Callista mengerang pelan, mengejapkan matanya, kembali merapatkan kelopak matanya, saat cahaya terang menyerbu ke dalam manik matanya. Kepalanya terasa sangat pusing dan berat. Aroma kuat obat obatan menyusup masuk ke dalam indera penciumannya.
Aroma obat?
Aku di mana?
Apa yang terjadi?Callista membuka lebar kedua matanya, menatap ruangan di sekitar tempat ia sedang berbaring saat ini.
Rumah sakit?
Callista menelan salivanya dengan susah payah saat ia melihat selang infus yang terpasang di punggung tangan kirinya yang tidak tertutup oleh selimut. Ruangan itu cukup besar dan dilengkapi dengan sofa di sudut ruangan. Callista menebak jika ia sedang berada di dalam sebuah ruang perawatan VIP.
Wajah Callista menegang saat ia menggeliat dan merasakan tangannya seolah olah tertahan sesuatu. Callista menyentakkan jemarinya, menyingkap selimut yang menutupi pergelangan tangannya.
Sial!
Apa apaan ini?Mata Callista membelalak saat menyadari kedua pergelangan tangannya terkunci dengan borgol di besi brankar, kiri dan kanan.
Kenapa aku diborgol?
Apa yang terjadi?"Puas, Ta?" Suara serak bariton milik seorang pria, menarik perhatian Callista, membuat Callista memalingkan wajahnya ke arah pintu ruang rawat, di mana suara itu berasal.
Demi dewa dewi di khayangan.
Siapa pria tampan itu?Pria bertubuh tinggi besar itu sedang berdiri di ambang pintu kamar rawat. Wajahnya yang tampan dengan garis rahang yang tegas dan ditumbuhi bakal rambut halus, menatap Callista dengan tatapan tidak ramah. Ada aura kemarahan di mata pria tampan itu.
Marah?
Kenapa dia harus marah?
Aku kan gak kenal sama dia!Oke, Callista sekarang mulai benar benar pusing dengan apa yang sedang terjadi pada dirinya.
Seingatnya, dia sedang berlibur dengan teman temannya di sebuah villa di tepi pantai yang dilengkapi dengan private pool. Lalu saat ia sedang melangkah mendekat ke arah tepi kolam karena salah satu sahabatnya memanggilnya, Callista tiba tiba saja terpeleset dan
Aku jatuh ke dalam kolam renang!
Dan aku tidak bisa berenang!
Jangan jangan aku pingsan lalu dibawa ke rumah sakit?Saat ini, hanya pemikiran logis itulah yang melintas di benak Callista.
"Aku tidak mengerti apa yang ada di pikiranmu, Ta." Pria itu menarik kursi, meletakkannya di dekat brankar Callista, duduk dan menatap Callista dengan wajah dinginnya.
"Maaf?" Callista mengerutkan keningnya, tidak paham dengan apa yang dikatakan oleh pria itu.
"Lihatlah akibatnya jika kau terus berusaha melarikan diri dariku, Ta." Pria itu menggerakkan kepalanya ke arah pergelangan tangan Callista yang terborgol.
"Aku tidak pernah melarikan diri!" Callista menyentak, benar benar tidak paham dengan apa yang dikatakan oleh pria tampan di hadapannya.
"Really?" Pria itu berdecih, melipat kedua tangannya di dada, menyandarkan dirinya di kursi, "Lalu apa sebutannya untuk semua tindakanmu itu? Membawa mobilku kabur keluar kota bersama pria monster itu? Xavier?"
"Xavier?" Callista bergumam pelan, kepalanya benar benar pusing karena ia tidak bisa menangkap apa sebenarnya inti permasalahan yang sedang dibicarakan oleh pria tersebut.
"Kekasih gelapmu!" Pria itu mengumpat kasar.
"Sejak kapan aku berpacaran dengan Xavier? Siapa Xavier?"
KAMU SEDANG MEMBACA
World of Illusion
FantasyBagaimana jika saat membuka mata, tiba tiba saja dirimu sudah berada di tempat yang asing, yang tidak pernah terbayangkan di dalam benakmu? Itulah yang terjadi pada Callista. Saat ia membuka matanya, tiba tiba ia berada di sebuah ruangan yang terasa...