BAB 20 | Mimpi Belaka

25 22 0
                                    

Waktu berlalu lebih cepat, tetapi kadang sendu masih sesekali datang, hanya untuk mengingatkan bayang-bayang tentang cinta yang telah lama pergi, atau rindu yang tiba-tiba datang tanpa permisi, dan tidak mau dienyahkan.

Entah sudah berapa lama, sejak terakhir kali Seanna menatap netra cokelat teduh milik laki-laki, yang keindahannya masih tersimpan jelas di ingatan. Entah sudah berapa lama patah hatinya dimulai. Seanna tidak tahu, ia hanya menjalani hidup semestinya, berusaha beradaptasi dengan sesuatu yang hilang, mencoba membuat dunianya tetap berotasi, meski tanpa sosok yang selalu menemani.

Di sela-sela patah hatinya, Seanna mengalihkan diri dengan belajar, meski merasa dunianya berhenti di sini, tetapi masih ada mimpi yang harus ia gapai, masih banyak harapan yang harus ia wujudkan. Masalah terbesar Seanna adalah tidak bisa kesepian, maka Pratama menemani masa gundah laranya.

Jika ada waktu luang, sudah selesai magang, dan tidak ada tugas kuliah, Pratama akan mengajak Seanna jalan-jalan, ke mana saja yang penting jalan, meski hanya berkeliling kota di sore hari, atau melihat lalu-lalang kendaraan dari atas jembatan penyebrangan. Hampir setiap hari, motor Pratama akan berhenti di depan rumah, menjemput Seanna.

Rasa sedih juga membuat selera makan menurun, Pratama sering menawarkan Seanna mau makan apa, walaupun Seanna kadang tidak enak, lelaki itu justru akan marah kalau ia menolak.

"Kamu udah makan?" Suara Pratama terdengar dari seberang telepon, riuh kendaraan di jalan raya menjadi latar suaranya.

"Belum. Males," jawab Seanna lesu.

"Mau makan apa?"

"Nggak pengen apa-apa."

"Sekalian, Anna. Aku lagi di pinggir jalan banyak makanan, kalau mau makan apa bilang aja."

Tidak ada jawaban. Sejenak, Seanna berpikir. "Soto Lamongan."

"Adanya soto Medan yang di dekat sini, tapi bentar aku muter dulu, nyari soto Lamongan."

Tanpa sadar kedua sudut bibir Seanna membentuk lengkungan tipis, senang rasanya ada yang perhatian, dan mengusahakan apa yang diinginkan. Di sisi lain, Seanna tidak enak dengan Pratama yang selalu direpotkan.

Jujur saja, Seanna kadang bingung dengan perasaannya, dengan laki-laki bernama Pratama Erlangga juga. Seanna bertanya-tanya dalam benaknya, apa maksud dari semua kebaikan Pratama, mengapa ia bisa setulus ini, sampai rela banyak waktunya hanya untuk Seanna ganggu, dan repotkan. Kalau membahas cinta, itu sangat tidak mungkin, Pratama memang sudah putus dari Diana, tapi Seanna tahu kalau Pratama belum move on. Sudah pasti Pratama hanya menganggap Seanna adik, dan memperlakukan Seanna setulus itu, karena ia merasa sayang kepada Seanna seperti adiknya sendiri.

Jika ada pelajaran yang susah pun, Seanna akan bertanya kepada Pratama, mulai dari rumus matematika, sampai sejarah, dan Pratama akan menjawab semuanya.

"Udah jam dua belas, istirahat dulu. Besok malah kesiangan sekolahnya, loh."

"Sebentar lagi."

Pratama yang baru pulang dari kesibukan, harus membantu Seanna mengerjakan tugas sekolah sampai larut malam, lewat telepon.

Sejak dulu Pratama memang baik, sampai-sampai Seanna pikir, apakah Pratama adalah jelmaan malaikat. Rasanya cuma Pratama yang memahaminya dengan baik, hanya Pratama yang membuat dirinya merasa bahwa ia juga pantas diperlakukan baik. Seanna merasakan hal yang jauh berbeda dari Izkiel, bahkan Pratama yang sudah kuliah, dan kerja saja masih sempat untuk memperhatikan Seanna. Tidak ada kata, "Kamu tau kesibukan orang nggak? Aku juga pengen punya duniaku sendiri." dan .... "Nggak pernah ngertiin orang, maunya dikasih kabar terus." Hanya Pratama yang melakukannya dengan tulus.

Thread Of DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang