A Match Made In Heaven / Shuangbi / 双璧

Chapter 73 - The Grape

Hati Ming Huashang penuh dengan pasang surut. Ternyata dia membicarakan masalah ini, yang membuatnya takut setengah mati. Dia mengira Ming Huazhang telah menemukannya.

Setelah menenangkan diri, Ming Huashang merasa tidak bisa berkata-kata. Sungguh masalah besar, dia dengan santai mengatakannya tanpa menganggapnya serius, tapi Ming Huazhang masih mengingatnya sekarang.

Tapi Ming Huashang telah menyajikan air selama bertahun-tahun, di depan Ming Huazhang, bagaimana mungkin dia tidak tahu bagaimana mengatakannya? Ming Huashang segera berbicara tanpa henti, "Kakak Kedua, aku tidak ragu bahwa kamu akan memenangkan hadiah utama, tetapi di depan Kakak Xie, aku tidak bisa terlalu terus terang, kalau tidak wajahnya tidak akan terlihat bagus."

Dia memiliki mulut seperti itu. Minghua Zhang jelas tahu bahwa dia berbicara omong kosong kepada orang lain, tetapi depresi yang tidak dapat dijelaskan di dalam hatinya tanpa disadari telah hilang. Ming Huashang mengambil selembar kertas baru untuk ditulis, dan Ming Huazhang duduk di bawah lampu, dengan tenang melihat posisinya. Tiba-tiba, Ming Huazhang bertanya, "Shang Shang, apakah menurutmu penting untuk mengikuti ujian dengan posisi teratas?"

Mendengar ini, Ming Huashang merasakan detak jantungnya. Ming Huazhang selalu tegas dan teguh dalam tindakannya, dan ini adalah pertama kalinya dia berbicara dengannya dengan nada bingung. Ming Huashang mempertimbangkan dengan hati-hati dan berpura-pura santai, berkata, "Zhang Yuan* hanyalah sebuah undian berhadiah, ada begitu banyak cendekiawan di dunia, tetapi hanya akan ada satu zhangyuan, apakah kamu tidak bisa mengatakan bahwa karena orang lain tidak memenangkan zhangyuan, mereka tidak memiliki bakat dan tidak bekerja keras? Selama kamu memiliki hati nurani yang bersih dan tidak mengecewakan dirimu sendiri, itu sudah cukup." (*Cendekiawan Nomor Satu, gelar diberikan kepada orang yang menjadi juara pertama dalam ujian kekaisaran tertinggi)

Setelah hening beberapa saat, Ming Huazhang berdiri dan berjalan ke sisinya, perlahan-lahan berkata, "Kamu benar."

Ming Huashang mengira Ming Huazhang ada di sini untuk mengawasi pekerjaan menulisnya, tetapi dia tidak menyangka dia akan menatapnya dan malah berhenti di depan tempat lilin. Inti api bergerak-gerak, dan bayangan pena di atas kertas juga melompat-lompat. Ming Huashang melirik dengan terkejut di antara mencelupkan tinta dan bertanya, "Kakak Kedua, apa yang kamu lakukan?"

Ming Huazhang memperhatikan saat catatan itu berubah menjadi abu dalam kobaran api dan berkata dengan tenang, "Tidak apa-apa, buang saja debu yang membusuk yang tidak berguna."

Lidah api bergetar dengan cepat, memantulkan pupil matanya yang terang dan gelap. Ya, dengan alasan yang dangkal seperti itu, dia benar-benar membutuhkan pengingat Ming Huashang.

Dia mengakui bahwa apa yang dikatakan Han Jie benar, dan yang paling penting dalam pemerintahan adalah keseimbangan dan ketenangan, serta mencari tahu apa yang dia inginkan. Untuk mencapai kesuksesan, seseorang harus tunduk pada kebijaksanaan duniawi.

Namun dia tidak mau. Jika posisi Zhangyuan mengharuskan orang lain untuk memberikannya kepadanya, maka dia lebih suka tidak memilikinya.

Ming Huashang merasa bahwa perilaku Ming Huazhang sangat aneh. Dia tiba-tiba berlari ke kamarnya di tengah malam dan tidak mengatakan apa-apa kecuali membakar sebuah catatan. Setelah melihatnya selesai menulis esai, dia pergi. Setelah Ming Huashang mengunci pintu dan jendela seperti yang diminta, dia benar-benar bingung.

Untuk apa sebenarnya dia datang malam ini? Apakah benar-benar hanya untuk memeriksa pekerjaan rumahnya?

...... Kakak laki-lakinya ini tidak perlu terlalu detail.

****

Saat ini rombongan relokasi semakin dekat dari hari ke hari, dan menurut laporan pengintai, dengan kecepatan saat ini, Kereta Suci Permaisuri akan tiba di Chang'an besok sore. Dalam beberapa hari terakhir, Chang'an sangat sibuk sehingga bahkan Gunung Zhongnan yang berdiri sendiri pun tidak dapat terhindar, dan mereka yang berada didalamnya jelas-jelas gelisah.