Chapter 12

242 34 0
                                    

Xavier menyandarkan diri di sofa tunggal yang berada di dalam kamar sedangkan Callista yang sudah kembali ke ukuran normal duduk di tepi ranjang, menatap tajam ke arah Xavier.

Xavier menghela nafas samar, menatap seisi kamar yang berantakan, seperti baru saja diaduk aduk oleh bom atom. Xavier benar benar tidak menyangka bahwa Callista akan mengamuk, meminta dikembalikan ke ukuran tubuh semula dengan melemparkan semua benda yang bisa diraihnya kepada Xavier. Tidak ada yang menyangka jika dalam ukuran tubuh seperti anak anak pun ternyata efek kerusakan dan kekacauan yang ditimbulkan Callista sangat besar.

Alih alih mendapat ciuman untuk mengembalikan ukuran tubuh Callista, Xavier terpaksa mengalah dan mengembalikan tubuh Callista kembali seperti semula. Ujung bibir Xavier kembali berkedut, menahan tawa. Penampilan Callista yang berkeringat, rambutnya yang acak acakan, pakaiannya yang berantakan, ditambah dengan bibirnya yang mengerucut justru menjadi pemandangan yang menggemaskan bagi Xavier.

"Aku merasa seperti melihat dua orang dengan kepribadian yang berbeda," Xavier bergumam pelan, "Apakah kau ini benar benar Callista yang kukenal?"

"Memangnya ada berapa Callista sih," Callista mendecih, tampak kesal.

"Tentu saja satu orang, tapi kepribadianmu benar benar sangat berbeda. Callista yang lama sangat lembut dan anggun. Tapi lihatlah dirimu sekarang," Xavier berdecak.

"Kalau begitu lepaskan aku dan kau bisa mencari wanita lain  yang lebih lembut dan anggun, bukan?" Callista tersenyum lebar, penuh kemenangan.

"Tidak segampang itu, my Queen," Xavier menyeringai, "Wanita lain tidak ditakdirkan untuk menjadi mateku."

"Mate?"

"Iya," Xavier mengangguk

"Aku mate demon? Bagaimana bisa?"

"Aku juga tidak tau," Xavier mengangkat bahunya.

"Lalu bagaimana kita bisa bertemu? Maksudku, versi Callista lama sampai bisa menyukai penyihir tua aneh sepertimu?"

Xavier tergelak lebar, "Ceritanya panjang."

**********

Flashback On

Langkah kaki Xavier yang sedang melewati Shakespeare coffee&poetry di Strada Poarta Schei terhenti. Luca, pria yang berjalan di belakangnya, ikut berhenti.

"Ada apa?" Luca mengenyitkan keningnya.

"Aku mencium aroma mawar yang sangat wangi." Xavier mengendus, pandangan matanya menatap tajam ke arah cafe.

"Aroma mawar? Kau yakin?" Luca mengarahkan pandangan matanya ke arah pintu cafe. Sebagai tangan kanan Xavier, Luca cukup paham jika saat Xavier menghidu aroma mawar, itu berarti Xavier menemukan mate nya, mate yang dinantikannya selama ratusan tahun.

"Aku akan memastikannya sendiri," Xavier memberi kode agar Luca menunggunya, sementara ia melangkah memasuki cafe. Jantung Xavier berdetak kencang saat ia menyadari dari mana sumber aroma wangi mawar itu berasal. Matanya terpaku pada sosok wanita berwajah Asia yang sedang duduk sambil bekerja di depan laptop.

Wanita itu tampak sangat cantik dengan rambut hitamnya. Kulitnya yang tidak terlalu putih justru membuat penampilan wanita itu terlihat sangat eksotis dengan tubuh mungilnya.

Xavier berdehem, otaknya berpikir cepat, sebelum akhirnya senyum samar terlukis di wajahnya. Xavier menjentikkan jemarinya, lalu berjalan mendekati meja, di mana wanita itu sedang sibuk dengan laptop di hadapannya.

"Sendirian?" Suara Xavier memaksa Callista, wanita yang mengeluarkan aroma mawar wangi, mengangkat wajahnya, menatap pria tinggi besar yang sedang berdiri di depan mejanya.

World of Illusion Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang