BAB 18 | Ulang Tahun

29 24 0
                                    

Matahari sedang panas-panasnya, padahal waktu masih pukul sembilan pagi, tetapi sudah harus berkelahi dengan peluh, dan rasa lelah karena panasnya yang menyengat.

Seanna menyandarkan punggung di dinding gerai kecil pinggir jalan, tangannya bergerak untuk mengipasi wajah, tapi tentu saja angin yang dihasilkan tidak seberapa.

Srruuutttt ...!

Segelas es kapucino cincau seperti penyelamat, rasa dinginnya yang menjalar dari tenggorokan, hingga ke seluruh tubuh langsung membawa hawa sejuk.

"Kenapa nggak beli aja, Na? Ribet kalau bikin sendiri," ucap Pratama, usai menyedot es teh.

"Aku mau belajar bikin kue." Seanna mengaduk-aduk minumannya menggunakan sedotan.

"Emang mau bikin kue yang kayak gimana?"

"Belum tau ... Izkiel suka warna hitam, sih. Aku pengen masukin warna-warna hitam biar dia suka." Seanna tampak berpikir, pandangannya lurus ke depan, menerawang jalan raya yang luas, dan ramai.

"Gosongin aja," sahut Pratama enteng.

"Matamu!"

Hari ini adalah hari yang spesial laki-laki bernama Izkiel Eshaal, hari kelahirannya
bertambah usia menjadi delapan belas tahun. Tadi malam Seanna sudah mengucapkannya, seperti tahun lalu Seanna menjadi yang pertama memberikan selamat ulang tahun, semoga panjang umur sehat selalu. Kini, Seanna mau memberikan hadiah berupa kue ulang tahun, yang belum tahu mau dibikin seperti apa, dan menjadi kue pertama yang dibikin olehnya. Ini semua karena buku Resep 200 Kue milik Bunda, tak sengaja ia temukan di laci bawah televisi.

Seanna sangat antusias ingin bikin kue, syukurnya Pratama pagi ini senggang, hari Minggu tidak ada kelas kuliah. Jam tujuh pagi, Seanna sudah menelpon Pratama sampai lima kali, lalu pergi ke sebuah swalayan besar, membeli keperluan membuat kue, dan berakhirlah mereka sekarang, di gerai kecil pinggir jalan, dengan satu gelas es kapucino cincau milik Seanna, dan es teh milik Pratama.

ஓ๑♡๑ஓ

Seanna rasa keputusannya untuk mengajak Pratama turut membantu bikin kue, memang hal yang salah. Lihat sekarang, tepung berhamburan di meja dapur, tidak sengaja menumpahkan, dan akhirnya memakan waktu lebih lama.

"Tolong mixer telur, gula pasir dan SP, pakai kecepatan sedang aja, soalnya itu agak rusak mixer-nya. Aku mau panasin kukusan dulu."

Bahkan tak sampai dua menit Seanna melangkah, kegaduhan sudah terdengar, Pratama menyalakan mixer dengan kecepatan paling tinggi, membuat isi di dalamnya berantakan, terciprat keluar.

"MAS TAMA! MATIIN!" teriak Seanna memberi perintah, tapi si laki-laki bernama Pratama, justru bingung bagaimana cara mematikan mixer itu.

Cklak!

Gadis bercelemek hijau muda, memejamkan mata geram usai mencabut kabel.

"Mas Tama ...."

"Hehehe ...." Pratama menggaruk tengkuknya yang tiba-tiba gatal, sambil cengengesan.

Seanna menyunggingkan senyum. "Duduk aja, ya? Aku takut nanti kamu malah ngehancurin dapur ini," ucap Seanna dengan nada sarkas.

Pratama meninggalkan dapur. Seanna kembali berkutat dengan adonan kue. Pratama menghampiri Bunda yang sedang menonton televisi, acara gosip hangat para selebriti setiap pagi. Entah apa yang Pratama dan Bunda bincangkan, Seanna bersyukur tidak ada yang mengganggunya lagi.

Thread Of DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang