"Emangnya Ibuk lupa dia juga punya anak tau!" protes Mbak Ayu.
"Udah ga usah manja! Panasin aja sayur lodehnya. Mbak Ayu kan suka lodeh! Lebih kasian aku! Cuma disuruh makan nasi pake naget aja," ucap Gendhis.
"Ekhem!" ucap Dinda.
Lebih kasian Dinda sih. Hari ini disuruh jadi Babu Zayyan seharian. Lebih kaget lagi, ternyata Zayyan tinggal di sebelah rumahnya pas.
"Lagian kenapa Ibuk repot bantuin orang itu pindahan sih?!" protes Mbak Ayu.
"Tau tuh! Anaknya pulang sekolah sama pulang kerja dibiarin sendirian," ucap Gendhis.
"Bisa gak makan aja ga usah banyak bicara. Gantian gitu lo! Masak dari tadi aku doang yang bantu usung-usung. Aku juga pengen rebahan! Dari jam lima aku belum duduk selonjoran!" protes Dinda.
Ibu mereka masuk dan mengambil beberapa peralatan dan box container kosong di rumahnya. Lalu berjalan keluar kembali ke rumah sebelah. Sebelum benar-benar keluar gerbang, "DINDA ADZANA ALATAS! CEPETAN AMBIL LEM TAMBAHAN!" teriak Ibunya.
Dinda memasang mata melotot pada Mbak dan Adiknya. Mbak Ayu dan Gendhis langsung menundukkan pandangannya. Dinda berjalan mengambil beberapa lem dari bagasi mobilnya dan segera menyusul Ibunya.
"Buk, terima kasih banyak loh," ucap Kakak laki-laki Zayyan.
"Gapapa. Daripada mubazir," ucap si Ibu.
'Mubazir? Kemarin aku minta buat tempat buku aja ga dibolehin! Kek apaan mamakku ini! Sama orang baik kali loh! Sama anak sendiri kek barongsai! Barongsai aja masih lucu!' batin Dinda.
"Zayyan! Kerja! Ini rumah kamu! Enakan aja makan malam! Aku belum makan tau!" bentak Dinda pada Zayyan yang baru saja bersiap menyantap mie sedap sotonya.
"Heh! Anak gadis kok tereak-tereak!" protes Ibunya.
"Di sekolah juga gitu tau, untung ada saya," ucap Pak Byun.
"Oh, Dinda lapar? Mau ku buatin satu?" tanya Zayyan.
"Sini! Kerja!" Dinda masih terus protes.
"Kita makan aja yuk, kamu kan laper," ucap Zayyan. "Bagi dua sini,".
"Aduhh aduhh, sakit ibukk," ucap Dinda memekik ketika Ibunya menjewernya.
"Ga sopan banget anak perempuan! Sama tetangga baru kok kayak gitu! Bikin malu Ibuk aja!" protes Ibunya.
Dinda menyatukan kedua alisnya dan mengeraskan rahangnya. Dia berbalik tanpa membanting lem yang sedang dia bawa.
"Dinda capek!" ucap Dinda sembari berjalan keluar.
"Maaf ya Uthman, Zayyan. Dia ga biasanya begitu. Kayanya lagi PMS dia itu," ucap Ibunya.
"Gapapa Tante, emang Zayyan itu ga sopan. Dibantuin malah males-malesan," ucap Ahmad Uthman Al-Mahdi, kakak pertama Zayyan.
Lima belas menit setelah Dinda pergi, gantian Mbak Ayu dan Gendhis yang membantu pindahan Zayyan dan kakaknya. Mbak Ayu berjalan sangat pelan mendekati Pak Byun dan bertanya kenapa Dinda menangis? Pak Byun langsung membolakan matanya, Dinda? Nangis? Perasaan tadi marah, pikir Pak Byun.
"Dia dimana sekarang?" tanya Pak Byun.
"Di kamar," jawab Mbak Ayu. "Jangan keras-keras, nanti kedengeran ga enak,". Mbak Ayu pikir Dinda dimarahi Ibunya.
"Ini tinggal ngestock barang aja. Saya mau nyamperin anak saya dulu, kasian dia." Ucap Pak Byun sembari berjalan keluar rumah.
Selain Jaemin yang tidak rela kalau Dinda menangis. Pak Byun juga adalah orang yang sangat benci melihat Dinda menangis. Kan sudah pernah dibilang, Dinda itu 'anak' kesayangan Pak Byun. Pak Byun memasuki rumah Dinda dan segera naik ke kamar Dinda.
KAMU SEDANG MEMBACA
OPEN PO | Just Friends | Jaemin ft. Zayyan
FanfictionIni kisah tentang Jaemin dan Dinda yang menjadi teman baik sejak tahun pertama sekolah, kemudian menjadi asing karena kesibukan masing-masing. Dinda menjadi sangat kesepian sepeninggal Jaemin. Kemudian muncul Zayyan yang menemani hari-hari Dinda...