan dia menyebrang sendirian lagi. Permisi." Pria paruh baya itu memasuki mobil, lalu melajukan mobilnya.

Ariel menghela napas jengah dengan kejadian barusan, bisa-bisanya ia teledor menjaga Azgarial.

Ia berbalik badan, melihat kearahnya Azgarial yang tengah di peluk oleh seseorang.

Ia menghampiri mereka, ia berdehem. "Ekhem."

Dua orang yang tengah berpelukan itu melepaskan pelukan masing-masing.

Azgarial mendekat kearah Ariel dan langsung memeluk kakinya. "Maaf, Buna."

Ariel membawa Azgarial kedalam gendongannya. "Ada yang luka?"

"Nggak ada buna, tapi-" Azgarial melirik kearah orang didepannya. "Siku om itu yang telluka."

Ariel mengikuti arah tunjuk Azgarial, pandangan matanya tertuju kepada siku kanan Samudra. Ada bekas goresan disana.

"Astaga, Azgar? Nggak papa, 'kan?" Jevan berlari mendekat kearah Azgarial. Membalik tubuh anak itu mengecek ada luka atau tidak.

"Syukur, nggak ada." Jevan menghela napas lega.

"Samudra, lo nggak papa?" tanya Reza, menatap Samudra.

"Nggak papa."

"Kita masuk ke cafe dulu, ayo," ajak Jevan dan di angguki semuanya.

Didalam cafe Azgarial langsung memekik senang, ternyata Ziel juga ada. Ia berlari kecil lalu mendudukkan dirinya di sebelah Ziel.

Jevan dan Reza duduk bersebelahan dengan Ziel dan Azgarial di tengah mereka. Sedangkan Ariel dan Samudra duduk bersebelahan juga tapi memberikan sedikit jarak diantara keduanya.

"Mbak!" Jevan memanggil salah satu pelayan perempuan.

"Iya, Kak? Mau pesen apa?" Pelayan itu bersiap-siap untuk mencatat pesanan mereka dengan sebuah buku kecil dan pulpen ditangannya.

"Em, nasi goreng spesial tiga, terus minumnya es teh juga tiga," ucap Jevan.

"Kakak?" Pelayan itu menatap Reza.

"Samain aja."

"Jadi semuanya empat ya, Kak?"

"Iya."

Pelayan itu mencatat pesanan-pesanan yang disebutkan, lalu selanjutnya ia beralih menatap Ariel.

"Kalo kakaknya?"

"Anu, saya-"

"Cake coklat, minumnya jus jeruk. Samain sama pesenan saya." Samudra menyela.

"Baik, pesanan akan segera di hidangkan, saya permisi." Pelayan itu berlalu pergi.

Ariel menatap kesal kearah lelaki di sampingnya ini, kenapa ia tau apa yang akan di sebutkan olehnya. Menyebalkan.

ELSAMDRA [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang