Chapter 16

272 39 0
                                    

Callista duduk bersantai di sofa yang berada di sudut kamarnya. Setelah makan malam, Leonard masih harus menyelesaikan beberapa pekerjaan yang ia abaikan selama berada di Brasov.

"Nyonya...." Jennie tersenyum lebar, membawa baki berisi cangkir dan teko kaca.

"Chamomile?" Callista tersenyum lebar.

"Bukan nyonya," Jennie menggeleng sopan, meletakkan cangkir di atas meja dan menuangkan teh dari teko kaca, "Ini teh raspberry."

"Kenapa bukan teh chamomile, Jen?" Callista mengerutkan keningnya.

"Karena nyonya sedang hamil, aku tidak boleh menyajikan teh chamomile untuk sementara. Aku hanya melakukan apa yang diminta tuan dan Amora." Jennie tersenyum sopan, "Maaf, nyonya."

"It's okay, Jen," Callista tersenyum, meraih cangkir dan menyeruput pelan isinya, "not bad, actually."

"Tentu saja, ini kan racikanku." Jen terseyum lebar, tampak bangga.

"Aku setuju," Callista tergelak kecil, meletakkan cangkirnya, "Leo masih berada di ruang kerjanya?"

"Masih, nyonya."

"Kau bisa beristirahat, Jen."

"Aku bisa menemani nyonya."

"Aku akan baik baik saja. Aku tau kau pasti lelah sekali setelah banyak kejadian aneh yang terjadi dan juga perjalanan panjang kita. Kuharap kau tidak dimarahi Leo karena kejadian di kedai es krim." Callista memang baru punya waktu senggang untuk mengobrol santai dengan Jennie.

"Saat mendengar cerita dari tuan dan nyonya Amora, sejujurnya aku sedikit tidak percaya. Tapi mengingat bagaimana hadiah hadiah dari tuan Xavier selalu tiba secara misterius, lalu bagaimana tuan Xavier juga bisa bertemu nyonya dengan cara yang terasa tidak wajar, kurasa mau tidak mau, aku harus percaya." Jennie mengangguk pelan.

"Cara bertamu yang tidak wajar?" Callista mengerutkan kening, menghela nafas. Sepertinya ada banyak hal yang ia lewatkan dan lupakan akibat amnesia yang dialaminya.

"Mungkin nyonya lupa," Jennie mendesah pelan, "Tapi kiriman paket buat nyonya selalu saja tiba tiba sudah berada di depan pintu. Tuan Leonard bahkan sudah memeriksa CCTV, tapi selalu saja ada bagian rekaman yang tidak bisa terbaca, entah karena rusak ataupun tiba tiba terlihat seperti layar televisi yang bergaris garis."

"Oh iya?" Callista menatap Jennie, penasaran, "lalu bagaimana saat Xavier berkunjung ke rumah ini? Maksudmu apakah ia bertamu secara wajar?"

"Itu juga terasa aneh, nyonya. Tiba tiba saja kami sudah melihat nyonya sedang berbincang dengan tuan Xavier di ruang tamu atau di taman samping. Sedangkan menurut penjaga pintu ataupun maid yang bertugas, mereka tidak pernah membukakan pintu bagi Xavier. Waktu itu kami semua mengira jika nyonya lah yang mengijinkan dan membukakan pintu secara langsung bagi tuan Xavier. tapi saat ini, saya rasa, bisa saja ia menggunakan sihir."

"Aku tidak tau apa yang ada di dalam pikiranku saat itu sampai aku bisa terlibat dengan Xavier," Callista mendesah pelan.

"Tapi kurasa itu bisa saja terjadi jika nyonya berada di bawah pengaruh sihirnya. Sihir bisa melakukan apa saja termasuk hal hal yang tidak masuk akal." Jennie bergumam, "Aku melihat bagaimana kemampuan nyonya Amora melacak keberadaan nyonya. Rasanya mengalahkan kemampuan teknologi canggih sekelas GPS."

Callista tertawa pelan, mengangguk. Terlalu banyak hal yang sudah terjadi, dan semuanya sulit dimengerti secara logika dan ilmiah, tapi semuanya itu benar benar fakta.

"Kurasa kau bisa kembali ke kamarmu, Jen," Callista bangkit dari sofa, "Aku butuh waktu untuk berpikir, mungkin ada sesuatu yang bisa aku ingat. Lagipula kurasa kita semua butuh energi untuk hari hari sibuk yang akan kita hadapi besok."

World of Illusion Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang