TEA PARTY

17 7 0
                                    


Seperti biasa, agenda terakhir kelas yang diampu Pak Byun adalah tea party. Kali ini lokasinya di rumah Pak Byun sendiri. Karena jumlah anak MSC-1 hanya 17 orang. Rumah Pak Byun cukup besar untuk pesta kecil seperti ini. Plus, ada bantuan dari dua kakak Zayyan dan Mbak Ayu. Oh iya, Abang Ali sudah sembuh dari komanya. Alhamdulillah ala kulli hal.

"Nahn Jaemin! Makin ganteng aja. Lama ya ga pernah kesini. Kamu pasti bosen kan sama Dinda?" ucap Mbak Ayu dengan sengaja menyindir Jaemin. Siapa suruh dia malah berhenti di depan rumah Dinda? Jelas-jelas sudah ada tempat parkir di sebelah rumah Pak Byun.

"Ehehe, Kak Ayu. Dinda udah berangkat?" tanya Jaemin.

"Udah dong, sama Zayyan. Mereka lagi bantu-bantu, kamu kesana aja. Nanti Mbak juga kesana. EH! Om, Tante," Mbak Ayu baru tau kalau ada orang tua Jaemin di dalam mobil bersama Jaemin.

Orang tua Jaemin hanya memasang senyum simpul. Mereka juga tau masalah utama dalam kisah remaja ini adalah kesalahpahaman yang brutal. Jaemin akhirnya memutar mobilnya menuju rumah Pak Byun. Setelah sampai, mereka disambut oleh Zayyan dan Malik.

"Om, Tante, silakan diisi dulu absennya. Jaemin nanti langsung ke halaman belakang ya," jelas Zayyan lembut.

Keluarga Jaemin kira, mereka yang pertama datang. Ternyata mereka yang terakhir datang. Entah kenapa keluarga mereka sangat suka datang terlambat. Pak Byun segera membuka acara dan memulai tea party. Jaemin mencari keberadaan Dinda, dia berhenti pada sosok anak perempuan berhijab yang sedang bersusah payah menghancurkan icecub. Jaemin berniat membantu Dinda, tetapi Zayyan lebih dulu datang dan mengambil alih tugas itu.

"Tima acih," ucap Dinda sengaja dibuat manja.

'Cantik banget senyumnya,' batin Jaemin. Sudah berapa lama ya dia tidak melihat Dinda tersenyum secantik itu? Setiap hari dia tidak sempat memerhatikan gerak-gerik Dinda lagi. Zayyan dengan tidak sabar menuangkan icecub yang sudah dia hancurkan semua ke dalam container lemon tea, membuat air lemon tea itu muncrat kemana-mana.

"Astaghfirullah Ahmad Zayyan Al-Mahdi. Baru aja dipuji udah bikin salah! Kamu tuh ya!" olok Dinda.

Semua tamu undangan tea party menatap dua anak SMA itu dengan senyuman. Mas Uthman berjalan mendekati adik dan temannya itu.

"Agak salah syaraf memang dia!" ucap Mas Uthman. "Ganti baju sana,".

"Udah cantik loh baju aku! Kau ini kek mana sih?!" protes Dinda.

"Aku pun basah!" bela Zayyan pada dirinya sendiri.

"Yodahlah! Kalian sama-sama basah. Tinggal ganti baju aja susah kali," ucap ucap Mas Uthman.

Dinda dan Zayyan meninggalkan halaman belakang rumah Pak Byun. Mereka menuju rumah mereka masing-masing untuk berganti pakaian. Lagi-lagi Jaemin ingin menemui Dinda berdua saja, dia benar-benar sudah tidak tahan didiami oleh Dinda.

"Kemana?" tanya Mamanya.

"Sebentar, ada yang ketinggalan," jawab Jaemin.

Jaemin bergegas berjalan cepat ke rumah Dinda. Dia menunggu dengan sabar di luar pagar Dinda. Sepuluh menit kemudian Zayyan keluar, tapi dia mengurungkan niatnya untuk keluar. Dia bersembunyi di dalam pagarnya, dia ingin mengintip apa yang akan Jaemin lakukan dengan Dinda. Dua puluh menit Jaemin berdiri disana, Dinda akhirnya menampakkan dirinya. Dinda membuka pagar rumahnya dengan tergopoh, membuat Zayyan hampir berteriak, kalau saja dia tidak ingat dia sedang sembunyi.

"Hai," sapa Jaemin dengan senyum manisnya.

Dinda terkejut bukan main, dia hampir saja secara otomatis menautkan alisnya karena tidak suka melihat Jaemin ada di depan rumahnya. Tapi dia buru-buru merubah ekspresi wajahnya ketika mengingat beberapa hal yang dikatakan oleh Mbak Ayu dan Bang Ali.

"Oh! Hi Jaemin," ucap Dinda kemudian, dia mencoba memberikan senyuman yang tulus dari wajahnya. "Apa perlu sesuatu?".

"Bisa kita bicara? Berdua?" tanya Jaemin.

"Tentu saja, dimana?" Jaemin terkejut karena Dinda menyetujui permintaannya.

Jaemin terlihat bingung, dia tidak bisa meminta Dinda untuk mengijinkannya bicara di teras. Inikan bukan rumah Jaemin. Jadi Jaemin bilang, disini saja. Jaemin mulai mengungkapkan apa yang ingin dia bicarakan. Dinda mendengarkannya dengan seksama. Semuanya, mulai dari awal, sampai akhir. Jaemin menunggu respon dari Dinda, tapi nampaknya Dinda tidak terlihat antusias mendengar ceritanya. Jadi dia berhenti.

"Sudah?" tanya Dinda.

"Apa kamu bahkan mendengarku?" tanya Jaemin. Dinda hanya mengangguk cepat.

"Kamu sepertinya tidak begitu dengan ceritaku," ucap Jaemin.

"Lalu aku harus seperti apa? Jaemin ingin aku merespon seperti apa?" tanya Dinda.

Jaemin terdiam, dia tau Dinda dihadapannya tidak benar-benar memaafkannya. Entah apa yang sudah Zayyan katakan pada Dinda. Yang jelas Jaemin ingin memukulnya sekarang.

"Oh iya, aku mau tanya sesuatu ke kamu."Ucap Jaemin sembari menyodorkan gelang maple yang sempat dia minta dari Dinda. "Kenapa kamu balikin semuanya ke aku?".

Dinda menatap gelang itu dengan binar mata yang berbeda. "Kan kamu minta,"ucap Dinda.

"Ini punya kamu kan? Nih aku kembalikan," ucap Jaemin.

"Gak. Bukan punya aku. Punya kamu, kasih aja ke Giselle. Kan dia mau gelang itu. Aku udah punya gelang banyak," ucap Dinda.

"Aku barusan bilang ke kamu, aku dan dia udah putus kan. Kenapa masih bahas dia?" tanya Jaemin sedikit kesal.

"Kan kamu minta gelang itu, karena Giselle yang mau. Harusnya kamu kasih aja ke dia. Kan aku ngembaliin barang PEMBERIAN KAMU hari jum'at. Sabtu kalian ketemu kan? Dan kalian masih pacaran pas hari Sabtu. Ngapain dibalikin ke aku?" jelas Dinda.

"Bukannya kemarin kamu nangis karena ga mau lepas gelang ini?" tanya Jaemin.

"Iya, aku nangisin gelang bekas yang kotor itu. Tapi itu udah bersih, dan bukan bekas. Makanya aku ga mau, ambil aja. Buat Giselle." Ucap Dinda sembari melangkahkan kakinya menjauhi Jaemin.

"Maaf Dinda. Aku harus bagaimana supaya kamu maafin aku?" ucap Jaemin yang tak pelan ketika Dinda mulai menjauh.

Dinda tidak menghentikan langkahnya dan terus berjalan menuju rumah Pak Byun. Zayyan pura-pura baru keluar dan menyapa Jaemin. Jaemin dibuat semakin kesal karena melihat kehadiran Zayyan. Apalagi wajah lawak Zayyan yang seperti mengoloknya.

*_*

"Jadi untuk program ekskul MSC-1 ditahun kedua akan saya awasi lebih jauh lagi. Saya akan memastikan semua anak didik saya masuk ke eskul dengan kredit nilai tinggi. Kalau bisa semua peserta student exchange hanya dari kelas saya," jelas Pak Byun pada wali murid.

"Maruk banget wali kelas satu itu," olok Naomi.

"Peringkat Jaemin masih jeblok?" tanya Ariska.

"Naik jadi peringkat dua puluh sembilan," jawab Fara.

"Naiknya sedikit ya," ucap Ariska.

"Tenang aja. Pak Byun pasti bisa ngatrol nilai dia nanti," ucap Naomi.

Dinda yang baru datang langsung mengambil duduk di sebelah Naomi. Jaemin menyusul dan ikut duduk di sebelah Dinda. Membuat Dinda reflek ingin berdiri, tapi kemudian Zayyan datang dan malah menggeser tempat duduk Naomi.

"Punya aku!"

"Enak aja! Punya aku!"

"Jangan deketin dia lagi."

"Kamu aja yang pergi.

"Kalian aja yang pergi!" bentak Dinda pada akhirnya. "Kalian aja yang pergi, aku kesempitan disini. Badan kalian pada besar-besar, aku bisa-bisa kempes nanti,".

*_*

OPEN PO | Just Friends | Jaemin ft. ZayyanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang