Leonard membuka matanya, menatap langit langit kamarnya. Cahaya matahari lembut masuk melalui celah tirai jendela yang tidak tertutup dengan sempurna.
Leonard mengerang panjang, memiringkan tubuhnya sebelum matanya terpaku pada hewan kecil berbulu yang sedang tertidur di hadapannya, di atas ranjang.
"What the....!" Kalimat Leonard tergantung, bangkit dengan gerakan cepat, duduk di atas ranjang. Ia membuka mulutnya lebar, saat ingatannya tentang apa yang sudah ia lalui tadi malam bergulir dengan cepat bagai film singkat.
Tanpa sadar, tangannya mengusap pelan area punggungnya dan helaan nafas panjang penuh kelegaan terdengar saat ia mendapati punggungnya baik baik saja.
Suara ketukan di pintu kembali menarik atensi Leonard.
"Tuan, ini saya, Amora." Suara Amora terdengar di balik pintu.
"Masuklah..." Leonard merapatkan kimono satin yang membungkus tubuhnya, menatap ke arah pintu masuk.
"Jen?" Leonard terkesiap, kaget saat menyadari jika bukan hanya Amora yang masuk ke dalam kamarnya, tapi juga Jennie.
"Tidak apa apa, tuan. Kita membutuhkan banyak orang untuk membantu kita. Jen termasuk orang yang bisa diandalkan." Amora mengangguk.
Jennie menatap Leonard, raut wajahnya tampak kaget, tanpa sadar ia membuka mulutnya dengan lebar.
"Kau seperti melihat hantu saja, Jen." Leonard berdecak kaget, sebelum menyadari jika wolpertinger masih bergelung manja di atas ranjang.
"Rambut tuan," Jennie menunjuk ke arah Leonard.
"Rambut?" Leonard bangkit, berjalan ke arah cermin besar di atas meja rias milik Callista, "Ada apa dengan......"
Leonard terdiam menatap pantulan dirinya di cermin. Tanpa sadar, jemarinya bergerak mengusap wajahnya. Ia berputar, menatap Amora, "Apa yang terjadi padaku, Amora?"
"Itu adalah salah satu efek samping dari pembukaan segel tuan." Amora menatap rambut Leonard yang tumbuh memanjang dalam satu malam dan berubah warna hingga nyaris sembilan puluh persen berwarna putih. Lalu yang lebih mengagetkan Leonard, ada tatto bulan sabit kecil yang muncul di keningnya.
"Kurasa aku tidak bisa menemui rekan bisnisku dalam kondisi seperti ini." Leonard kembali menatap cermin, nyaris tidak percaya dengan perubahan fisiknya yang terjadi dalam semalam. Namun yang mengagumkan adalah bagaimana bahunya menjadi lebih lebar dan kekar, otot tubuhnya pun menjadi lebih terbentuk.
"Tuan terlihat lebih tampan," Jennie tersenyum lebar, menatap kagum pada Leonard.
"Thanks, Jen. Tapi Amora, apakah rambutku akan terus tumbuh?" Leonard memegang ujung rambutnya yang menjuntai melewati bahunya.
"Tidak, tuan. Tapi dia akan tumbuh kembali jika tuan memotongnya. Jadi tidak ada gunanya memotongnya. Tuan hanya perlu mengikatnya dengan rapi. Lalu tanda bulan sabit di kening tuan itu bisa tuan buat tidak tampak, tapi itu nanti saja kita bahas. Sekarang yang paling penting, kita harus bersiap siap untuk menuju kastil di mana Xavier akan melakukan ritualnya."
"Kuharap kau tidak salah, Amora."
"Tentu tidak mungkin salah, tuan. Karena hanya di sanalah ritual itu bisa dilakukan. Kita sebaiknya bersiap siap dan berangkat dalam dua jam lagi." Amora melangkah ke arah wolpertinger, mengusap kepalanya dengan lembut. Wolpertinger itu bergerak pelan, membuka matanya sebelum melompat dengan cepat ke arah Amora. Terdengar suara dengkuran halus dan wolpertinger itu menggosok gosok dirinya ke tubuh Vanda yang sedang memeluknya.
"Oh kau terlihat sangat lelah," Amora mengusap lembut wolpertinger itu, "Kau harus makan untuk mengisi energimu," Amora mengusap lembut wolpertinger dan menyodorkannya pada Jennie, "Dia tidak menggigit, Jen." Amora terkekeh pelan saat melihat ekspresi ragu ragu dari Jennie.
KAMU SEDANG MEMBACA
World of Illusion
FantasyBagaimana jika saat membuka mata, tiba tiba saja dirimu sudah berada di tempat yang asing, yang tidak pernah terbayangkan di dalam benakmu? Itulah yang terjadi pada Callista. Saat ia membuka matanya, tiba tiba ia berada di sebuah ruangan yang terasa...