Bunga selalu identik untuk jadi hadiah yang romantis, Seanna selalu suka bagaimana Izkiel memberikannya seikat bunga, dan perasaannya menjadi sangat bahagia. Namun, sayangnya semua itu telah layu dimakan waktu, tak tertinggal tanpa sisa.
Langkahnya terbawa pada sebuah toko bunga yang tidak terlalu besar. Dahulu, toko ini menjadi langganan mereka. Mungkin setelah hubungan mereka kandas, pemilik toko bunga itu bertanya-tanya, tidak ada lagi sepasang kekasih yang gemar singgah di sana, meski hanya membeli sebatang mawar merah dengan pita.
"Kamu ... yang dulu suka singgah ke sini beli bunga, 'kan? Kok sudah lama tidak mampir ke sini?" sapa seorang wanita berperawakan gemuk, berambut ikal-ikal. Ibu-Ibu pemilik toko bunga yang ternyata masih sama seperti dulu.
Senyum simpul terbit di wajah Izkiel. "Karena sudah nggak ada yang dikasih bunga lagi."
Seolah paham akan jawaban Izkiel, Ibu itu hanya terdiam, hendak bertanya lebih jauh tentu saja tidak enak.
Selembar uang kertas ungu Izkiel julurkan, usai merogoh saku celananya, membayar satu tangkai bunga mawar merah.
Langkahnya sudah beranjak dari sana, kalau saja seorang gadis di sebelahnya tidak membuat Izkiel tertegun.
Tangan gadis itu bergerak mengambil satu tangkai bunga, lalu mendekatkannya ke hidung, untuk mengirup wanginya.
"Saya mawar putih ini aja, Bu." Seanna segera memberikan uang.
Perempuan dengan rok panjang putih, dan baju lengan pendek senada membalikkan tubuh, mengarah kepada Izkiel yang masih sesekali curi-curi pandang.
Dalam sekejap, bunga di genggaman Izkiel yang semula mawar merah, berganti menjadi mawar putih, Seanna telah menukarnya. Mereka saling berhadap-hadapan, dengan pandangan yang dalam, Seanna menatap sepasang mata di balik kacamata, seolah menyelam mencari sesuatu di manik, yang sudah lama sekali tidak ia tatap.
"Yang merah buat aku, ya." Seanna tersenyum, membuat matanya menyipit.
Pandangan Izkiel beralih pada setangkai mawar putih, kini berada di tangannya, seulas senyuman tipis tercipta di bibir si laki-laki. Wajah Izkiel tampak lebih kalem dan ceria, Seanna merindukan Izkiel yang seperti ini, Izkiel yang lembut, dan memperlakukannya dengan baik, bukan seperti terakhir kali mereka bertemu, menorehkan luka begitu dalam di hati Seanna.
"Gimana kamu? Kabarnya baik?" tanya Seanna. Pandangan mereka kembali bertemu.
"Baik," ucapnya, "dibaik-baikin aja lebih tepatnya," sambung Izkiel. Mereka berdua terkekeh. Setelah lama tidak bertemu, Seanna merasa lega dengan interaksi mereka yang baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thread Of Destiny
عاطفيةIni bukan kisah cinta Romeo dan Juliet yang romantis, atau Jack dan Rose yang menyayat hati. Ini tentang Izkiel dan Seanna, dua insan yang dipertemukan ketidaksengajaan, hubungan mereka awalnya semanis cokelat, cinta remaja pada umumnya. Namun, kian...