BAB 7 | Bazar Buku

73 55 11
                                    

Waktu terus berjalan hari ke hari, Minggu ke Minggu, hingga bulan ke bulan, sebuah deru motor yang berhenti di halaman rumah, kini sudah menjadi biasa dan hal yang akan selalu dinanti saat pagi, bahkan Bunda juga sudah mengenal lelaki bernama Izkiel Eshaal. Tak jarang Izkiel lebih memilih untuk mengantar Seanna pulang, daripada bermain warnet dengan yang lainnya. Menikmati langit sore dan senja, dan padatnya kota kala itu.

Sebuah rasa nyaman yang tercipta di antara mereka, tumbuh begitu saja tanpa disengaja, obrolan-obrolan remeh di pinggir lapangan saat jam istirahat, membahas mata pelajaran matematika yang rumitnya hampir membuat kepala hampir meledak, atau sekadar bercerita kalau hari ini sarapan menggunakan nasi goreng bertoping telur dadar, buatan mama yang rasanya paling enak sejagat raya.

Mengetahui hal-hal kecil tentang satu sama lain, membiarkan waktu membawa mereka dalam fase pengenalan. Tentang Seanna yang suka menggambar, membaca komik sampai tentang gadis itu yang ternyata sangat tidak menyukai tomat, hingga mengenai Izkiel yang tidak suka terong, dan sangat menyukai makanan pedas, sampai tanggal lahir lelaki itu. Satu hal yang sama, Seanna dan Izkiel sama-sama menyukai hewan berbulu lucu bernama kucing.

Semakin mengenal Izkiel, Seanna jadi semakin tahu, kalau ternyata Izkiel orangnya cukup cuek, dan tak pandai mengungkapkan apa yang ia rasa, Seanna bisa menyimpulkan itu saat mereka bermain ke pasar malam, saat malam Minggu. Sebuah bando Mickymouse yang lucu, terpasang di kepala mereka, sebuah kamera tustel yang akan mengabadikan momen itu. Sejak awal, Izkiel tidak ada penolakan, lelaki itu hanya menurut saat Seanna memasangkan bando Mickymouse, lalu berfoto berdua. Namun, Seanna menyadari kalau wajah izkiel memerah, sesekali lelaki itu mengalihkan pandangan, atau menggaruk tengkuk yang tak gatal.

Detik jarum pada arloji yang melingkar di tangan terus bergerak, beberapa daun dari pohon mangga besar yang berada di depan rumah, jatuh terbawa angin dan mendarat berhamburan di tanah. Ditemani dengan secangkir teh hangat, dan sepiring cemilan ringan yang disuguhkan Bunda di meja kecil, di antara dua kursi di teras rumah, Izkiel menunggu Seanna yang sepuluh menit lalu bilang ia akan bersiap-siap.

Sembari menunggu gadis itu, Izkiel memperhatikan sekeliling halaman rumah Seanna, yang terlihat begitu asri dan tenang, dengan berbagai tumbuhan hijau, dan warna-warna dari bunga yang indah menghiasi halaman, itu karena Bunda suka sekali dengan ta...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sembari menunggu gadis itu, Izkiel memperhatikan sekeliling halaman rumah Seanna, yang terlihat begitu asri dan tenang, dengan berbagai tumbuhan hijau, dan warna-warna dari bunga yang indah menghiasi halaman, itu karena Bunda suka sekali dengan tanaman, dan bunga. Setiap hari Bunda akan menyirami bunga-bunga, dan berharap akan selalu tumbuh dengan segar dan mekar.

"Lama, ya?"

Suara seorang gadis memecahkan lamunan Izkiel, dengan segera ia menoleh dan menemukan Seanna berpenampilan jelita, rok putih bermotif bunga selutut, dengan baju berwarna hitam berlengan pendek yang dimasukan kedalam rok, apalagi saat satu sisi rambutnya ia selipkan pada telinga. Betapa cantiknya Seanna di mata Izkiel.

Thread Of DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang