RETREAT TIME

35 21 1
                                    


Bulan Februari di EIS akan diisi oleh beberapa retreat dari ekskul yang ada. Setelah selama Januari kemarin guru, staff, dan student council fokus pada penerimaan siswa baru dan acara leadership. Bulan ini mereka kembali harus fokus dengan acara retreat. Benar-benar sekolah sibuk, kata Dinda.

Jaemin jadi tersenyum-senyum sendiri mengingat ucapan Dinda ketika hari pertama mereka bertemu di ruang multifungsi EIS. 'Sibuk banget sekolah disini', itu karena kali ini Jaemin merasakan sendiri betapa sibuknya dia. Minggu lalu dia baru saja selesai melakukan kegiatan retreat bersama Co-Clinic. Minggu depan harus retreat lagi bersama crew dance club.

"Jaemin, jangan lupa disiapkan semuanya. Kamu bilang Dinda ga ikut ekskul ini kan? Artinya kamu retreat sendirian!" ucap Si Ibu mengingatkan.

"Iya Ma," jawab Jaemin. "Celana innerJaemin udah ga muat semua. Beli dimana ya Ma?".

Si Ibu menatap Jaemin dengan malas. Kenapa harus tanya beli dimana? Memangnya Jaemin tidak pernah beli baju? Biasanya juga tiba-tiba membawa dua paperbag berisi baju. Jaemin yang merasakan tatapan aneh si Ibu hanya nyengir sendiri. Dia benar-benar capek, tidak pernah secapek ini sebelum-sebelumnya.

"Tanya sama Dinda sana," ucap si Ibu.

Jaemin sebenarnya juga ingin menelpon Dinda dan mengajaknya jalan-jalan mencari inner pants untuknya. Tapi kan, ini inner pants! Dinda itu kan muslim, mana sopan mengajak anak gadis beli daleman?! Ya sebenarnya bukan daleman sungguhan sih, seperti leging saja. Jaemin merebahkan dirinya di sofa, dan memainkan Hpnya.

"Ngomong-ngomong, anak mama ini kok ga boros kaya dulu ya? Biasanya tiap ganti kelas, selalu minta uang buat beli tas baru, motor baru, helm baru, hp baru, leptop baru, kamera baru, bahkan aksesoris baru," ucap Si Ibu dengan tatapan mengejek.

Jaemin meletakkan Hpnya dan menatap Ibunya, "Ini kan Dubai Ma, bukan Korea. Ga perlu saingan style,". Tapi nampaknya jawaban Jaemin tidak membuat Ibunya berhenti mengoloknya.

"Padahal Dubai itu negara lebih maju daripada Korea. Banyak anak sultan lagi. Tapi gapapa sih, Mama seneng kalau kamu ga boros dan semua barang-barang kamu awet," ucap si Ibu. "Dari tahun lalu juga kamu ga pernah minta uang jajan tambahan,"

Sang Ayah ikut bergabung ke dalam obrolan, "Bagus dong kalau Jaemin udah ga boros. Nilainya juga pada bagus. Malahan ikut Co-clinic. Udah bukan mama-papa-boys,". Jaemin menjadi semakin kesal diejek oleh Ayahnya juga.

"Apa sih Mama sama papa ini?! Bukannya nyemangatin Jaemin, malah sibuk ngejek Jaemin," protes Jaemin.

"Engga loh! Papa ini dukung kamu. Malahan sekarang jadi gentleman loh dia. Berbuat baik ke teman dekatnya," ucap Ayahnya.

"Oh really?! Uri adeul yeojachingu issoyo?" tanya Ibunya.

Jaemin memicingkan kedua matanya pada sang Ayah. Padahal itu ide sang Ayah untuk memberi Dinda Hadiah. Ayahnya selalu bilang untuk mengapresiasi setiap hubungan yang ada dan bermanfaat untuk Jaemin.

"Jaemin mau main dulu," ucap Jaemin.

"Punya uang gak?" tanya si Ibu.

'Jadi begini rasanya dianggap miskin?' batin Jaemin. "Punya lah!"

Jaemin berjalan ke kamarnya dan segera mendial nomor Dinda. Dia akhirnya akan mengajak Dinda untuk pergi membeli innerpants sebagai perlengkapan retreat dance club.

*_*

Jaemin masih menyendiri, sejak kemarin. Diusianya sekarang, harusnya dia bisa membuka diri kepada orang lain. Padahal retreat anak dance, dibarengkan dengan retreat anak cheerleader. Harusnya Jaemin bisa berbicara dengan Stella atau Shofia, teman sekelasnya dulu di 1A.

OPEN PO | Just Friends | Jaemin ft. ZayyanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang