Chapter 24

332 41 0
                                    

"Leo?"

Callista tertegun menatap penampilan Leonard yang sangat berbeda dengan penampilannya selama ini.

Oh Gosh!

Jika Xavier terlihat bagai iblis tampan dengan sejuta pesona, maka Leonard terlihat bagai dewa tampan yang turun dari langit. Callista menelan salivanya saat melihat bagaimana otot otot kekar Leonard tampak jelas di balik kain putih tipis yang membalut tubuh kekarnya.

Bagaimana bisa tubuh Leonard berubah drastis dalam satu hari?

Callista tidak ingin berpikir aneh aneh, tapi sebagai istri sah Leonard, ia tentu sangat tau bagaimana lekuk tubuh milik Leonard bukan?

Callista memekik kecil saat tangan besar Xavier menarik tubuh mungilnya hingga menempel di tubuh besar Xavier. Sementara itu, suara keributan dan kepanikan terdengar memenuhi ruangan aula bawah tanah. Beberapa makhluk immortal tampak kesakitan melihat cahaya dari tubuh Leonard. Mereka mundur dan menyingkir ke sudut sudut ruangan yang lebih gelap, walaupun ada juga yang tampaknya tidak terlalu terpengaruh dengan cahaya dan kehadiran Leonard.

Leonard menapakkan kakinya di atas ubin lantai yang dingin, mengedarkan pandangan matanya, sebelum ia akhirnya melihat Callista berada di dalam pelukan erat Xavier. Leonard nyaris tidak mempercayai penglihatannya. Bagaimana tidak jika penampilan Callista juga berubah banyak. Rambutnya memutih seperti rambut miliknya. Tubuhnya juga tampak bercahaya dengan kecantikan yang tampak luar biasa, bagai dewi dewi dalam cerita dongeng.

"Lepaskan Callista. Dia istriku!" Suara berat Leonard terdengar lantang.

"You're late. Kami sudah melakukan upacara penyatuan." Xavier menyeringai, mundur, mengeratkan pelukannya pada Callista.

Leonard menggeram, mengepalkan kedua tangannya, dan hal itu justru membuat cahaya yang berpendar dari tubuhnya semakin terang. Ia melangkah terus mendekat ke arah Callista dan Xavier.

Sementara itu, saat langkah kaki Leonard semakin menjauh dari anak tangga, para makhluk immortal mulai berlarian menaiki anak tangga, berusaha menyelamatkan diri. Namun malang, justru teriakan histeris dan kesakitanlah yang terdengar. Callista menatap kaget ke arah anak tangga, saat melihat Amora melangkah turun, memegang bola kristal yang mengeluarkan pendar cahaya putih berkilauan.

"Amora?" Tanpa sadar, bibir Callista mengucap saat melihat penampilan Amora yang sangat berbeda dengan kesehariannya. Rambutnya tampak berkibar dengan manik mata biru bercahaya. Langkah kakinya berkharisma. Di belakangnya tampak beberapa wanita dengan penampilan sama seperti Amora tapi tidak memegang bola kristal. Sebagai gantinya, wanita wanita itu memegang tongkat pendek berwarna keemasan dengan ukiran indah dengan bola api di kedua ujung tongkat tersebut.

Amora menatap Callista, mengangguk penuh hormat sebelum berpaling menatap wanita wanita berambut putih dengan tongkat api, "Now!"

Satu kata dari Amora bagai aba aba perang bagi wanita wanita di belakang Amora. Mereka bergerak dengan cepat, menyerang makhluk immortal. Terdengar keributan dan suara dentingan logam ketika beberapa makhluk immortal mulai memutuskan untuk memberikan perlawanan.

"Wizard sialan!" Vanda memekik penuh kemarahan. Ia merentangkan kedua tangannya, tampak fokus sebelum cahaya merah keluar dari telapak tangannya. Vanda melemparkan cahaya cahaya merah tersebut ke arah para wanita yang sedang menyerang makhluk immortal, membuat fokus wanita wanita tersebut terpecah dan sebagian mulai berbalik menyerang Vanda.

"Apa pun yang akan kau lakukan, you're late," Xavier menyeringai, melepas pelukannya pada Callista.

"Kau yakin?" Leonard menaikkan alisnya, menatap sinis Xavier. "Kami berdua sudah terikat dengan satu jiwa baru."

World of Illusion Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang