BAB 10 | Kanaya Azizah

56 38 3
                                    

Sudah seminggu berlalu, sejak Izkiel dan Seanna berpacaran, tidak ada perubahan signifikan, selain kata 'sayang' yang terkadang menghiasi akhir kalimat, atau panggilan telepon yang siap menemani Seanna meluapkan segala unek-uneknya, tentang hari ini hingga terlelap, dan membiarkan Izkiel mematikan telepon.

Mereka juga semakin mengenal satu sama lain, kebiasaan-kebiasaan yang sebelumnya tidak pernah tahu, dan sifat yang tidak pernah ditunjukkan, tapi bagaimanapun juga, ini baru berjalan seminggu, masih banyak hari yang akan dilalui untuk mengenal, seminggu saja bukan apa-apa.

Omong-omong, soal bunga seruni yang diberikan Izkiel di pantai kala itu, Seanna masih menyimpannya dengan baik, dan mekar di vas bunga yang rutin ia sirami setiap harinya, bunga itu menetap di ujung meja belajar Seanna.

Omong-omong, soal bunga seruni yang diberikan Izkiel di pantai kala itu, Seanna masih menyimpannya dengan baik, dan mekar di vas bunga yang rutin ia sirami setiap harinya, bunga itu menetap di ujung meja belajar Seanna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di antara banyaknya orang yang berada di lorong, suara derap langkah Izkiel terdengar jelas, kakinya terayun hingga tepat di depan kelas sebelas IPS dua, hanya untuk mengedarkan netranya ke dalam kelas. Perempuan berkulit kuning langsat, berambut hitam sebahu, tengah membereskan buku-buku dari meja, dengan segera Izkiel menghampiri.

"Na!" Suara itu membuat Seanna menoleh, lalu mengembangkan senyum. "Cepat banget. Baru juga bel istirahat, langsung datang." Seanna terkekeh.

"Kangen."

"Gombal!" Tangan Seanna terangkat, untuk memukulkan buku tulis tipis ke badan Izkiel.

Setelahnya, Seanna kembali sibuk. Usai merogoh laci di bawah meja, kotak bekal berwarna kuning cerah, sudah berada di tangannya.

"Ayo!" seru gadis itu, beranjak dari bangku.

Sudah menjadi kebiasaan belakangan ini, mereka selalu menghabiskan waktu istirahat di bawah pohon mangga yang rimbun, sembari menyantap bekal masing-masing, seperti ada kesenangan sendiri saat melihat menu apa yang dibawa.

SMA Pramudya, memiliki beberapa taman, sekolah itu juga dikenal sebagai sekolah hijau, karena tempatnya yang asri dengan berbagai pohon, dan bunga yang menghias setiap sudutnya. Seperti sekarang, saat mereka menjatuhkan bokong di kursi berbahan semen, di bawah pohon mangga. Ini bukan taman, hanya satu dari banyaknya tempat yang sejuk, tidak ada aktivitas olahraga hari ini, mereka bisa memandang jelas siswa-siswi yang melintasi lapangan.

Suara mereka terdengar bersamaan, sembari siap untuk membuka kotak bekal. "Satu ..., dua ..., tiga ...."

Nasi putih dan lauk ikan dengan bumbu merah, terlihat di dalam kotak bekal biru Izkiel. Sementara, di dalam kotak kuning Seanna, ada nasi goreng dengan teri-teri kecil, dan telur ceplok.

"Ih! Enak!" Suara Seanna terdengar antusias, begitu melihat hal di dalam kotak bekal Izkiel. Seanna menyukai hampir semua makanan, kecuali tomat.

Thread Of DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang