Chapter 21

197 35 0
                                    

Leonard mengerang keras, jemarinya mengepal dengan kuat, begitu kuat kepalan tangannya hingga buku buku jemarinya memutih.

"Tuan...." Amora mendesah pelan, wajahnya tampak khawatir saat melihat ekspresi kesakitan di wajah Leonard.

Mereka baru saja menyelesaikan ritual pembukaan segel kekuatan Leonard. Awalnya semua baik baik saja. Leonard hanya merasa tubuhnya lebih ringan kemudian pendengarannya lebih peka dan tajam. Leonard juga merasakan penglihatannya menjadi jauh lebih tajam. Ia bisa melihat benda yang terletak cukup jauh dengan sangat jelas. Rambut Leonard juga mengalami sedikit perubahan warna. Dari yang awalnya hitam, kini terdapat bagian rambut putih yang berkelompok, mirip seperti tampilan rambut hitam yang diberi highlight putih.

Lalu kemudian apa yang dikhawatirkan oleh Amora pun terjadi. Leonard mulai merasakan rasa sakit menusuk di area punggungnya.

"Tolong bawa aku ke kamar," Leonard mengulurkan tangannya, meminta bantuan Amora untuk membawanya ke kamar.

Amora memapah tubuh besar Leonard, membawanya menyusuri lorong rumah yang sepi dan masuk ke dalam kamar.

"Tutup pintunya," Leonard berjalan tertatih tatih menuju ranjang, mendudukkan dirinya di sana.

Amora dengan cepat merapatkan pintunya, memastikan tidak ada seorang pun yang melihat kondisi Leonard yang tampak menyedihkan saat memasuki kamar.

"Fucking damn!" Leonard mengerang kuat, membaringkan tubuhnya di ranjang, menggigit bibirnya menahan rasa nyeri.

"Tuan....berteriaklah jika tuan tidak kuat." Amora menatap simpati pada Leonard.

"Jika aku berteriak, maka seisi rumah akan mendengar teriakanku, Amora. Ini akan menimbulkan kegaduhan dan banyak pertanyaan dari semua penghuni rumah termasuk dari maid dan para pengawal. Aku belum siap...." Leonard memejamkan matanya, meringkuk menahan rasa sakit luar biasa di punggungnya. "Dan aku tidak bisa memberi penjelasan pada mereka."

"Aku sudah bersiap untuk kondisi seperti ini." Amora meraih kantongan kecil yang terikat di pinggangnya.

"Apa itu?" Leonard mengerang pelan, saat melihat Amora membuka simpul tali pengikat kantongan kain dan memasukkan tangannya ke dalam kantong tersebut.

"Amora?" Leonard sambil menahan sakit, bangkit dari ranjang, menatap waspada pada makhluk kecil yang berada di telapak tangan Amora.

"Ini sejenis wolpertinger," Amora tersenyum, mengusap lembut kepala hewan yang wajahnya mirip tupai berbulu tebal namun memiliki tanduk rusa di kepalanya dan sepasang sayap burung di punggungnya. Ada sepasang taring kecil yang keluar dari mulutnya. Namun secara keseluruhan, tampilan hewan aneh itu tetap terlihat lucu.

"Lalu?"

"Dia akan meredam semua suara teriakan tuan. Hanya kita berdua yang bisa mendengar teriakan tuan." Amora meletakkan hewan kecil tersebut di atas ranjang, tepat di samping Leonard.

"Kau yakin?" Suara Leonard terdengar terbata bata.

"Tentu saja tuan." Amora mengangguk tegas, merasa iba saat melihat raut wajah pucat pasi Leonard yang menahan sakit.

"Argghhhhhh....." Leonard akhirnya melepaskan jeritan kesakitannya. Ia berbaring terlungkup, kedua jemarinya meremas kuat sprai, "Sial! Ini benar benar sakit!"

"Saya tau," Amora mendesah lirih, matanya berkaca kaca melihat penderitaan yang dialami oleh Leonard. "Dan saya sangat menyesal, karena saya tidak bisa membantu apapun dalam proses ini."

Amora mundur, menjauh, berdiri mengambil jarak dari ranjang. Wajahnya tampak khawatir namun juga diselimuti ketegangan. Jemarinya mengepal kuat, berharap Leonard bisa melewati proses perubahannya.

World of Illusion Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang