Xavier mengejapkan matanya saat merasakan aura dan energi yang berbeda mengalir keluar dari dalam tubuhnya. Tubuh naga kecilnya berangsur angsur membesar, sisik di sekujur tubuhnya perlahan memudar dan pelan tapi pasti, Xavier kembali ke wujud aslinya, wujud manusia.
"Untung efeknya tidak terlalu lama," Xavier menepis debu di pakaiannya, berdiri tegak.
Xavier berpaling saat mendengar pintu ruang kerja terbuka.
"Tuan?" Vanda masuk dengan terburu buru, "Bagaimana bisa tuan kembali secepat ini ke wujud asal tuan?"
"Jadi kau berharap aku terus bertahan dengan wujud anak naga tolol itu?" Xavier menatap tajam Vanda.
"Bukan begitu tuan. Kupikir butuh waktu sedikit lebih lama bagi energi Demon tuan untuk mendorong keluar energi angel dari dalam tubuh tuan."
"Aku punya kekuatan luar biasa, Vanda," Xavier berdecih, "Apa yang terjadi di gudang?"
"Hanya kebakaran kecil, tapi semua sudah ditangani dengan cepat. Tidak ada kerusakan berarti, selain tumpukan kayu dan jerami yang sempat terbakar."
"Minta Luca segera mengatur perbaikan gudang," Xavier melangkah ke arah pintu, menyeringai kejam, "Sekarang saatnya memberi hukuman pada my Queen karena sudah berlaku nakal padaku."
Vanda mengulum senyum mendengar kalimat Xavier. Ia melangkah keluar dari ruang kerja, menuju ke arah belakang. Namun langkah kakinya terhenti saat mendengar suara Xavier.
"Vanda!"
"Ya tuan?" Vanda menghentikan langkah kakinya, memutar tubuhnya, kembali menuju kamar yang ditempati oleh Callista. Vanda berdiri di ambang pintu, menatap penuh tanya pada Xavier.
"Di mana Callista?" Xavier berpaling, menatap Vanda.
"Nyonya? Tentu saja nyonya ada di dalam kamar," Vanda mengerutkan keningnya, "Aku sudah mengunci pintunya sebelum keluar dari dalam kamar, jadi nyonya tidak mungkin ke mana mana. Mungkin nyonya ada di dalam kamar mandi. Aku juga masih bisa merasakan aura Nyonya di ruangan ini."
Xavier bergerak cepat, menuju kamar mandi. Wajahnya tampak tegang saat menyadari kamar mandi tampak kosong, tidak ada seorang pun di sana.
"Vanda, kau yakin? Tidak ada seorang pun di dalam kamar ini." Xavier mengedarkan pandangan matanya ke dalam kamar yang tampak kosong.
"Tapi aura nyonya masih sangat kuat." Vanda tampak berpikir, namun sekian detik kemudian, wajahnya terlihat pucat pasi.
Vanda menggerakkan tangannya, mulutnya berkomat kamit sebelum memutar tangannya membentuk lingkaran besar.
"Sial! Kurasa mereka berhasil membawa nyonya keluar dari dalam mansion," Vanda berjalan cepat, setengah berlari, menuju ke arah jendela kaca yang masih tertutup tirai panjang.
"Mereka?" Xavier mengikuti langkah Vanda, menuju ke arah jendela, "Fucking Damn!" Xavier mengumpat kasar saat melihat Vanda menyibak tirai dan menampakkan kaca jendela dalam keadaan pecah serta jeruji pengaman jendela yang sudah terpotong potong.
"Ada penyihir kuat yang berdiri di belakang mereka. Aku tidak tau, sudah berapa lama nyonya tidak berada di dalam ruangan ini. Tapi auranya masih sangat kuat, seolah olah nyonya masih berada di ruangan ini. Aura nyonya baru hilang setelah aku membacakan mantra."
"Bagaimana dia bisa hilang? Bukankah dia seharusnya masih ada di dalam ruangan ini, jika auranya masih terasa?" Xavier menggeram gusar, manik matanya berubah menjadi kemerahan, pertanda amarah mulai menguasai dirinya.
"Sepertinya ada wizard yang membuat aura palsu mirip dengan aura nyonya, sekaligus menutupi aura manusia lain, termasuk aura milik Leonard," Vanda memejamkan matanya, mengeluarkan segenap kemampuannya untuk mendeteksi keberadaan aura aura lain selain aura milik Callista.
KAMU SEDANG MEMBACA
World of Illusion
FantasyBagaimana jika saat membuka mata, tiba tiba saja dirimu sudah berada di tempat yang asing, yang tidak pernah terbayangkan di dalam benakmu? Itulah yang terjadi pada Callista. Saat ia membuka matanya, tiba tiba ia berada di sebuah ruangan yang terasa...