BAB 2 | Kamu Lagi

193 129 59
                                    

Seanna beberapa kali bergulung-gulung di bawah selimut motif bunga-bunga, gadis dengan piyama berwarna biru bergambar boneka beruang itu menenggelamkan wajahnya di bantal. Alarm sudah berhenti berbunyi sejak satu jam yang lalu, tetapi seakan-akan ada magnet antara badannya dan kasur, yang membuat ia begitu malas untuk bangkit.

Akhirnya Seanna memilih melawan rasa malasnya, mau sampai kapan ia akan berada di kasur terus. Kalau menuruti rasa malas, seharian pun sanggup untuk rebahan saja di kasur empuknya itu. Tidak perlu duduk terlebih dahulu, Seanna langsung berdiri, dan menyambar handuk yang tergantung di balik pintu, langkah awalnya adalah mandi dan bersiap-siap, karena jarum jam sudah menunjuk tepat di angka 6.15.

Usai membersihkan dirinya dan mengenakan seragam sekolah dengan rapi, Seanna berjalan menuruni anak tangga, perutnya sudah memberi tanda bahwa ia butuh asupan makanan walau hanya semangkuk sereal, atau selembar roti tawar dengan selai stroberi, itu sudah cukup.

Langkahnya terhenti di anak tangga terakhir yang langsung menyuguhkan pemandangan Hendry yang sedang menyantap sarapan di meja makan, Seanna mengalihkan pandangannya. Bagaimana ini? apakah dia harus mengalah untuk menyantap sarapan sejenak, tapi itu juga pasti tidak akan terasa enak karena berdua dengan seseorang yang ia tidak suka.

Hendry menotis kehadiran Seanna. "Anna, yuk, sarapan dulu. Ini ada nasi goreng, dan telur mata sapi kesukaan kamu."

"Aku sarapan di sekolah aja," jawab Seanna tak acuh, lalu melenggang pergi menuju keluar rumah.

"Kamu naik apa?"

Masih terdengar suara pria itu dari dalam rumah. Seanna mendengus lalu berteriak menjawab, "Sepeda!"

Tak perlu menunggu lama, Seanna langsung berangkat dengan sepeda berwarna merah muda yang sudah berkarat di beberapa bagiannya, tapi tetap kelihatan cantik. Ranselnya ia letakkan di keranjang yang ada di depan sepeda.

Seanna sengaja melambatkan laju untuk menikmati pagi yang cerah ini, merasakan angin semilir menyapu kulit, mendengar nyanyian burung-burung berkicau, dan orang-orang yang sudah mulai dengan aktivitasnya masing-masing.

Seanna sengaja melambatkan laju untuk menikmati pagi yang cerah ini, merasakan angin semilir menyapu kulit, mendengar nyanyian burung-burung berkicau, dan orang-orang yang sudah mulai dengan aktivitasnya masing-masing

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kruyuukkk ....

Suara berasal dari perutnya, membuat wajah manis si gadis berubah menjadi asam dan mengerucutkan bibir, Seanna mengayuh pedal sepeda lebih keras untuk melajukan cepat laju, sembari matanya sesekali mengedar memandang jejeran toko yang baru saja dibuka, beberapa ada toko sarapan tetapi entah mengapa Seanna tidak ingin, memang paling benar sarapan di kantin saja seperti tujuannya tadi.

Semakin cepat sepedanya melaju semakin angin meniup rambut hitam pendeknya yang indah. Pikirannya mengudara ke sana kemari, dan hal yang paling mengisi benaknya adalah soal Bunda. Sepulang dari cuci darah, Bunda ngedrop. Ia mengeluh dadanya terasa sakit, dan kepalanya terasa seperti mau pecah, saat Seanna memikirkan itu, ada hal yang retak di hatinya, ia tentu tidak tega harus melihat Bunda selalu merasakan sakit setiap hari, andai saja Tuhan berbaik hati memberikan keajaibannya untuk menyembuhkan penyakit Bunda, yang katanya itu adalah sakit seumur hidup. Bohong kalau Seanna tidak sedih, bohong kalau Seanna tidak takut kalau orang yang paling disayanginya harus meninggalkan dirinya sendirian di dunia yang kejam ini. Mata Seanna perlahan sendu.

Thread Of DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang