Sesak masih menguasai Seanna, seolah rasa sakit itu punya alasan sendiri untuk menetap di hatinya. Penjelasan Izkiel yang panjang lebar beberapa saat lalu, bahkan tak mampu untuk mengusir pergi rasa cemburu.
"Elana itu pacarnya Vano, teman aku. Ngapain cemburu, sih? Lagian kamu tau, 'kan, kalo aku langsung lepasin gandengan dia." Izkiel masih berusaha menjelaskan, walau Seanna tampak tak acuh.
Seanna mengambil napas dalam-dalam, untuk ia embuskan bersama dengan rasa sesak di dada, berharap perasaan yang mengganjal itu akan turut pergi, tapi kenyataannya tidak. "Kalau dia pacar temanmu, kenapa dia gandeng kamu? Harus banget gandengan? Dia nggak lihat ada aku di sebelah?" Sederet pertanyaan, Seanna lontarkan.
"Aku juga nggak tau, Na." Wajah Izkiel tampak frustasi, satu tangannya menyugar rambut, meluapkan rasa bingungnya yang tidak tahu harus berbuat apa lagi, agar Seanna berhenti uring-uringan sejak pagi.
"Ya udah, kalau gitu. Berarti dia emang gatel!" cemooh Seanna.
Izkiel hanya diam tanpa respons, dia memang tidak ada niatan untuk membela Elana-nama gadis yang menjadi pusat masalah di hubungan mereka-tak cukup sampai di sana, Seanna terus bergumam mengeluarkan unek-uneknya.
Mulai dari mencibir Elana perempuan gatal, dan tidak tahu malu. "Percuma cantik, kalau gatel sama cowok orang. Nggak tahu malu pula." Seanna bersedekap dada. Pandangannya ia alihkan ke samping, tepat di jendela yang langsung menyuguhkan pemandangan jalan.
Seanna menuduh Izkiel menyukai perempuan berkulit putih susu. "Kamu suka, ya, sama dia? Jujur aja, mana mungkin kamu nggak suka sama dia. Dia, 'kan, cantik, sama aku mana ada apa-apanya." Pandangan Seanna beralih menatap Izkiel tajam, alisnya bertaut tidak senang.
Izkiel yang duduk di depan hanya menghela napas, susah memang kalau Seanna sudah emosi. Sejenak, ia hanya diam, sebenarnya dia tidak mau meladeni Seanna yang tengah diselimuti amarah, tapi kalau didiamkan, yang ada perempuan itu semakin ngamuk.
"Aku nggak suka sama dia," jawab Izkiel apa adanya.
"BOHONG!" teriak Seanna seraya menggebrak meja, membuat beberapa pasang mata tertuju memandang mereka, dengan tatapan penuh tanya.
Izkiel melipat bibir ke dalam, menahan rasa malu yang telah dibuat Seanna. Sungguh, rasanya ia ingin menghilang dari sini, tapi yang pasti itu tidak akan mengubah apa-apa, dan malah semakin memperkeruh masalah.
"Gimana kamu dengan Pratama? Oke, kamu bilang kalian udah temenan lama dari kecil, tapi apa pernah kamu mikirin perasaan aku setiap kamu sama dia? Aku nggak pernah berlebihan. Cemburu? Aku cemburu, tapi aku berusaha paham kalau kalian cuma teman."
Seanna terdiam, mendengar Izkiel balik menyerang Seanna. Ia tahu kalau Izkiel tidak suka dengan Pratama sejak dulu, dan Seanna pun tidak bisa menyanggah, kalau sampai sekarang dirinya masih dekat, dengan laki-laki yang memiliki nama lengkap Pratama Erlangga.
Hari itu tidak ada ujung dari masalah, esok dan esok masih terus ada terselip, barang sekali pembicaraan yang menyinggung masalah ini.
Entah sudah sejak kapan, hubungan mereka hanya persoalan ribut-baikan-ribut-baikan. Muak? tentu saja, tapi rasa sayang jauh lebih besar dibanding ingin mengakhiri hubungan, meski dekapan mereka sudah tak seerat dulu, di sisa-sisa kehangatan yang tersisa, mereka masih menanam asa untuk terus lanjut bersama.
![](https://img.wattpad.com/cover/368655661-288-k475956.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Thread Of Destiny
RomanceIni bukan kisah cinta Romeo dan Juliet yang romantis, atau Jack dan Rose yang menyayat hati. Ini tentang Izkiel dan Seanna, dua insan yang dipertemukan ketidaksengajaan, hubungan mereka awalnya semanis cokelat, cinta remaja pada umumnya. Namun, kian...