Chapter 4

454 67 2
                                    

Callista menggeliat, mengerang panjang, membuka kedua kelopak matanya. Keningnya berkerut saat menyadari bagian ranjang yang ditiduri oleh Leonard tampak kosong. Jemari Callista bergerak, meraba bagian ranjang yang terasa dingin, pertanda Leonard sudah lama meninggalkan tempat tidur.

"Morning, Nyonya." Jennie melangkah masuk bersama seorang gadis muda. Ia melangkah ke arah tirai, menyibak tirai dan membiarkan cahaya terang dari luar masuk ke dalam kamar.

"Ini Celia, biasa dipanggil Lia." Jennie memperkenalkan gadis muda yang berdiri di sampingnya. "Celia akan membantu menyiapkan segala kebutuhan nyonya jika saya kebetulan sedang berhalangan."

"Hai.." Callista tersenyum, menyapa Celia, "Jen, apakah kau tau di mana Leonard?"

"Tuan sedang berada di ruang kerjanya. Dia akan menyusul untuk sarapan bersama." Jennie mengulas senyum lebar, mulai menyiapkan perlengkapan mandi untuk Callista.

"Ohh...." Callista bergumam pendek, memilih masuk ke dalam kamar mandi saat Jennie memberitahukan jika air hangatnya sudah siap.

******

Entah apa yang terjadi di kehidupan yang ia lupakan. Sejujurnya, Callista merasa tidak nyaman saat ia dilayani bak seorang ratu oleh Jennie dan Celia. Mereka berdua bahkan menawarkan diri untuk menggosok punggung Callista yang langsung saja ditolak mentah mentah oleh Callista.

Callista bahkan sempat protes dan melarang mereka saat mereka berusaha Callista untuk melakukan segala hal sampai hal hal kecil termasuk membantu menyisir rambutnya, tapi Jennie dan Celia beralasan itu adalah tugas mereka dan mereka harus memastikan dirinya nyaman, apalagi setelah dirinya menderita amnesia, Leonard benar benar menekankan pada mereka berdua agar mengawasi dan membantu Callista dalam segala hal.

"Mari kita ke ruang makan, nyonya," Jennie mengangguk sopan, membuka pintu kamar, mempersilahkan Callista mengikutinya, menuruni tangga, menuju ruang makan.

Langkah kaki Callista terhenti saat melihat ruang makan yang kosong.

"Leonard di mana?" Callista memutar tubuhnya, menatap Jennie.

"Sepertinya tuan masih bekerja di ruang kerjanya, nyonya." Jennie melirik ke ujung lorong, "Nyonya bisa makan duluan, seperti biasanya. Tuan akan menyusul saat pekerjaannya selesai."

Callista mengerutkan keningnya, menyadari fakta lain yang baru ia ketahui. Ia ternyata sering makan tanpa menunggu Leonard.

Dasar istri tidak peka!

"Di mana ruang kerja Leonard?" Callista berdehem pelan, "Apakah aku boleh masuk ke ruang kerjanya?"

"Tentu saja, nyonya." Jennie menjawab cepat, mengulas senyum, melangkah di depan Callista, menjadi penunjuk arah, sebelum berhenti di depan sebuah pintu. "Ini ruang kerja tuan. Saya akan menunggu di ruang makan." Jennie melangkah mundur sebelum menghilang di balik lorong.

Callista menghela nafas pelan, jemarinya terangkat, mengetuk pintu kayu.

"Siapa? Katakan pada nyonya, kalau aku akan menyusul ke ruang makan," terdengar suara Leonard dari balik pintu.

"Ini aku," Callista mengeraskan suaranya.

Keheningan menyelimuti hingga beberapa detik sebelum terdengar langkah kaki berat di balik ruangan tersebut.

"Ta?" Leonard membuka pintu, berdiri dengan wajah bingung, "Ada apa?"

Callista mengerutkan keningnya saat mendengar pertanyaan dari Leonard, "Kau tidak sarapan?"

"Masih ada pekerjaan yang harus kulakukan, Ta," Leonard membuka lebar daun pintu, menampakkan meja besar yang dipenuhi dengan tumpukan kertas kertas.

"Masih lama?" Callista mengintip masuk.

World of Illusion Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang