"Kamu ga capek pura-pura benci sama aku terus?" tanya Jaemin.
"Siapa yang benci sama kamu?" tanya Dinda balik dengan nada sinis.
"Jadi ga benci sama aku lagi?" tanya Jaemin.
Dinda meletakkan gelas reaksi dan menatap Jaemin. Jaemin tersenyum dan membenarkan posisi duduknya. Dinda tiba-tiba menyentuh dan menggenggam tangan Jaemin. Jaemin jadi menahan senyumnya karena dia tidak mau terlihat salah tingkah.
"Tangan kamu ada apanya?" tanya Jaemin panik. Tangannya tiba-tiba terasa gatal. Jaemin terus mengamati wajah datar Dinda dan kondisi tangannya yang semakin gatal. Karena sudah tidak kuat lagi menahan gatal, dia melepaskan genggaman tangan Dinda dengan paksa.
"Makanya pakai sarung tangan kalau lagi di lab. Kebiasaan," olok Dinda.
"Dinda Adzana Alatas! Ga lucu mainan pakai bahan kimia!" Protes Zayyan sembari menarik Jaemin kearah wastafel.
Dinda tidak merasa bersalah sama sekali. Sementara Jaemin menurut saja dengan perlakuan Zayyan padanya. Otaknya sejenak berhenti berpikir, seolah sedang berusaha menelaah apa yang sedang terjadi.
"Makanya kamu pakai sarung tangan. Kalau di lab harus fokus. Savety first! Ga usah ngelamunin Dinda." Racau Zayyan sembari terus mengalirkan air ke tangan Zayyan.
Naomi dan Malik menahan senyum mereka. Ini kejadian yang lucu bagi mereka. Mereka berdua jelas tau kalau dua orang itu sedang bersaing untuk mendapat perhatian Dinda. Eh, malah sekarang saling tolong.
"Zayyan emang se-care itu sama temennya," ucap Malik.
Dinda berjalan kearah Zayyan dan Jaemin. "Kamu kok marah ke aku? Kamu temen aku apa temen dia?!" protes Dinda.
Pak Ashif bukannya tidak mendengar dan melihat kejadian itu. Tetapi beliau sengaja membiarkan anak remaja itu menyelesaikan masalah mereka sendiri. Toh mereka bertiga sekelompok. Lagipula itu hanya kristal NaOH, dibilas air mengalir selama lima belas menit sudah membaik. Untung saja Zayyan langsung sigap menarik Jaemin. Telat sedikit bisa-bisa muncul ruam merah seperti terbakar dipunggung tangan Jaemin.
"Engga begitu cantik. Aku cuman ga suka kamu mainnya seperti ini," ucap Zayyan mencoba menjelaskan pada Dinda dengan nada selembut mungkin.
"Bohong! Kamu marah ke aku, bentak aku. Tapi ngomong ke dia lembut banget!" Dinda masih tidak terima dimarahi di depan Jaemin.
"Aku yang salah kok, ga pakai sarung tang,-" ucap Jaemin tersela.
"Diem!" sela Dinda dan Zayyan. Jaemin langsung mencebikkan bibirnya sendiri.
"Gini loh cantik. Kan udah selalu diingetin. Kita ga boleh main macam-macam kalau lagi eksperimen. Ga semua bahan di lab itu aman. Kamu pasti lebih paham lah, kamu kan lebih pinter dari aku," jelas Zayyan.
"Udah selalu diingetin buat pake sarung tangan juga kan?! Ngapain aku duluan yang disalahin?!" elak Dinda. "Kenapa kamu manggil nama aku lengkap banget?! Biasanya juga manggil aku cantik."
Oke, nada suara Dinda mulai menarik perhatian semua anak. Naomi beranjak dari duduknya dan mendekati Dinda.
"Udah yuk Din," ucap Naomi.
"Ga mau! Dia marah ke aku! Aku kan ga ngapa-ngapain!" bentak Dinda.
"Kok kamu bentak Naomi. Dia kan ga ngapa-ngapain," ucap Zayyan mencoba lembut.
"Tuh kan! Kamu ga peduli sama aku!" bentak Dinda pada Zayyan. "Lagian cuma NaOH, bukan HCl,".
Zayyan mengangkat tangan Jaemin yang terkena NaOH, kali ini ruam merah mulai memenuhi tangannya. Zayyan menunjukkannya pada Dinda.
KAMU SEDANG MEMBACA
OPEN PO | Just Friends | Jaemin ft. Zayyan
FanfictionIni kisah tentang Jaemin dan Dinda yang menjadi teman baik sejak tahun pertama sekolah, kemudian menjadi asing karena kesibukan masing-masing. Dinda menjadi sangat kesepian sepeninggal Jaemin. Kemudian muncul Zayyan yang menemani hari-hari Dinda...