"Kita naik ini?" Callista memandang kagum pada mobil Jeep Gladiator Rubicon yang terparkir di halaman rumah.
"Sebenarnya, jarak peternakan tidak terlalu jauh. Tapi saat ini udara sedang tidak bersahabat untuk dirimu." Leonard mengangguk, membukakan pintu mobil, memberi kode agar Callista segera masuk.
Callista masuk dan duduk di depan, di samping kursi kemudi, sedangkan Jennie duduk di deretan kursi belakang. Para maid yang sudah selesai menyusun belasan box kayu ke bak belakang rubicon dengan segera masuk kembali ke dalam rumah.
"Sepertinya kau sangat antusias, Ta." Leonard masuk ke dalam mobil, mengulum senyum saat melihat raut wajah antusias dari Callista.
"Tentu saja. Aku bosan berada terus terusan di dalam rumah."
"Aku tau, Ta." Leonard menyalakan mesin mobil dan mulai mengemudikan mobil, keluar dari halaman rumah, menyusuri jalan utama sebelum berbelok memasuki jalan yang lebih kecil dengan tekstur bebatuan kasar, "Aku tidak mau kau sakit karena udara dingin. Aku berjanji akan membawamu keluar, sesering mungkin. Asalkan kondisi cuaca sedang cerah."
"Aku pegang janjimu. Tidak boleh ingkar janji," Callista tertawa kecil, menatap ke arah jendela mobil yang menampakkan perbukitan dengan pepohonan berwarna coklat kemerahan. Beberapa di antaranya bahkan sudah tidak memiliki daun sama sekali.
"Aku berjanji, Ta. Tapi berjanjilah padaku, kau tidak boleh sendirian. Kau harus selalu ditemani, minimal ditemani oleh Jen." Leonard kembali membelokkan mobilnya, masuk melalui gapura dengan pagar kayu yang cukup luas.
"Aku bukan anak kecil lagi, Leo," Callista mengerucutkan bibirnya.
"Aku tau, tapi aku tidak ingin sesuatu terjadi padamu. Plis?"
"Baiklah," Callista mengangguk, matanya menatap ke arah luar mobil, "Kita sudah sampai?"
"Itu istal kudaku dan di belakangnya ada peternakan domba," Leonard mengulum senyum, berdecak saat melihat Callista keluar sambil setengah melompat dari dalam mobil.
Seorang pria paruh baya keluar dari dalam istal, mengangguk sopan pada Leonard, "Tuan..."
"Aku membawa pesananmu." Leonard keluar dari dalam mobil, berjalan ke arah bak belakang mobil, "Ada fretwraps, gunting kuku, sikat dan revellent. Bagaimana dengan kondisi Dark?"
"Sudah membaik, tuan." pria itu mengangguk, memberi kode, beberapa pria berusia lebih muda keluar dalam istal kuda dan membantu menurunkan barang barang dari belakang mobil.
"Sepertinya kau punya banyak kuda?" Callista menatap istal yang cukup besar. Ada banyak deretan kandang kuda di dalamnya.
"Ada belasan ekor, Ta." Leonard mengangguk, berjalan menuju salah satu pintu kandang yang paling dekat dengan pintu utama istal.
Callista tertegun saat melihat seekor kuda coklat besar berada di balik kandang. Kuda itu tampak menyadari kehadiran mereka, terdengar ringkikan pelan dan dengusan halus diiringi dengan ekor yang berkibas pelan.
"Leo?" Callista menatap Leonard, tampak bingung dengan perilaku kuda tersebut.
"Namanya Trudy," Leonard tertawa pelan, jemarinya mengusap kepala kuda tersebut melalui sisi atas pintu kandang.
"Bolehkan aku menyentuhnya?" Callista menatap Trudy, tampak penasaran.
"Tentu saja kau boleh menyentuhnya. Dia akan sangat menyukainya." Leonard mengangguk, mengulum senyum.
Callista dengan ragu mengulurkan tangannya untuk menyentuh Trudy. Terdengar kembali dengusan dan ringkikan halus dari Trudy.
"Wow...." Callista tersenyum lebar, mengusap usap kepala Trudy.
KAMU SEDANG MEMBACA
World of Illusion
FantasyBagaimana jika saat membuka mata, tiba tiba saja dirimu sudah berada di tempat yang asing, yang tidak pernah terbayangkan di dalam benakmu? Itulah yang terjadi pada Callista. Saat ia membuka matanya, tiba tiba ia berada di sebuah ruangan yang terasa...